Aku senang papa mau memberi kesempatan untuk Harry dan mau mengenal Harry lebih dalam, maksudku Harry sebagai Harry Styles bukanlah Harry sebagai Harry One Direction yang terkenal. Aku tau semua ini berat untuk keluargaku, tapi dengan dirinyalah aku bisa bahagia. Lagipula mereka tau bahwa ini semua adalah impianku sejak lama.
Dan ya, aku sudah lulus dari sekolah dan akhirnya aku bisa meninggalkan Spruce Pine. Kota yang telah meninggalkan ribuan jejak keperihan di hatiku. Aku mencoba untuk masuk ke Universitas ternama di U.K. seperti Oxford, Cambridge. Aku ingin memilih diantara dua itu. Mama dan papa menyarankanku untuk memilih Oxford jika aku mampu, kini aku hanya tinggal menunggu pengumuman.
Sambil menunggu pengumuman, aku berkunjung ke apartment Alice di New York. Sudah lama sekali aku tidak menghirup udara New York. Di New York hanya ada aku, Alice, dan Aaron. Mama dan papa harus pergi ke Washington karena ada urusan bisnis. Sedangkan Harry sedang tour untuk 10 bulan. Aku akan sangat merindukannya.
Aku memilih blue faded jeans-ku dengan crop top berwarna cream untuk pergi ke High Line. Alice mengajaku kesana untuk melihat-lihat dan hunting. Ya, Alice memang suka berfoto. Berbeda denganku yang ingin berfoto jika sedang mood saja.
"Astaga, kenapa kau lama sekali? Cepat sisir rambutmu dan ikat!" Kata Alice yang sedang menungguku memoles sedikit lip balm di wajahku. Aku memang suka berdandan semenjak aku menonton tutorial make up, tapi untuk kali ini aku sedang malas. Aku ingin terlihat naturan untuk New York.
Kami menaiki subway train untuk menuju ke high line karena memang jaraknha yang lumayan jauh. Keretanya cukup ramai, mungkin karena sekarang adalah masa-masa liburan. Melihat seorang anak kecil memakan burger membuatku lapar. Aku kan memang belum sempat sarapan tadi.
"Alice, aku ingin makan. Aku belum sarapan." Ucapku. Alice berdecak, "Kau ini, aku juga tidak sarapan. Sudahlah... nanti saja sarapannya." Katanya dengan ekspresi yang sangat menyebalkan.
Aku memukul bahunya pelan. "Bodoh, aku tak bisa menikmati High Line jika belum sarapan. Aku tak mau tau, aku ingin sarapan." Ucapku sembari melipat kedua tanganku di depan dada.
Alice mendegus pelan dan mengangguk. "Kita akan mampir ke McD, tapi kita akan membungkusnya." Katanya ketus dan aku hanya membalasnya dengan anggukan.
Kami pun akhirnya segeram mencari letak McD terdekat dan segera memesan. Aku hanya memesan grilled cheese and bacon dan air mineral, sedangkan Alicr hanya memesan salad dan kopi. Setelah mendapatkan pesanan dan membayar, kami segera pergi menuju High Line.
Pengunjungnya cukup banyak dan rata-rata mereka adalah remaja. Sebelum melakukan hunting dan melihat-lihat, aku dan Alice melahap makanan kami tadi. Melahap makanan di alam terbuka kota New York memang tak ada duanya. Walaupun terganggu oleh suara bising kendaraan, tetap saja ini indah.
New York memang surga dunia dimataku, kau bisa mendapatkan apa saja yang kau inginkan. Di New York, kau bisa menjadi dirimu sendiri tanpa hujatan dari orang lain.
"Aku akan menunggu Ashton, jika kau ingib melihat-lihat, pergilah." Ucapnya sembari mengunyah sarapannya. Aku yang sudah memghabiskan sarapanku akhirnya bangkit dan melangkahkan kakiku, meihat-lihat dan sesekali menyentuh dedaunab tumbuhan indah di sepanjang high line.
Kadang aku memoto beberapa bunga yang menurutku indah. Bukan aku saja rupanya, banyak orang melakukan hal yang sama sepertiku. Ini sungguh ramai, ada yang duduk di kursi sembari menatap matahari pagi, menyantap makanan mereka, dan bahan ada yang bersantai di kursi santai dengan ditemani minuman dingin disamping mereka. Mereka sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing.
Dari arahku sini, aku masih bisa melihat Alice yang kini duduk dengan sorang pria—Ashton, dia adalah kekasih Alice. Kutebak, Ashton lah yang akan memoto Alice karena Ashton memang handal dalam dunia fotografi walupun dia sebenarnya bukan photographer.
YOU ARE READING
Fanzone 2
FanfictionAbel: He's not perfect, but he's all i want. Harry: She never love the sound of her voice on tape, she never want to know how much her weight. She still have to squeeze into her jeans but she's perfect to me.