Yeyyy UN kelar!!!!
+++++++==++++++
Sudah lebih dari sebulan aku tidak melakukan kontak dengan Harry, bahkan aku sudah tidak pernah memikirkan dirinya lagi. Tapi hatiku telah kembali jatuh pada Luke. Dia mengunjungiku setiap akhir pekan. Kami sering pergi keluar bersama dan meninggalkan Sahar sendirian di apartment.
"Bel, kau bisa mengerjakan materi ini kan? Tolong kerjakan tugasku, kumohon..." Lindsey memohon padaku untuk mengerjakan tugasnya yang diberikan Mr. Flaming. Aku bukanlah tipe anak yang mau mengerjakan tugas orang lain, jadi aku menolaknya selembut mungkin.
"Biarkan aku yang mengerjakan tugasmu, tapi harus ada bayarannya." Celetuk Sahar. Sahar adalah tipe orang yang akan menerima apa saja asalkan dirinya dibayar.
"Ummm, memangnya kau paham materi itu?" Tanya Lindsey, dia sedikit meragukan kepintaran Sahar rupanya. "Ya, Sahar sangat paham materi itu. Dia yang mengajarkanku jika aku tak paham." Imbuhku meyakinkan. Sahar mengangguk berkali-kali, merasa sudah biasa dengan kalimatku yang dia anggap sebagai pujian.
"Baiklah, aku terima." Jawab Lindsey sebelum menyerahkan buku tugasnya pada Sahar. "Satu poundsterling sebagai uang muka, dan sepuluh poundsterling setelah aku berhasil mengerjakan soal." Kata Sahar sambil menatap Lindsey dengan tatapan dorky-nya. "Apa?! Yang benar saja?!" Tanya Lindsey. "Jika kau tidak mau juga tak papa." Kata Sahar sembari mengembalikan buku tugas milik Lindsey.
Lindsey mendegus pelan sambil mengambil selembar satu poundsterling dan memberikannya pada Sahar. "Aku ingin tugasku sudah selesai besok." Kata Lindsey sebelum berlalu pergi.
Sahar tersenyum licik padaku dan berkata, "If you good at something, never do it for free." Dia membuka ponselnya yang kutebak untuk menelphone Steve, dan aku kembali melanjutkan bacaan bukuku.
Harry POV.
Aku memasuki rumah dan kaget saat melihat seorang wanita yang tengah duduk di ruang tengah. Wanita itu mendongakkan kepala dan sebuah senyum lebar menghiasi wajahku. Gemma, dia datang kemari. Aku segera berlari kecil ke arahnya dan memeluknya dengan erat."Gems, kapan kau datang? Kenapa kau tidak memberi tauku terlebih dahulu?" Tanyaku berturut-turut. Gemma hanya tersenyum dan menyelipkan rambut di balik kupingku.
"Awalnya aku ingin memberikanmu kejutan, tapi sayangnya kau pergi. Kemana saja kau?" Tanya Gemma. Aku mengenal kakakku, walaupun dia tersenyum manis seperti ini, aku bisa tau ada sesuatu yang ingin dia bicarakan padaku.
"Gems, aku ingin menjelaskan sesuatu padamu. Tapi tidak sekarang, boleh kah aku beristirahat sebentar? Berikan aku waktu setengah jam." Pintaku. Gemma mengacak-acak rambutku dan menuruti permintaanku.
Itulah yang aku suka darinya, dia selalu mengerti kondisiku. Aku mencium keningnya sekilas dan berlalu ke kamar. Gemma mengikutiku ke kamar dan membongkar isi tasku. Dia memindahkan baju-baju bau dan kotorku kedalam keranjang sedangkan aku merebahkan tubuhku di atas kasur. Lalu setelah itu, dia berlalu keluar kamar.
===
Liam membangunkanku untuk makan malam, aku pun segera menyusul yang lainnya ke ruang makan. Zayn dan louis duduk bersebelahan, Liam duduk dihadapan Louis, sedangkan Niall dan Gemma sedang sibuk menyiapkan makanan.
Ayam bakar barbeque terlihat sangat nikmat, belum lagi ini adalah buatan Gemma, aku sangat merindukannya. Aku duduk di samping Liam dan Gemma duduk di sampingku, Niall mengambil tempat duduk di samping Zayn.
Gemma mengambilkan makanan untukku sedangkan yang lainnya mengambil sendiri. Semua orang menyantap makanan dengan riang dan penuh canda tawa, kecuali aku dan Gemma.
YOU ARE READING
Fanzone 2
FanficAbel: He's not perfect, but he's all i want. Harry: She never love the sound of her voice on tape, she never want to know how much her weight. She still have to squeeze into her jeans but she's perfect to me.