MATURE [15+]
Aku baru saja tiba di London, Liam dan Niall menjemputku di bandara dan langsung mengantarkanku ke hotel. Aku menginap di sebuah bangunan pencakar langit dengan dinding kaca yang membuat kesan bahwa bangunan itu sangat megah. Terdapat tulisan London Hotels di puncak bangunan ini.Liam dan Niall yang membantu membawa barang bawaanku langsung memasuki lift dan aku mengikuti mereka dari belakang. Mereka bilang mereka sudah memesan kamar untukku dari kemarin. Kamarku berada di lantai 28. Kesan Eropa sangat kental di dalam bangunan ini.
Tentu saja, UK adalah bagian dari Eropa, bodoh!
Pintu lift terbuka, kami segera keluar dan berbelok ke lorong sebelah kanan. Kami berhenti di depan pintu coklat dengan nomor 1989.
"Aku tau kau masih lelah, jadi kami akan mempersilahkanmu untuk beristirahat terlebih dahulu. Nanti malam kita akan beri kejutan untuk si keriting itu." Kata Liam sembari membuka pintu dan mempersilahkanku masuk.
"Okay." Jawabku. "Kau bisa menghubungi salah satu dari kami jika memerlukan sesuatu, dan jika ada sesuatu terjadi padamu beritau kami, kami akan segera datang. Jika Harry menelphone sebaiknya kau tak usah mengangkatnya." Jelas Liam.
"Baiklah, kami harus segera kembali karena aku sudah tidak sabar untuk makan malam buatan Sarah." Kata Niall dengan semangat sembari menarik-natik lengan Liam. "Baiklah Abel, kami harus pergi." Pamit Liam.
"Liam! Niall! Terima kasih." Kataku dan mereka hanya membalasnya dengan senyuman dan wajah mereka hilang saat pintu mulai tertutup.
===
Aku mendapatkan pesan dari Louis jika aku akan pergi ke Coq d'Argent pada pukul 7 malam, maka aku harus bersiap-siap. Aku mandi, membersihkan kotoran dan rasa lelah yang menempel dan mengikat di tubuhku ini dengan air hangat. Selama tinggal di UK, aku jarang mandi dengan air dingin-bahkan hampir tidak pernah.
Aku nemutuskan untuk memakai blue jeans dan crop top cream bergambar jangkar hitam dan juga coat merah marun yang menutupi bagian tubuhku yang terbuka-mencegah agar udara dingin tidak menerpa kulitku. Aku tidak melakukan apa pun pada rambutku, bahkan aku tidak menyisirnya. Namun, aku tidak akan pernah melewati lip balm cherry favorite Harry.
Zayn menjemputku dan kami pun segera pergi ke Coq d'Argent. Yang lainnya akan datang bersamaan dengan Harry. Zayn dan aku sampai di Coq d'Argent, kami masuk ke dalamnya dan menanyakan tempat yang sudah di pesan atas nama Styles kepada sang pelayan wanita yang menurutku tidak cantik.
B aja.
Harry menyuruhku duduk dan dia memesankan segelas wine untukku. "Dengar, agar Harry tidak curiga, aku akan pergi dan bergabung dengan yang lain. Kami tak akan lama." Katanya dan di akhiri dengan kedipan mata, lalu dia pun berlalu pergi.
Seorang pelayan pria menghampiriku dengan membawa satu gelas beserta sebotol wine dan meletakannya di mejaku. "Apa anda sudah siap untuk memesan?" Tanyanya ramah. "Belum, aku masih menunggu seseorang." Jawabku berusaha seramah mungkin. Aku mengelilingi sekitar, untung saja di restoran ini mayoritasnya adalah orang yang sudah dewasa-usianya di atasku- tidak ada remaja yang akan mengganggu momen ini.
"Abel?" Suara pria terdengar menyebutkan namaku. Bukan, ini bukanlah suara Harry. Ini seperti... suara Luke. Kenapa aku harus terus menerus bertemu dengan si Luke ini?!
Aku menoleh, mecari sumber suara. Luke tiba-tiba saja sudah berdiri di depanku dengan senyuman bodoh tapi masih terlihat tampan.
Bodoh kau Abel!
YOU ARE READING
Fanzone 2
FanfictionAbel: He's not perfect, but he's all i want. Harry: She never love the sound of her voice on tape, she never want to know how much her weight. She still have to squeeze into her jeans but she's perfect to me.