Chapter 1: Begins

1K 104 24
                                    

"Miaw... Miaw..."

"Lisa, kau sudah bangun? Syukurlah."

"Je-jennie-yaa ada apa?"

"Kau korban tabrak lari. Untung saja kamu sempat memintaku untuk menjemputmu. Kau sudah merasa lebih baik?"

"I-ini rumah sakit?"

"Ne, kau sedang dirawat sekarang."

"Tadi itu... Siapa?"

Jennie mengerutkan dahi.

"Nugu?"

"Aku liat ada seseorang di seberang jalan. Apa dia juga baik-baik saja?"

"Bukannya kamu sendirian? Katanya tidak ada siapa-siapa yang lewat ke situ."

"Lalu... Aku sempat dengar suara kucing—"

"Sudah, lupakan saja. Lebih baik istirahat. Aku akan menelepon orang tuamu mengenai kondisimu saat ini."

Aku diam seribu bahasa. Lidahku terasa kelu.

Siapa dia? Bagaimana bisa tahu namaku? Bagaimana juga dia bisa meneleponku?

"Lisa?"

Tiba-tiba terdengar suara lelaki.

"Lisa, apa kau baik-baik saja?"

"Aish kau ini, yang namanya ketabrak emangnya gak kenapa-napa?! Dasar Bambam!"

"Iya, aku tidak apa-apa sekarang," jawabku sebisanya.

"Tuhkan, dia aja gak papa, kenapa malah lu yang sewot?" sungut Bambam.

Tunggu dulu. Siapa itu? Siapa yang ada di belakang Bambam? Ada apa dengan matanya?

 Siapa itu? Siapa yang ada di belakang Bambam? Ada apa dengan matanya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ya, kau sedang lihat apa?"

"Ah, bukan apa-apa kok."

Anak gadis itu semakin mendekat ke arahku. Dia berbisik. "Kau bisa melihatku kan?"

Kupikir awalnya dia memakai kacamata hitam. Namun ternyata, kedua bola matanya benar-benar tidak ada!

Bulu kudukku berdiri. Apa ini? Kenapa aku bisa melihat semua ini? Kenapa?

"Lis, aku pamit dulu ya, mau beli beberapa cemilan." pamit Jennie.

"Pergi jauh-jauh sana, hush!" usir Bambam dengan tangan mendorong tubuh Jennie.

"Aku rapopo mz. Jaadh kamutu."

-oOo-

"Bilang aja kamu gak suka kan sama aku?"

"Bukannya begitu. Aku cuma gak siap," tutur Ten.

"Yaudah sih, kalau itu pilihan kamu mau gimana lagi?" ujarku.

Aku berdiri dari tempat dudukku. Lalu berjalan keluar dari restoran itu.

"Goodbye bitch."

Ten tak acuh. Wajahnya datar tapi nampak lesu. Aku benar-benar tidak bisa menerka pikirannya.

29 Desember. Sebentar lagi tahun baru. Apa ya kabarnya appa dan eomma?

Aku duduk di bangku seberang jalan. Lalu, aku mengambil ponsel dari tasku.

Kulihat wallpaper HPku. Ten. Aku langsung buru-buru menggantinya. Jisoo, Jennie, Rose, dan aku yang kali ini terpampang di wallpaper.

"Sudah jam 10 malam," gumamku.

Tes. Tes.

Rintikkan air perlahan menetes ke layar HPku.

Tes tes.

"Ah, gerimis."

Aku harus segera cari tempat berteduh, pikirku.

Seseorang, tiba-tiba, mendahului langkahku. Dia memayungiku.

"Jimin? Ngapain?"

"Kasian banget sih lu. Malem-malem sendirian begini. Mendingan gw anterin sampe depan rumah lu gimana?"

"Lu gak usah modus kali chim."

"Yaelah, giliran tulus aja dibilang modus," gerutu Jimin.

"Yaudah, jalan sono sendiri!" Jimin langsung mempercepat langkahnya.

"Ya! Jimin! Tunggu!" Aku segera mengejar dia secepat mungkin.

"Bukannya lu tadi gak mau?"

"Aish, gw bercanda kali. Lu baperan amat sih? Lagian hujannya juga udah mulai deras!" Aku mengerucutkan bibir.

"Yaudah terserah."

Agak aneh memang rasanya. Bukan, bukan karena gw dipayungi cowok pendek! Aneh rasanya orang yang kita sayangi justru mengabaikan kita. Sedangkan orang yang kita anggap bukan apa-apa malah peduli banget sama kita.

"Btw, tadi gw liat mata lu berair kenapa? Nangis yaaa?" ledeknya.

"Gw gak nangis! Gw cuma sedih," jelasku.

"Sedih kenapa?"

"Kepo banget sih lu."

"PMS lu yak? Sensi amat."

"Um... Jimin, gw pengen nanya."

"Nanya apa?"

"Lu kan deket ama banyak cewek. Sekali-kali kasih tau lu punya yeoja chingu apa gak? Kalo iya, siapa orangnya?"

"Gw masih belum punya tambatan hati eak."

"Boong..."

"Ngatain orang kepo tapi lu sendiri lebih kepo, maunya apa?!"

Aku terkekeh pelan.

"Nah, ujannya udah berhenti nih." Rumah lu juga udah deket kan? Pergi sono lu!"

"Iya ya, btw makasih banyak ya bantet~"

"Sama-sama Lisa kurbel~"

Aku berpisah dengan Jimin. Dia lumayan juga jadi moodbooster.

Ah, rasanya ingin cepat-cepat pulang ke rumah dan langsung bobo-bob cantique.

E-eits tunggu dulu.

Miaw. Miaw.

Kok ada anak kucing hitam sih di depan rumah gw?

Duh, imutnyaaaa~

Bawa pulang tidak ya? Bawa pulang tidak ya? Bawa aja deh hehe.

Loh, loh, kok aneh? Masa ekornya dua? Hmm...

Gapapa lah bawa aja. Kapan lagi bisa melihara kucing?


Tbc. Btw ini flashback 1 hari sebelum insiden Lisa tabrakan. Jangan lupa vomment dan krisarnya yaa~

FLYING WITHOUT WINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang