Rindu

2K 89 3
                                    

GRETTA POV

Gue udah lulus SMA, dan udah saatnya gue terusin pendidikan gue. Pilihan gue jatuh ke Universitas yang berada di negeri Kincir Angin yu Belanda, entah kenapa gue memilih negara tersebut untuk melanjutkan pendidikan gue. Tujuan awal gue pindah keluar negeri adalah mengejar cita-cita gue sebagai seorang Psikolog dan kayaknya sekarang nambah satu alasan lagi yaitu melupakan "DIA" yup bener Revan cowo yang selama ini hampir buat gue gila karna hilangnya dia. Semua media komunikasi mulai dari Facebook, Twitter, Path, Skype, Instagram udah ga ada yang aktif, kalau nomer telpon memang udah pasti dia akan ganti karna dia pindah bukan keluar kota, melainkan luar negeri. 

"Yakin lo mau pindah ke Belanda sama tante lo disana?" tanya Sifa

"Yakin Fa, gue mau melupakan semuanya. Gue menyerah aja kayaknya"

"Jangan nyerah gitu dong lo Ta, gue sama Sifa pasti selalu bantu lo, gue akan coba cari informasi tentang Revan" Haris angkat bicara

"Ga perlu Ris, gue udah cukup selama 2 tahun ini cari dia. Percuma aja gue cari dia dan mikirin dia, tapi dianya engga sama sekali. Gue mau fokus sama cita-cita gue dulu. Untuk masuk ke universitas ini juga saingannya ga sedikit dan gampang, ini udah jadi cita-cita gue. Dan semoga aja disana gue bisa lupain dia seutuhnya." 

"Oke, kalau lo tetep maksa untuk tinggal disana. Tapi lo harus janji sama kita, kabarin terus keadaan lo, dan jangan telat makan dan sampe sakit ya! kita tuh khawatir kalau lo udah drop kesehatannya." ucap Sifa bertampang melas.

"Oke bawelku!!" ucapku gemas dengan tampang Sifa

kami pun mengobrol di cafe hingga akan tutupnya cafe tersebut. Pulang larut sudah biasa akhir-akhir ini. Setelah Sifa dan Haris mengantar gue sampai rumah, gue menuju kamar dan langsung bersiap untuk tidur.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Masih dalam mimpi gue yang biasa aja, gue masih di dalam hangatnya selimut dan masih setia pada bantal guling yang siap 24 jam di kasur ini. Tega memang, ketukan pintu membuat gue terbangun dari tidur yang nyaman ini. Gue berdiri dan membuka pintu dengan tampang baru bangun tidur, gue kira siapa ternyata pembantu dirumah gue dengan membawa .... tunggu sebentar, apa yang dia bawa? sebuah kotak? 

"Pagi non, maaf kalau bibi bangunin tidurnya. Tapi ini non, tadi pagi waktu saya lagi mau beres-beres di depan ada kotak ini, ga tau dari siapa tapi disini tulisannya untuk non Retta" 

dengan tampang masih datar, gue cuman ngangguk-ngangguk doang dan mengambil kotak itu dan berterima kasih, gue tutup pintu kamar dan langsung duduk di kasur sambil menggerak-gerakkan kotak itu, semakin penasaran dengan isi kotak itu gue buka aja. Terkejut melihat isi di dalam kotak itu, ada sebuah Boneka dan bunga yang telah layu

Itu... i itu kan, Astaga dia disini?! Revan, sekarang lo dimana? gue berlari keluar kamar, mencari bibi

"Bi! paket ini dateng baru atau udah lama?"

"Hem.. waduh kurang tau tuh non, soalnya waktu bibi buka pintu depan udah ada paketnya"

Gue langsung berlari keluar rumah, masih utuh dengan baju piyama. Semua pandangan tertuju sama gue, pagi hari aja udah jadi pusat perhatian gini -_-

"Revan! lo dimana? gue harus ketemu lo! Lo dimana Van!!" teriak gue sambil mencari di sekitar gue dan berhasilan NIHIL.

Gue ga tau harus cari dia kemana lagi, gue cape nunggu dia kembali, gue ga tau harus berbuat apa, gue cuman bisa nangis tiap malem, dan dengerin lagu kenangan berdua, dan saat ini gue kembali nangis terjongkok

Gue masuk kerumah dengan kecewa, setelah itu gue kekamar dan mengambil handphone mencari contact Sifa

"Fa.. hiks"

"Retta? lo nangis? why beby?"

" Gue harus ketemu lo dan Haris sekarang, di tempat biasa ya"

Gue segera bersiap dan langsung tancap gas ke cafe tongkrongan biasa. Mencari tempat duduk yang ternyaman dan jarang orang ada di sana. Gue mau nangis sepuas-puasnya di depan Haris dan Sifa.

"Retta, lo kenapa?" tanya Sifa panik yang baru dateng

"Fa, gue ... Tadi pagi, gue dapet paket ini. Hiks"

Sifa dan Haris langsung mengambil kotak tersebut dan membukanya, terkejut bukan main isi dalam kotak adalah Boneka dan Bunga yang telah layu, ga salah lagi ini dari Revan si manusia entah brantah saat ini.

"I.. ini kan, Retta? are you okey?" tanya Haris

"Iya ka, Fa. Setelah gue buka isinya ya itu, gue langsung cari orng yg bawa paket ini but, hasilnya nihil. hiks"

"Eh, ini ada surat." spontan Sifa mengambil surat yang ada di balik tutup kotak tersebut

To: Gretta
Hai Gretta, ini gue Revan. Gue harap lo baik-baik aja ya. Gue kangen sama lo, tapi sorry gue belom bisa ketemu sama lo. Gue masih butuh waktu yang tepat, soal lo terima gue atau engga lo ga usah jawab, anggep aja gue ga pernah ngelakuin kaya gitu.
Ini gue kasih boneka dan bunga yang pernah gue kasih saat ultah lo, sorry kalau bunganya ga cantik lagi, gue simpen terus bunga ini selama 2 th, yaa makanya kering dan layu ga jelas kaya gitu. Hehehe :)
Btw, gue denger lo keterima di Universitas of Amsterdam ya? wahh, congrats ya! Moga2 cita-cita lo terwujud.
Sekali lagi gue bilang makasih ya untuk semuanya, jaga diri lo baik2 disana. salam ya buat couple Sifa dan curut Haris.

                                               Salam Hangat,
                                                     
                                                     Revan

Setelah gue baca surat tersebut, air mata yang telah di tahan selama baca surat itu akhirnya keluar membanjiri pipi. Rasa menyesal sangat terasa, Perih di hati sangatlah berkecamuk, Patah hati banget gue. Air mata itu terus mengalir, walau Sifa dan Haris menenangkan gue tapi gue ga bisa menghentikan air mata ini, bagaikan keran yang bocor. Gue butuh Revan yang perhatian, yang lucu, yang selalu ada saat gue butuh, yang selalu nyebelin saat dia udah manja2, yang selalu tau apa mau gue. Cuma dia, iya cuman dia yang bisa!

Entah berapa lama gue nangis, yang jelas mata gue sangat2 ga banget untuk di lihat, sembap yang terlalu over.

"Fa, ka Haris. gue balik ya, thank's udah mau nemenin gue dan cuma liatin gue nangis selama beberapa jam ini."

"Gapapa kok, mau gue anter Ta?"

"Ga usah, gue bawa mobil kok. Balik ya" ucap gue sambil tersenyum tipis

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Seminggu kemudian,

"Ta, lo ati2 ya di sana. Jangan lupa kabarin kita terus, jangan lupa makan, jangan lupa jaga kesehatan, dan jangan lupa sama kita terutama gue ya. Hiks" ucap Sifa sambil menangis

"Hahaha, jangan nangis gitu ahh.. Gue akan jaga diri baik2 kok, setelah sampe gue kabarin, lo juga disini baik2 ya. Ka, gue titip Sifa ya sama lo. Gue percaya lo bisa jaga Sifa dengan baik."

"Siap Ta, gue pasti jagain kok. Nih tiket lo. Ati2 ya" kata Haris sambil memberikan tiket

"Thank's ka. Gue jalan dulu ya, bye"

"Bye" ucap mereka berdua

Gue jalan kearah pesawat, gue berbalik badan dan menatap langit "Goodbye Indonesia, I will always miss you and you Revan" ucap gue dalam hati setelah itu gue masuk ke dalam pesawat.

Hai2 kalian!! Hohoho, gue lanjutin ceritanya dari sisi si Grettanya dulu yaa, gimana menurut kalian? :D ahh ga sabar pengen terusin cerita dia di Amsterdam sana.. ada kisah menarik lohh! makanya jangan mau ketinggalan.

Kasih comment dan Vote ya semua, biar semangat nihh ;)

PEKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang