Kembali ke waktu sekarang, di hari Anya mengalami pecah ketuban ….
Andra sudah tidak ingat lagi dengan tujuan awalnya untuk pergi ke Pujasera. Fokusnya hanya mengantar kakaknya ke rumah sakit. Sebenarnya driver taksi online tidak lelet, hanya saja rasa panik membuat Andra jadi lebih emosian.
Apa lagi sekarang ini Anya mulai terus mengalami kontraksi aktif.
"Pak ... bisa tolong lebih cepet sedikit nggak, sih? Ini kakak saya keburu brojol di sini!" Andra mengatakan itu entah sudah yang ke berapa kali. Padahal baru 10 menit perjalanan mereka. Masih tersisa 10 menit lagi estimasi waktu sampai rumah sakit.
"I-iya, Mas ... ini saya sudah berusaha semaksimal mungkin." Driver itu tampak kesal, tapi juga ikut panik, dan mengerti juga dengan situasi yang memang menegangkan ini.
"Berkendara yang aman saja, Pak. Jangan terlalu ngebut! Jangan dengarkan adik saya, Pak ... dia hanya sedang panik. Maaf ya, Pak." Anya lagi-lagi meminta maaf di sela rasa sakitnya.
Wanita itu sembari sibuk mempraktikkan teknik pernapasan hirup satu kali, tiup dua kali ... yang dipercaya mengurangi rasa sakit kontraksi.
"Mbak ... nanti keponakan aku lahir di sini gimana?" Andra kini menyuarakan ketakutannya pada sang kakak.
"Dek Andra ... Mbak bahkan baru banget ngerasain kontraksi aktifnya. Jalannya pembukaan nggak secepat yang kamu kira, Dek. Kamu pikir ini seperti bersin, sekali hatcuh bayi langsung keluar?" Kesal juga Anya lama-lama, gara-gara kelakuan panik adiknya.
Ekspres kesal Anya, disambut tawa cekikikan sang driver taksi online.
Sementara Andra hanya cemberut, karena ia memang tidak mengerti sama sekali perihal persalinan. Ia hanya tahu adegan melahirkan di televisi, yang prosesnya sepertinya memang sangat cepat … tahu-tahu brojol.
***
"Aku jadi repoti kamu, Ka. Maaf, ya." Pemuda yang sedang terbaring di atas brankar UGD itu bicara lagi, entah sudah berapa kali ia meminta maaf pada Shaka temannya.
"Kenapa minta maaf terus, sih, Sel? Namanya orang sakit, ya mau gimana lagi? Kan masih bisa perform nanti lagi kalau kamu udah kembali sehat." Shaka ini sebenarnya adalah tim pencari talent untuk para performer di Pujasera.
Tadi sebenarnya Ansel sudah datang ke Pujasera. Sudah menunggu giliran untuk tampil. Juga menunggu Andra untuk datang, karena mereka berjanji untuk ngopi dan sharing bersama soal permainan gitar.
Tapi Ansel malah sakit. Shaka tidak membiarkan Ansel tampil seperti biasanya. Ia bergegas membawa pemuda itu ke rumah sakit, karena tak mau ada sesuatu yang tak diinginkan terjadi.
Bukannya berlebihan, tapi Shaka melihat sakitnya Ansel cukup serius. Pemuda itu pucat sekali, dan berkeringat banyak. Ansel juga seolah kehilangan seluruh tenaganya. Ia tidak pingsan, tapi hanya bisa berbaring.
Untuk minum saja harus dibantu. Diajak bicara juga kadang menyahut, kadang tidak. Siapa yang tidak panik? Makanya langsung Shaka bawa ke sini.
"Aku tadi juga udah janjian sama Andra sebenarnya, Ka. Andra sekarang pasti lagi nunggu di Pujasera." Ansel masih menyesali semua yang terjadi.
"Andra kalau sampai Pujasera, pasti dikasih tahu sama orang-orang di sana kalau kamu sakit, Sel. Kamu tenang aja, lah. Nggak usah terlalu khawatir."
Ansel masih sibuk dengan rasa tak enaknya. Tapi kemudian fokusnya kembali dialihkan oleh rasa sakit dan linu di sepanjang tulang belakangnya. Membuat pemuda itu mengernyit menahan sakit.
"Sel ... kenapa lagi? Sakit lagi?" Shaka malah bertanya retoris, karena ia jadi panik lagi melihat Ansel seperti itu.
Tadi Ansel juga seperti itu saat masih di Pujasera. Rasa sakit menyerang dan menguasainya, sampai Ansel seketika lemas. Ia keringat dingin, dan ronanya menjadi semakin pucat. Makanya Shaka takut dan memutuskan membawanya ke rumah sakit seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Janda Dinikahi Vokalis Band
General FictionAnya bercerai dalam keadaan hamil. Ia pikir hidupnya sudah berakhir saat itu. Tapi ia dipertemukan dengan Ansel, vokalis Cakrawala Band, yang kini sedang naik daun. Novel sicklit.