PROLOG

1K 223 337
                                    

"Tuhan menciptakan kebahagiaan. Bahagia itu indah dan Bahagia itu sederhana, dia datang kapan saja. Hanya melihat orang disekitar kita tersenyum dan tertawa karena kita, sudah membuat kita bahagia bukan?
Tetapi Tuhan juga menciptakan kesedihan, kesedihan itu menyakitkan dan kita tidak bisa di duga kapan dia datang. Hanya membuat orang disekitar kita menangis dan terpukul apalagi karena kita, sudah membuat kita sedih bukan?"

-Kebahagiaan yang tak Betah-

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

"Cieee.. ade bang Rian mau masuk sekolah baru di Bandung." Rian menggoda adik perempuan satu-satunya itu, sembari mencolek-colek pipi kanan adiknya dengan tatapan jail.

"Ihhh apa sih bang, colak-colek kaya lagu Ayu Tingting! Bang Rian sama bang Reno juga kan sama pindah sekolah juga." Rachel kembali memakan roti bakar rasa coklat buatan kedua abang kembarnya itu. Setiap pagi, mereka selalu membuatkan sarapan pagi untuk Rachel dan untuk mereka sendiri. Sekalian meringankan pekerjaan Mbo Ni.

Reno dan Rian lahir pada tanggal 18 Februari 1998, Reno lahir sekitar 6 menit lebih cepat dari pada Rian. Dua tahun kemudian lahirlah seorang Rachelia Permata Irawan. Mereka lahir di Bandung.

Saat Rachel berumur 4 tahun, orang tua mereka memutuskan untuk tinggal di Jakarta karena orangtuanya ditugaskan untuk mengurus perusahaan yang dibangun oleh Suryono-ayah dari papa Rachel, yang hampir bangkrut.

Seminggu yang lalu, mereka kembali pindah ke Bandung. Dan kemarin orang tua mereka ke Kalimantan karena urusan bisnis.

Orangtua mereka adalah pekerja keras. Alice-mama Rachel, memilih untuk tetap bekerja di perusahaan milik mertuanya. Padahal jika Risal-papa Rachel, bekerja sendiri, gajinya sudah lebih dari cukup untuk kebutuhan keluarganya. Tetapi Risal tidak bisa menolak keinginan Alice yang ingin tetap bekerja. Alice melakukan pekerjaannya juga untuk ketiga buah hatinya.

Jadi, selama orangtua mereka bekerja, urusan rumah dipegang oleh Mbok Ni plus mengurus Rachel, Reno dan Rian.

"Kenapa sih, sekolah Ahel beda sama sekolah bang Rian sama bang Reno?" Rachel memandang wajah kedua kakaknya dengan kesal.

"Biar Ahel jadi mandiri aja, biar makin dewasa." jawab Reno.

"Betulll," Rian mengangkat jempol kirinya, sedangkan pandangannya tetap kepada Roti bakarnya.

"Emang selama ini Ahel belum dewasa apa? Terus masa bang Rian sama bang Reno sekolahnya sama sih? Sekelas lagi. Ahhh gak asik!" Mulut Rachel berubah menjadi membentuk kerucut.

"Emang Ahel mau sekelas sama abang? Ya kali! Hahaha." Rian mengacak-ngacak rambut Rachel dengan lembut.

"Gak lucu Abanggg ihhhh! Jangan ngacak-ngacak rambut ah!" Rachel mencubit lengan Rian, membuat Rian meringis kesakitan.

"Awww, galak amat ihh si nyai," kata Rian sembari mengelus lengannya yang agak memerah.

"Au ah! Punya abang gak pengertian banget!" Rachel langsung meneguk segelas air putih, kemudian membawa tas sekolahnya, dan pergi meninggalkan meja makan.

"Noh ade lo ngambek."

Reno menyentil jidat Rian "Ade lo juga bego!" kemudian Reno mengambil kunci mobil dan tas sekolahnya.

Rian mengelus-ngelus jidatnya yang terasa nyut-nyutan karena sentilan Reno yang cukup cetar, "lama-lama gue masuk berita, jadi korban penganiayaan sodaranya sendiri," gumam Rian yang sudah ditinggal Reno yang kini berlari kecil mengejar Rachel. Mbok Ni yang sedang memasak ayam hanya menggeleng melihat kelakuan anak majikannya.

Kebahagiaan Yang Tak BetahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang