Abel POV
Kami telah menghabiskan waktu lima jam kami di dalam pesawat ini yang artinya masih ada waktu lima jam lagi. Kami menyibukan diri dengan ponsel masing-masing untuk menghilangkan rasa bosan.Aku menonton Evil Dead di ponselku, Alice tidur, Aaron bermain game di ponselnya, mama dan papa sedang mendengar lagu sampai ketiduran. Dan yang terakhir, Harry, dia sedang asyik menonton pikachu dan menyanyikan lagunya.
"Pikachu gotta catch them all..."
"Harry, pelankan suaramu! Mama dan papa sedang tidur!" Kataku pelan. Harry menoleh ke arahku dan langsung berhenti bernyanyi.
Dia lalu bangkit dari duduknya dan berjalan kearah kulkas, mengambil sebotol minuman jeruk dan kembali duduk, namun kali ini dia duduk persis disampingku dan mengangkat hand holder yang ada di kursi sehingga dia bisa melingkarkan tangannya di pinggangku.
Aku menepis tangannya dengan mataku yang masih fokus pada layar ponselku. Harry kembali melingkarkan tangannya kepinggangku dan mencium pipiku. Aku menoleh kearahnya sekilas, "Tidak Harry, bagaimana jika ada yang melihat?" Kataku dan kembali fokus ke film.
Harry tidak mengumbrisku dan malah mempererat lingkar tangannya, dia melepas earphone yang terpasang dikupingku dengan giginya—menariknya agar terlepas dari kupingku. Aku sedikit tertawa dan menoleh ke arahnya. "Aku tau apa yang kau inginkan, Styles. Tapi bagaimana jika mereka tau?" Kataku sambil mengarahkan tubuhku ke samping—ke arahnya.
"Mereka semua tidur dengan earphone yang terpasang di kuping mereka." Kata Harry dengan senyum yang indah dan dimples yang ikut menghiasi wajahnya.
Oh, dia memang sangat tampan!!!
Aku memperhatikan sekitar dan benar saja, semuanya tertidur dengan earphone di masing-masing telinga mereka.
Harry menarik tubuhku, mengangkatku agar berada di pangkuannya dan menghadap ke arahnya. Aku mengalungkan tanganku kelehernya, merengkuh wajahnya.
Dia menggerakan tangannya kebawah—ke bokongku. Dia menempelkan bibirnya padaku, mengigitnya pelan dan aku bisa merasa bahwa dia menyeringai dan itu membuatku tersenyum.
Aku melepaskan tautan bibir kami, kupandang mata hijaunya yang kini sudah sangat bergairah dan ada sedikit kekecewaan saat aku melepas ciumannya tadi. "Aku tau kau tidak bisa menahannya lagi, ada keluargaku disini, jadi ini hanya ciuman, okay?" Kataku yang masih menatapnya dan merengkuh wajahnya.
Dia mengangguk dengan semangat dan bisa kurasakan nafasnya yang mulai menggebu. Aku bisa melihatnya dari gerakan bahunya yang naik-turun, dan bisa merasakannya ketika dia menarik nafas maka tubuhku akan terangkat, dan saat dia menghembuskan nafas tubuhku akan turun seiring dengan nafasnya di perut.
Dia menaikan tangannya, merengkuhku dan menciumku lebih ganas. Dia menekan tengkukku untuk memperdalam ciumannya. Tangannya turun ke bahuku, tanganku dan akhirnya ke pinggangku, tangannya menyelinap masuk kedalam kaosku, seketika itu juga kulepaskan ciuman kami dan menahan tangannya.
"Hanya ciuman, tidak ada melepas baju, menyentuh hal lain, tidak ada." Kataku menegaskan. Harry langsung memasang wajah lesunya dan kembali menciumku lembut, mengusap rambutku lembut.
"Aku suka lip balm cherry mu." Katanya di sela-sela ciuman. Aku hanya mengangguk dan sialnya saat suasana sunyi seperti ini perutku berbunyi menandakan bahwa aku mulai lapar dan detik itu juga pipiku langsung memerah.
Harry terkekeh, "Kau lapar, eh?" Tanyanya. Dia terdengar sangat sexy. Dia benar, aku lapar, tapi aku tak mau berpindah posisi hanya untuk makanan. Harry kembali meletakan tangannya di pinggangku dan memindahkanku agar dia bisa berdiri.
YOU ARE READING
Fanzone 2
FanficAbel: He's not perfect, but he's all i want. Harry: She never love the sound of her voice on tape, she never want to know how much her weight. She still have to squeeze into her jeans but she's perfect to me.