Chapter 3 - Noisy

218 13 8
                                    

'I keep craving, craving, you don't know it but it's true, can't get my mouth to say the words they wanna say to you... This is typical of love...'
(Imagination - Shawn Mendes)

           "Ah! Lagunya enak, tapi suaraku serak-serak menjijikkan." Aku bernyanyi dan mengomentarinya sendiri, sambil berjalan di teras kelas-kelas sekolah tanpa arah.

       Nyatanya aku suka musik, nyanyi juga suka. Tapi ya begitu, nyanyi seenaknya saja. Mau kedengerannya bagus atau enggak, bodo amat.

       "Dari pada nganggur gak jelas, mending samperin Mang Toto saja, deh," itu yang aku pikirkan.

       Tidak butuh banyak waktu untuk sampai ke tempat Mang Toto berada. Cukup pejamkan mata, kemudian katakan ingin ke mana dan, tring! Sudah sampai. Hm, tidak. Aku bukanlah jin dan jun yang bisa kemana saja segampang itu. Ya, kurang dari satu menit, aku tiba di hadapan seorang security itu. Hanya sebentar, tidak lama seperti menggoreng telur di bawah terik panas matahari.

       "Lagi ngapain, mang?" tanyaku.

       "Lah, ini kelihatannya Mang Toto lagi ngapain, neng? Ya lagi cukur rumput atuh neng, masa cukur bulu," jawabnya nyengir dengan tingkat ke-pede-an yang tinggi, padahal gigi Mang Toto sudah ompong dua.

       "Ih, si Mang jorok, deh. Yaudah, Zintan bantuin ya, biar gak terlalu cape," ujarku dengan tulus, siap membantu Mang Toto tersayang.

       "Ah, si neng mah suka baik begitu, tuh atuh tolong bawa karung itu deket tong sampah yang ada sampahnya, kesini," cetus Mang Toto sembari melanjutkan pekerjaannya kembali.

        "Maaaang, mang. Dimana-mana tong sampah itu ya pasti ada sampahnya, lah," kataku menyeringai, "Nih mang, karungnya."

       Sudah dua jam aku mengisi kekosongan waktu---gara-gara tidak mengikuti pelajaran---bersama Mang Toto, untuk membantu meringankan pekerjaannya. Mulai dari mengamankan sekolah, memotong rumput dan membersihkan area lapangan dari sampah-sampah kecil seperti sobekan kertas yang terbuang tragis.

       Aku pernah melihat slogan di media sosial. Isinya seperti ini:

Sekolah Dasar 6 tahun, SMP 3 tahun, SMA 3 tahun. Tapi, masih buang sampah sembarangan. Terus, selama 9 tahun itu ngapain saja di sekolah?

Jleb. Sedikit merasa tersindir. Kesalahan dapat terjadi dari pihak manapun. Baik itu dari sekolah atau penghuninya. Bisa saja sekolah kurang tegas dalam menekankan muridnya untuk menjaga kebersihan. Dan, yang paling mengkhawatirkannya---lagi---adalah diri kita sendiri yang kurang kesadaran juga kepedulian. Jangan seperti itu. Ubahlah sikapmu sebelum sikap itu mengubahmu.
-

       *Telolet.. telolet.. Bel istirahat nyaring bunyinya.

       "Hey, Ve!!!" suara Alena begitu kencang, merambat dengan kekuatan suara 100 Hz, dibagi dengan jarak sejauh 2 meter antara keberadaanku dengannya yang menghasilkan angka sebesar 50 rambatan, cukup besar.

       "Mang, aku pergi, ya. Alena sudah keluar kelas," pamitku pada Mang Toto.

       "Iya atuh sok neng, silahkan, nice day ya neng!" katanya memberikan semangat.

"Hahaha iya mang, sip."

           Aku berlari menghampiri Alena yang sudah menunggu ku untuk bertemu dengannya. Segera aku ceritakan kejadian sepagi tadi padanya, lalu ia merespon dengan cepat.

Pecandu RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang