Chapter 6 - How About Love?

160 13 9
                                    

Awalnya manis, akhirnya sadis. Pertama ketemu katanya cinta, pas putus nyatanya dusta. Terus saja janji, tapi tidak satupun ditepati.
Begitu tuh namanya siklus cinta. Iya, gitu aja terus sampai Deddy Corbuzier gondrong.

💮💮💮

           "Eh Ve, kalo seandainya si Jigar nembak lu, gimana?" cetus Alena mengernyitkan dahi yang dihiasi bando pita berwarna ungu. Entah apa yang ia pikirkan sehingga ucapan yang tidak berfaedah keluar dari mulutnya.

       "Lah, pertanyaan macem ape tuh, bertahun-tahun gua hidup di dunia ini baru dengar yang kayak gituan," tanpa melirik Alena, kedua bola mataku mengalihkan perhatiannya pada buku tulis bersampul Spiderman yang sedari tadi aku memegangnya.

        "Dih emang beda ya kalo lagi marah, bilangnya gua-gua-an lu hahaha," nada bicaranya bersifat ledekan. "Udah lah jawab saja gak usah ngeles gitu, lu suka kan sama si Jigar? Ayoloh kalo boong.. itu idung lu bolongnya jadi ngadep ke atas!" Sial. Kejujuranku sedang diuji. Kamu kira jujur itu gampang? Enggak. Jujur itu bukan soal lisan doang, tapi menyangkut hati. Kalau mulut ngomong 'iya' tapi hatinya 'enggak', itu namanya ngawur, bukan jujur. Ya iya, mana ada jujur lisannya doang tanpa sejalur dengan hati? Ibaratkan seperti kepala memakai peci tetapi anu-nya enggak pakai celana. Gak banget.

         Cinta itu fitrah, maka jangan di letakkan di tempat yang salah. Cinta itu bisa berbuah kebahagiaan jika kita pandai mengaplikasikan nya. Cinta juga bisa sangat berbahaya jika kita terlalu ceroboh menggaulinya.

       "Enggak lah Al, aku memang sudah lama kenal dia. Tapi selama ini gak ada kata suka diantara aku dengannya, apalagi cinta, enggak," aku tahu, rasa suka sama suka bisa hadir kapan saja, tanpa diundang malah. Karena apa? Karena mencintai seseorang tidak perlu memakan banyak waktu.


     Kebanyakan manusia sekarang nih ya, cuman ngelirik cewek/cowok yang baru ketemu sekali saja sudah langsung srek. Atau enggak, lihat foto-foto cogan/cecan di akun Instagram-nya. Klik Follow, spam love semua fotonya. Terus di love balik, deh (kalo memang si doi peka). Udah gitu, kirim Direct Message dengan istilah 'Tfl yaa :) '. Doi bales 'Tfl too ;) ' Sesudah itu ya tanggung lah, lanjut chattingan, kenalan, pedekate, kode-kode-an, ayank-ayank-an, tembak-tembakan dan akhirnya mati. Iya begitu, itu cinta online namanya.

       "Siapa tahu kalian itu diam-diam suka? Kayak lagunya Cherrybelle itu, lho. Aku diam diam sukaa kaamuuu... Ku coba mendekat, ku coba mendekatiii haatiimuu..." Alena Maharani! Terus saja ia ngelantur tidak jelas. Nyanyi amburadul, kayak bumbu batagor tumpah. Nada kesini, dinyanyiin kesono. Dasar sedotan bajigur.

       "Kamu enggak ngertiin aku, ah, aku itu gak kenal sama namanya cinta. Kalo sama baper, baru aku akrab," kataku seraya melempar guling berbahan busa, tepat mengenai sasaran. (baca: wajah Alena).

       Bisa jadi, argumen Alena benar. Diam-diam suka. Tapi aku tidak ingin terburu-buru dengan cinta. Mengawali cinta memang sangat mudah. Namun pada akhirnya, besar kemungkinan beratus-ratus luka akan membekas. Sejuta keindahan juga bisa mengenang cinta dalam figura ingatan yang tak bisa disentuh. Cinta itu indah, tapi bisa juga pecah. Kita harus pandai memilah cinta supaya selamat dari godaan cinta yang salah.

---

           Lantunan ayat suci Al-Quran disebarluaskan melalui mikrofon Mesjid Assyifa dekat rumahku. Qur'an Surah Ar-Rahman ayat 47 terdengar begitu menenangkan hati sekaligus menjernihkan pikiran di pagi yang cerah ini.

       Fa bi ayyi aalaa-i rabbikumaa tukadzibaani' yang artinya, 'Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dusta kan?'

       Ayat ini merupakan teguran bagi manusia yang kurang bersyukur. Manusia cenderung lebih banyak merasa kekurangan daripada mensyukuri apa yang sudah ada. Bagaimana tidak? Sudah punya sepeda, maunya motor. Sudah punya motor, maunya mobil. Sudah punya mobil satu, maunya mobil dua, tiga, empat dan seterusnya. Dan, yang parahnya lagi, sudah beristri satu, maunya tambah lagi. Weleh-weleh.

       Kita maklumi saja, sebagian besar manusia pasti memiliki naluri yang sama. Suka bermewah-mewah untuk meraih kesejahteraan dunia.

       Memang tidak salah, asalkan kita tidak lupa pada Dia yang memberikan seluruh nikmat tersebut, salah satunya dengan banyak bersyukur.

       Karena segala sesuatu yang kita miliki sekarang hanyalah titipan dari Allah. Amanah Allah yang harus kita jaga.

      Maka dari itu, kita sebagai hamba-Nya, jangan pernah sombong. Karena pada hakikatnya manusia tidak punya apa-apa.

       Apa kamu ingat? Pada saat kamu dilahirkan ibumu, kamu tidak membawa apa-apa, bahkan secuil kain pun kamu tidak memakainya. Hanya segumpalan darah yang menyelimuti tubuh mungilmu ketika masih bayi.

       Sekarang coba kamu lihat manusia yang sudah meninggal. Mereka dikubur di bawah tanah dengan tidak membawa harta, sepeser pun, tidak. Mereka sekedar dibungkus kain kafan. Tidak memakai perhiasan dan lain sebagainya.

       Sebesar apapun harta yang kita miliki selama di dunia, tidak akan menyelamatkan kita dari panasnya api neraka.

       Hanya amalan baik yang akan mengiringi diri kita untuk mencapai Surga.

       Lalu apa yang harus kamu sombongkan? Tidak ada. Bisa saja Allah mengambil segala kenikmatan itu dengan tiba-tiba, tanpa aba-aba, tentunya dengan cara yang Dia kehendaki.

       Maka bersyukurlah dengan segala yang kita miliki sekarang, sekecil apapun itu. Sebelum kita kehilangan apa yang dahulu kita abaikan.

       Sudahkah kamu bersyukur, hari ini?

💮💮💮

       Kehadiran Alena dirumah bukan suatu hal yang baru. Dia sering keluar masuk menghampiriku, kapan saja dia mau.

     "Btw, baper itu lama kelamaan bakalan jadi cinta loh, Ve! Dulu gua juga gitu sama mantan pacar gua. Gila nya tuh ya, makin lama dia makin nempel sama gua sampe berani ngajak yang enggak bener sama gua. Tapi gua masih punya iman, jadi mana mungkin gua terima ngelakuin hal begituan. Ogah dah. Akhirnya gua putusin." Alena mencurahkan pengalamannya yang sangat mengkhawatirkan.

       "Tapi kenape sampe sekarang lu gak bisa move-on sama si brengsek itu, hah? Lu belo'on ih Al! Maunya tetep stay sama lelaki bejad macem dia," kataku.

       "Bukan Ve, gua ogah stay sama dia. Malahan gua gak akan maafin kelakuan dia," ujarnya. "Masalahnya, dia itu orangnya tipe gua banget. Semangatnya itu membara banget, iya kayak gua aja gimana. Lu pasti ngerti lah Ve."

       Gak tahu kenapa kalau saja si Alena curhat mengenai mantannya, senyum keceriaannya selalu terlihat memudar. Ya, cuman gara-gara mantan. Memangnya mantan itu apa, sih? Apakah sejenis racun penghancur kebahagiaan?

       "Yah, mulai deh mulai. Lagian ngapain dah pacaran pacaran segala. Udah tahu kan begitu resikonya? Manis di awal doang, habis sepah lalu dibuang gitu aja. Mendingan entar-entaran ta'arufan langsung nikah. Biar edan," kataku melanjutkan obrolan, "Terus kalau kamu suka sama cowok tipe yang tinggi semangatnya, aku rekomendasikan kamu sama Mang Toto saja deh. Kamu tahu sendiri se-semangat apa dia kerja sebagai security di sekolah. Cocok deh kalo kalian nge-ship. Hahaha."

       "Gak! Lu aja!" katanya.

💮💮💮

       Berhati-hatilah dengan cinta, karena cinta dapat mengubah segalanya.
Mengubah ta'at menjadi laknat, mengubah laknat menjadi ta'at.
Mengubah kebahagiaan menjadi kesengsaraan, dan mengubah kesengsaraan menjadi kebahagiaan.
Percayalah pada Allah, sungguh Dia Sang Maha membolak-balikkan hati hamba-hamba-Nya.

       Semoga kita tidak termasuk kepada golongan yang mudah tergoda karena tipu daya cinta.

💮💮💮

Thanks for reading these part! :)
Please vote and comment if u willing 🌟
I hope you guys enjoy with this story! 💛

Pecandu RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang