22 - Takut hilang

182 12 0
                                    

Sekitar setengah jam setelah Zaki sampai hati meninggalkannya di taman belakang rumahnya itu, Aina masih saja duduk di bangku taman itu sendiri. Dia masih berusaha berfikir positif mengenai Zaki terhadapnya. Dia tau dia egois, tapi itu memang harus dilakukannya karena dia tidak mau kebahagiaannya tidak berada di genggamannya. Dia sudah bertekat kalau perjodohan itu tidak akan pernah terjadi, karena bukan itu yang dikhendakinya. Dia akan berusaha mengembalikan keadaan seperti saat dia bahagia bersama Zaki 2 tahun yang lalu.

Aina menghembuskan nafasnya gusar. Perkataan Zaki tadi masih saja terngiang ngiang dibenaknya. Sedih bercampur sakit hati, namun dia bisa apa? Menangis. Itulah kemampuannya saat ini. Gadis itu mengambil handphonenya di dalam sakunya kemudian mengaktifkannya.

AinaGeshilla : He broke my heart again, again, and again. May I cry cause that? Im very sad so bad 😭😭

ZidanExello : dmn?

AinaGeshilla : rumah kakek Umar.

ZidanExello : gue k sn?

AinaGeshilla : udh mlm, lagian gue udah ngantuk. Besok sekolah(!)

ZidanExello : l gpp?

AinaGeshilla : Im Okay😪 gue cma mau bagi kesedihan gue doang ke lo.

ZidanExello : g bth

AinaGeshilla : oke. Gue bunuh diri aja kalo gitu.😙😙😈

ZidanExello : k!

AinaGeshilla : tega!😫😭😭😭😭 gue curhat sama Aleya aja deh.

ZidanExello : 🙅 udh tdr! Jgn gngg👊

AinaGeshilla : lo bikin gue makin kangen Zaki😭

ZidanExello : dsr jnda❗

AinaGeshilla : anjing!
AinaGeshilla : babi
AinaGeshilla : monyet
AinaGeshilla : mati aja lo !

Setelah ngepam line Zidan, Aina menggeram kesal. Dia mematikan handphonenya kembali dan meratapi nasibnya lagi. Zidan benar benar tidak membantunya sama sekali. Ditutupinya wajahnya dengan telapak tangannya sejenak, dan menepis pemikiran pemikiran bodoh yang menguasaai dirinya.

"Padahal gue kangen banget ki.." lirih Aina sendu. "Tapi ngomong sama gue aja lo nggak sudi kayaknya." gumamnya murung.

Dengan cepat Zaki berjalan menuju pintu keluar rumah Kakek Umar karena sudah tidak tahan lagi dengan emosi yang sudah berapi api dalam dirinya. Hatinya kalang kabut. Melihat Aina menangis tadi sudah hampir membuat pertahanannya runtuh.

"Kemana kamu Zaki?" tanya Husain, yang sedari tadi berbincang bincang dengan Umar.

"Pulang..." Zaki menjawabnya tanpa menolehkan kepalanya kepada kakeknya itu. Dia terus berjalan seolah olah tidak mempunyai sopan santun.

"Heii--"

"Sudahlah. Mungkin dia ada urusan. Lebih baik kita lanjutkan rencana kita ini" cegah Umar saat Husein sudah mulai berdiri untuk menyusul Zaki yang sudah keluar dari pintu.

"Kuharap kau tidak berubah pikiran, Mar" ujar Husein pelan

🎬

Mentari pagi kembali menyapa semua siswa yang kembali datang ke sekolah setelah libur berakhir. Sebuah motor putih melaju melintasi perkarangan sekolah menuju parkiran. Terlihat sepasang manusia yang dilanda asmara turun dari motor tersebut dengan wajah yang sedikit malu malu. Hari ini Zidan sengaja menjemput Aleya untuk berangkat sekolah bersamanya. Dan itu tentu saja dengan senang hati Aleya menerimanya tawarannya.

ZIDAN (ON-GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang