Episode 1: Mendadak Pecah Ketuban

35.3K 2.4K 820
                                    

Anya mengernyit ketika perutnya kembali mengencang. Sudah sejak semalam ia merasakan kontraksi. Semakin mendekati hari perkiraan lahir, semakin sering pula ia merasakan kontraksi palsu seperti ini.

Anya tidak mengeluh. Ia malu karena sudah terlalu banyak menorehkan beban pada keluarganya. Toh di rumah juga tidak ada orang. Damar dan Hasna sama-sama masih jam kerja. Mereka baru akan pulang sore nanti, terikat jam kerja sebagai pegawai negeri sipil.

Sedangkan Andra adiknya … tentu saja belum pulang sekolah. Pulangnya masih nanti sore, karena sekolahnya full day.

Anya hanya menahan sembari mengelus perutnya perlahan-lahan. "Kamu baik-baik ya, Sayang. Bunda sudah tidak sabar mau bertemu kamu. Kamu adalah alasan terbesar Bunda bertahan sampai detik ini."

Anya tersenyum pada perut hamilnya, yang sekarang sudah berusia 37 minggu. Wanita itu berusaha berdiri dengan berpegangan pada sandaran sofa.

Ia dikejutkan dengan sensasi hangat dan licin di antara kedua kakinya. Ketika ia melihat ke bawah, ada genangan air di sana. Yang seketika membuat kedua matanya membulat saking kagetnya.

***

Andra baru sampai depan rumah, setelah diantar pulang oleh Tiata pujaan hatinya. Iya, Tiara yang membonceng.

Bukan Andra tidak bisa naik motor. Bisa kok. Hanya tidak terbiasa naik matik saja.

Kalau bukan karena motor kesayangannya sedang opname di bengkel, ia juga tidak akan sampai merepotkan Tiara untuk mengantarkannya pulang seperti ini.

"Hati-hati ya, Yang! Kalau ada yang godain, bilang ... kamu sudah punya Andra, cogan paling tamvan seantero SMA Binar Gemintang!"

Tiara langsung mencebik. “Pret! Kamu setelah ini langsung ke Pujasera, Ndra?"

"Iya. Harusnya kamu mau aku ajak ke sana. Di sana ada temanku yang keren banget. Tapi bagus juga sih kamu nggak mau diajak ke sana. Takutnya kamu malah terpesona sama temanku itu!"

Tiara pun tertawa. "Gimana, sih? Katanya aku harusnya ikut ... tapi kok bagus aku nggak mau. Dasar labil! Lagian kalau memang ada cowok yang lebih baik dari kamu ... ya kenapa nggak?"

Andra sukses dibuat merajuk seperti bayi. “Kalau gitu jangan pernah ke Pujasera kamu, Sayang!”

"Gara-gara kamu ngomong gitu, aku malah jadi makin penasaran. Aku akan ke sana diam-diam tanpa sepengetahuan kamu. Salah sendiri kasih tahu punya teman keren. Aturan diam aja soal itu kamu!"

Andra tampak tak rela sekali. Karena serius ia sangat sayang pada Tiara.

"Bercanda, Ndra ... bercanda!" Tiara cengengesan karena berhasil membuat pacarnya kesal.

Andra sudah kepalang kesal. "Kamu kenapa nggak pernah panggil aku sayang, sih? Ndro Ndra Ndo Ndra terus panggilnya. Aku kamu akui sebagai pacar kamu atau nggak sebenarnya?"

"Astaga ... kan aku udah bilang. Aku agak geli panggil sayang-sayang begitu. Tapi ya udah, deh. Karena kamu butuh validasi, baik lah ... Sayang ... jangan ngambek, ya! Aku cuma bercanda kok!"

Andra labil … sampai tersipu-sipu dipanggil sayang begitu oleh Sonia. Senang sekali rasanya sampai ke ubun-ubun.

"Ya sudah, hati-hati ya, Sayang. Makasih udah rela menahan geli, demi panggil aku, Sayang!" Andra mengacak rambut Tiara dengan gemas.

Janda Dinikahi Vokalis BandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang