12 - Lelaki yang dipanggil FOSU

213 12 0
                                    

Seorang lelaki tua duduk di meja kantornya sambil menempelkan handphonenya di telinganya. Sesekali dia tertawa.

"Hahaha, itu lebih baik. Saya setuju. Ahaha iya akhir tahun ini mungkin Zidan akan pergi ke Amerika. Jadi bisa sekalian kan..?"

"......."

"Ah baik. Nanti saya beritahu dia"

"....."

"Sepertinya Zaki akan ikut dengan saya ke Bandung mengurusi perusahaan saya di sana"

"...."

"Haha, anak itu memang selalu menurut. Tapi tenang aja. Zidan pasti juga akan nurut"

"....."

"Hahaha. Iya. Baiklah kalau begitu"

Lelaki tua itu memutuskan sambungan telfonnya kemudian tersenyum puas mendengar bisnisnya yang sudah mulai lancar.

"Zaki gak mau ikut kesana kek!" Zaki yang mendengar pembicaraan itu terpaksa memberontak karena itu tidak sesuai keinginannya.

"Lalu kamu mau ikut dengan Zidan ke Amerika? Melihat dia menjemput gadis itu?" ujar Lelaki tua yang di panggilnya Kakek itu.

Zaki terpaku mendengar nama itu. Itu kelemahannya saat ini. Dia menatap lelaki tua di hadapannya dengan wajah yang sudah memerah menahan amarahnya.

"Haha, ayolah Zaki. Ini untukmu juga. Kakek sudah mengatur semuanya. Lupakan gadis itu. Kamu hanya tinggal duduk di kursi bersih perusahaan Kakek, dan Zidan juga akan bersih menyandang gelar di perusahaan milik rekan Kakek, Kakeknya Aina!"

"Aku nggak butuh itu kek!"

"Siapa bilang kamu nggak butuh?! Ini sudah jalannya Zaki. Gadis itu bukan satu satunya di hatimu. Aku tidak akan memaksa Zidan kalau seandainya kamu mampu menggantikannya. Ini salah siapa?"

"Cih" Zaki membuang muka. Matanya benar benar sudah merah akibat kesal. Nafasnya sudah tidak beraturan.

"Kakek cuma mau yang terbaik untuk kalian. Jadi kakek mohon turuti semua jalan yang udah Kakek rancang dari dulu. Zidan sudah Kakek sekolahkan jauh jauh agar dia menjadi pintar dan bisa mengolah perusahaan rekan kakek itu. Sedangkan kamu juga sudah kakek latih menjadi penerus perusahaan ini. Apa ini kurang?"

"Kakek hanya tau sebatas itu!" desis Zaki sambil memandang sinis lelaki tua itu.

"Iya! Karna Kakek tidak menyuruhmu untuk menyukai gadis itu.!"

Untuk kedua kalinya Zaki terpaku. Dia menarik nafasnya dalam dan mengadah kelangit langit ruangan yang sudah terasa sesak itu agar air matanya tidak jatuh. Dia benar benar tidak tau lagi harus bagaimana menghadapi Kakeknya itu.

"Lupakan dia! Itu yang harus kamu lakukan" ujar Kakek tua itu tegas.

"Zombie" Desis Zaki sangat pelan. pikirannya sekarang sudah berkecambuk. Hatinya kembali sesak saat kembali membayangkan betapa sulitnya melupakan gadis itu. Namun ketika dia mengesampingkan egonya hatinya bersorak mantap untuk mulai melupakan masa lalunya itu. Dia akan mulai membenci agar semuanya mudah untuk dilalui.

"Besok kita ke Bandung. Persiapkan semuanya. Mama dan papamu juga akan kesana, sekalian mengisi jadwal liburan akhir tahunmu" ujar Kakek itu.

🎬

"Huahhhhh... Aleya bosennnn... Mau liburannnnn" rengek Aleya kepada Ayahnya.

"Kemana hm? Kan Ayah udah bilang, Ayah sibuk sayang.." kata Reno, Ayahnya Aleya.

"Iya lagian kemaren Fanya pergi ke rumah Nenek kamu nggak mau ikut" kali Ini Bunda bersuara

"Bosen disana Bundaa. Nenek manjain Aku terus" kata Aleya masih sedikit merengek.

ZIDAN (ON-GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang