Chapter 7

422 21 0
                                    

"Tak ada lagi cinta

Di sini untuk yang lain"

- Untuk mu -

※※※

Gadis itu berjalan santai melewati lorong-lorong kampus yang tampak ramai. Dengan style santai dan earphone yang menyumpal telinga nya ia menatap kelas-kelas yang sudah berisikan makhluk hidup. Setelah kejadian itu, ia memutus kan untuk kuliah dan menetap di kota kelahiran nya. Sudah empat tahun lewat dan keadaan nya sudah berbeda.

"Haloha cantik!" Sapa seseorang.

Gadis itu menaik kan satu alis nya. Tau dia siapa? Masa enggak kenal sih. Dia itu Tamara Hujania Eden. Rambut nya di potong se lengan dan di warnai cokelat tua, poni yang di biar kan panjang mengikuti panjang rambut nya. Dan yang menyapa nya adalah Raka. Masih inget siapa Raka? Harapan nya benar kan? Terkabul kan?

"Hei, kok ngelamun sih?" Tanya Raka.

"Sorry, sorry. Kenapa Ka?" Tanya hujan yang sekarang berhadapan dengan Raka.

"Tugas kelompok nya udah?" Tanya Raka sambil mencomot cokelat strawberry nya.

Baru tau loh kalau Raka itu suka nya makan cokelat strawberry, minum jus strawberry, makan cheese cake. Pokok nya cucok banget deh Raka itu.

"Kelompok?" Hujan menautkan alis nya bingung.

"Itu loh kelompok yang ada lo, gue, Sella, Anggar sama Soni! Inget?" Tanya Raka.

"OMEGAT GUE BELOM BUAT PE'ER NYAAA" Hujan langsung berlari menuju ke kelas nya. Masih sama.

Masih sama jadi bocah ingusan yang suka nya nyontek dan jilat jawaban. Masih sama jadi bocah nakal dan jahil sama dosen sekarang. Masih sama cinta sama Awan. Semakin lama cinta itu jadi besar kaya titan. Jadi luas kaya galaksetan. Jadi dalam kaya jurang. Jadi tulus kaya band tulus. Duh ngaco deh. Hihihi... mantan nya bidadari setan juga.

"SELLA!!! GUE NYONTEK PR LO YA!" itu bukan minta tolong neng, itu sih pemaksaan nyontek di halal kan. Njirrr... tu kan toa nya bunyi lagi.

"Cih, biasa lo! Ganggu ketentraman!" Sella melempar kan buku nya ke arah Hujan.

"Lo jadi maen ke rumah gue kan nanti?" Tanya Hujan.

"Jadi, kalo lo juga jadi neraktir!"

Pletak.

"Udah kaya tapi tetep minta gratisan!" Cibir Hujan. Emang Sella itu kaya nya segudang tapi gratisan nya se empang. Empang yang di buat di samudra loh ya bukan yang di sungai. Itu mah kecil.

Kebiasaan yang tidak pernah hilang.

※※※

Di tempat lain, seseorang tengah duduk di meja cafe paling ujung. Dia memainkan benda persegi panjang itu dengan asal-asalan. Perasaan nya bercampur rasa sebal dan kesal.

"Maaf, saya sedikit terlambat." Jawab seorang klient sambil membungkuk hormat.

"Ya. Tolong siap kan 2 tiket ke Indonesia dan kirim kan undangan ini ke alamat yang saya send kemarin!" Ucap orang itu sambil melempar undangan nya dengan ahli.

Awan Dan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang