13 - Sebuah Kalimat Manis

196 14 0
                                    


“Ahhh sial banget sihh.” Aleya menggerutu sebal, dia memeriksa tas kecil yang diselempangkannya di bahunya dan melihat isinya.
“Untung ini gak basah” ujarnya saat
dilihatnya handphonenya tidak basah.

Dia kembali menatap langit, hujan masih saja turun deras dan langit masih berwarna gelap.

“ini mah bakalan lama teduhnya” gumam Aleya lesu. Gadis yang rambutnya dijalin samping itu
mendengus lelah.

Seseorang keluar dari pintu cafe dan itu dapat dirasakan oleh Aleya karena dia berdiri tepat di depan pintu. Aleya menoleh kebelakang “oh..?” dia terkejut dan langsung membalikkan
badannya sempurna. Saat ini dia tengah berhadapan dengan Zidan.

Aleya tersenyum menyapanya. Namun lagi lagi Zidan hanya menatapnya dengan datar.

“ck. Selalu flat” gerutu Aleya yang bisa didengar oleh Zidan.

“Ngapain disini?” Tanya Zidan sembari melangkah dan berdiri disamping Aleya.

“mau mandi hujan” jawab Aleya asal.

“oh..” Zidan mengangguk tanpa mau menanggapi jawaban Aleya yang memang diketahuinya asal asalan.

“Lo ngapain disini?” kali ini Aleya yang bertanya.

“Berenang” Zidan juga menjawab asal dan itu sontak membuat Aleya tertawa terbahak bahak. Padahal Zidan tidak bermaksud melawak namun hal kecil seperti itu mampu membuat gadis di sampingnya itu
tertawa gurih.

“ck” Zidan berdecak kemudian ikut tersenyum melihat tawa Aleya. Untuk beberapa saat mereka terdiam menunggu hujan teduh, namun semakin lama ditunggu hujan semakin deras. Aleya berusaha mencuri pandangan ke arloji di tangan Zidan untuk melihat
waktu, Dia sudah mulai merasa lelah menunggu hujan terlalu lama.

Zidan menyodorkan pergelangan tangannya di depan wajah Aleya agar gadis itu mudah melihatnya karena sedari tadi Zidan sudah tahu dia mencoba melirik arlojinya namun selalu gagal.

Aleya tersentak kemudian terkekeh “hehe, makasih” ujarnya namun sedetik kemudian wajahnya kembali murung “enam?” gumamnya lesu.

Saat ini dia benar benar ingin pulang
karena dia sudah benar benar lelah dan membutuhkan istirahat. Aleya mengembuskan nafasnya gusar. Udara juga terasa sangat dingin menyelimuti tubuhnya yang hanya memakai kaos putih berlengan pendek.

“ck. Ayo ..” Zidan mengajak Aleya berjalan menuju motornya yang terparkir disamping cafe.

“eh?” Aleya menoleh melihat punggung Zidan yang sudah mulai menjauhi dirinya.

“gue anter lo balik” Zidan menoleh sejenak kemudian berbalik lagi menuju motornya.

“ck. dari tadi kek” Aleya bergumam pelan, dan memang tidak akan terdengar oleh zidan.

Setelah sampai di dekat motornya, Zidan melihat kembali langit namun masih tidak ada menunjukkan bahwa hujan akan berhenti tapi kalau masih ditunggu tunggu, hujan tidak akan
berhenti dan hari pun semakin gelap. Zidan menoleh kebelakangnya dan langsung berhadapan dengan Aleya yang sudah memaparkan tampang polosnya.

“Hujan?” Tanya Zidan dan lebih tepatnya memberi tahu.

if you want why not..?" Aleya tersenyum mantap. Dia tidak memikirkan bagaimana nantinya
setelah hujan hujanan, namun yang dipikirannya saat ini adalah bagaimana agar dia bisa cepat sampai ke rumah. Zidan berfikir sejenak kemudian menatap Aleya ragu.

“ayoooo….” Aleya menarik tangan Zidan agar lelaki itu segera naik keatas motornya. Zidan menurut namun sebelum naik keatas motornya dia menghentikan langkahnya dan memberikan jaketnya kepada Aleya. “pake” ujarnya.

ZIDAN (ON-GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang