Rama memasuki rumah dengan langkah lemas. Diana tersenyum geli melihat wajah rama yang sangat lesu seperti orang yang tak punya semangat untuk hidup.
Tak biasanya rama seperti ini, meskipun latihannya sangat padat biasanya rama akan tetap menyengir menunjukan deretan giginya walaupun wajahnya sedikit lelah.
Diana langsung menghampiri rama yang sedang merebahkan tubuhnya disofa dengan lengan tangan menutupi kedua matanya. Diana berjongkok mengusap rambut rama yang penuh dengan keringat.
"Apa hari ini latihannya bener-bener berat?" Tanya diana khawatir.
Rama menjawab pertanyaan diana dengan gelengan pelan. "Terus kenapa?"
Rama melepaskan lengannya yang menutupi matanya lalu menoleh ke kanan menatap diana dengan tatapan bingung. "Cinta itu apa bu?"
Diana tersenyum kecil memeriksa dahi rama dengan telapak tangannya. "Kamu sakit ya?"
Rama menggeleng cepat dengan wajah serius. Setelah menyadari keseriusan rama, diana juga langsung menatap rama dengan serius. "Apa putra ibu sekarang lagi jatuh cinta?"
"Justru itu, rama gak tau ini cinta atau bukan. Kepala rama sakit setiap kali mikirin ini semua. Ibu ngerti gak perasaan rama? Rama pusing! Rama gak ngerti kenapa jantung rama tuh detaknya cepet banget? Saking cepetnya sampe sakit, sakit bu!" Ucap rama frustasi sambil memukul-mukul dadanya dengan frustasi.
Diana meringis melihat rama yang tidak seperti biasanya. Diana beralih duduk disisi rama dan meminta rama untuk bangun dari posisi tidurnya, diana menarik tangan rama yang sedang memukul-mukul dan menggantikan dengan tangan diana yang memeriksa detak jantung rama.
Diana tersenyum kecil merasakan detak jantung rama yang benar-benar cepat sesuai dengan apa yang rama katakan.
"Ah putra ibu sudah dewasa sekarang. Bahkan ibu belum rela liat kamu gandeng cewek didepan ibu nanti" Ucap diana dengan tatapan sedih.
Rama menghempaskan tangan diana dari dadanya dengan kesal. "Ibu ini ngomong apa? Gimana bisa detak jantung cepet berarti cinta? Berarti semua orang yang lari maraton itu lagi jatuh cinta?"
Sejujurnya rama masih belum bisa, mempercayai ini semua. Rasanya sangat mustahil, karena seseorang itu adalah jeana ... ini semua menjadi sulit untuk rama percaya.
Diana tersenyum mendengar pertanyaan rama. "Bukan begitu, kalau detak jantung orang yang lagi maraton cepet itu ya cuma saat mereka lari maraton. Tapi kalau orang yang lagi jatuh cinta, bakalan terus detak jantungnya berpacu disaat bareng seseorang yang dia suka. Nah sekarang, kamu jujur! Kamu lagi suka sama siapa?"
Rama bergerak tak nyaman dalam duduknya dan berakhir mengacak-acak rambutnya dengan frustasi.
"Engga! Rama nggak lagi suka siapa-siapa" Jawab rama sambil berlari menuju kamarnya dengan tangan menutupi wajahnya dengan frustasi.
Diana tertawa melihat tingkah rama.
"Dia bener-bener udah dewasa" Gumam diana dengan senyum kecilnya.
__
Rama berjalan keluar rumahnya dengan seragam sekolah, sekilas rama menatap rumah jeana dengan gugup. Biasanya rama selalu berteriak memanggil jeana dari luar rumah, tapi sekarang sepertinya rama sedang tidak bisa melakukan kebiasaan itu.
Rama menatap handphonenya berniat untuk menelfon jeana, tapi rama kembali mengurungkan niatnya karena sepertinya dia sedang tidak bisa mendengar suara jeana.
Rama memutuskan untuk berangkat sekolah duluan tanpa jeana. Suara ketukan cepat sepatu terdengar ditelinga rama, sepertinya ada seseorang yang sedang berlari menuju rama. Tanpa perlu menebak, rama sudah tau kalau itu adalah jeana.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARD TIMES
Teen FictionAll the hard times for us. [Completed] [DALAM PROSES EDITING] ♡Cover by; @alyfika