Chapter 10

395 19 0
                                    

"Jika rasa nya mencintai se sakit ini.

Seharus nya kita tak harus,

Saling mencintai"

- Hati yang patah -

※※※

Ballroom sebesar samudera itu, duh lebay terlalu mendramatis kan nih. Sudah di penuhi para tamu yang hadir ingin makan. Tau lah kebiasaan orang kondangan nunggu acara makan-makan. Ok, itu ngaco. Sebenar nya, acara itu resepsi nikah dulu baru peresmian di altar besok nya. Itu rencana Awan agar dia memperpanjang masa lajang. Kaya STNK aja di perpanjang segala. Hayoo apa nya yang di perpanjang? Kartu nya lah. Yang nething, yang nething.

Acara resepsi nya sudah di mulai sedari tadi. Dan terlihat binar kebahagiaan yang terpancar dari mata para tamu. Tiba-tiba ballroom itu menjadi gelap. Dan hanya terdengar suara mc yang mencoba memandu.

"Baik lah, selamat malam para tamu yang hadir! Bagaimana sajian dari kedua pengantin kita ini? Kita mau tau nih ya hadiah apa yang sudah di persiap kan pasangan duo sejoli ini! Untuk pengantin pria, silah kan beri kan hadiah istimewa untuk calon istri nya!"

Riuh tepuk tangan tak lagi terhindar. Di tengah jalan, Hujan dan Raka terjebak macet yang panjang nya sepanjang sungai nil.

"Raka, nih lama banget macet nya! Apa kita jalan kaki aja?" Tanya Hujan yang sudah bergerak gusar di tempat nya.

Tangan Raka membelai rambut Hujan yang halus itu. Lalu senyum nya terukir tipis.

"Sabar ya!" Raka mengacak kecil rambut Hujan.

Sebenar nya hotel nya tak jauh lagi. Hanya beberapa blok dari mobil yang di kendarai Raka. Hujan mengambil mantel musim dingin nya. Di luar hujan masih menderu dengan kencang. Langit tak menampak kan sinar cahaya bintang. Semua sangat gelap. Hujan mengambil payung biru donker milik Raka. Menurut Raka, biru donker adalah warna yang indah. Tidak terlalu hitam dan tidak terlalu biru. Donker adalah netral.

"Kamu mau kemana?" Tanya Raka mengernyit heran.

"Aku... aku mau hadir di acara nya dia. Aku enggak mau terlambat" kini Hujan tersenyum tulus untuk meyakin kan Raka.

"Huft... ya udah deh kamu duluan. Deket kan dari sini?"

Hujan mengangguk semangat. Entah apa yang membuat Hujan begitu tampak semangat dan berbinar. Hujan keluar dari mobil Raka. Yang benar saja, Hujan sudah kewalahan menahan payung biru itu agar tidak terbang. Kembali ke Ballroom tadi. Para tamu sudah bertepuk tangan ria karena permainan piano Awan yang indah. Sekarang, adalah giliran Sharen yang memberi Awan hadiah. Mereka berhadapan.

"Mungkin, aku bukan lah wanita yang sempurna untuk mu. Mungkin aku bukan lah wanita yang bisa membuat mu bahagia. Mungkin dan kemungkinan lain nya. Yang aku tau, hanya kamu yang membuat ku tersenyum setiap saat." Para tamu yang hadir merasa tersentuh dengan kata-kata Sharen, tidak dengan Awan. Tidak. Tidak akan pernah terjadi.

Sharen mendekat kan wajah nya ke arah Awan. Awan hanya diam bergeming di tempat. Toh tidak ada guna nya menghindar. Tetapi... suara pintu besar ballroom itu menginstrupsi adegan romantis yang hampir saja terjadi itu untuk berhenti. Para tamu terpusat di pintu besar itu. Termasuk Awan sendiri. Terlihat siluet seorang gadis. Gaun peach nya cukup basah dan rambut nya yang cukup teracak. Wajah nya juga basah dengan air hujan. Di tangan nya, payung donker itu tampak mengalir kan air hujan yang nampak segar.

Awan Dan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang