Setelah termenung lama diapartement maya, hana akhirnya memutuskan untuk pulang kerumah. Karena devan dan doni pasti sudah khawatir dan mencarinya kemana-mana.
Hana menyetir dengan fikiran yang sangat kacau, penampilan hana sudah tidak sekacau semalam karena hana berhasil memperbaiki penampilannya agar suami dan putranya tidak berfikiran aneh.
***
Sejak pulang sekolah, devan berdiri dibalkon rumahnya menunggu kepulangan hana.
Devan sangat khawatir karena sebelumnya hana tidak pernah menginap dimanapun. Devan bahkan sampai berfikir kalau mamahnya dan papahnya bertengkar, tapi setelah devan tanyakan kepada papahnya ternyata mereka berdua baik-baik saja.
Devan tersenyum lega setelah melihat mobil sedan hana memasuki halaman rumah, tanpa tunggu lama devan langsung berlari menuruni tangga untuk menemui mamahnya.
"Mamah ... " Panggil devan sambil menghampiri hana dengan wajah khawatir.
"Loh kamu belum ganti baju hm?" Tanya hana sambil memperhatikan seragam sekolah devan.
"Devan nunggu mamah pulang. Mamah nginep dimana? Semaleman devan telfon gak dijawab" Sungut devan mulai manja.
"Mamah nginep apartement gio, maaf ya semalem mamah ngantuk banget. Jadi mamah nginep apartement, dari pada mamah nyetir dalam keadaan ngantuk. Ya kan?" Tanya hana tersenyum tipis.
"Hooo'oh iyaa juga" Devan mengangguk setuju.
"Ayo sekarang masuk terus ganti baju"
"Okay"
***
Hana menghampiri doni diruang kerjanya, entah kenapa hana merasa ada sesuatu yang aneh. Devan memang menelfon hana semalaman, tapi tidak ada 1 pun panggilan dari doni.
Biasanya doni selalu menelfon hana untuk menanyakan hana dimana, hana sudah makan atau belum, sesibuk apapun doni pasti akan menelfon hana. Tapi semalam doni sama sekali tidak menelfon hana, tidak juga mengirim sms. Padahal hana menghilang tanpa memberi kabar pada doni.
Hana berdoa dalam hati sambil mengetuk pintu ruang kerja doni dengan ketukan pelan.
"Masuk" Suara doni terdengar memberi perintah kepada hana untuk masuk.
Hana melangkah masuk ke dalam ruangan kerja suaminya sambil menunduk lemah, dalam hatinya hana terus berdoa agar tidak ada hal buruk yang terjadi.
Doni mendongak mengalihkan tatapannya dari laptop ke arah hana yang ada didepannya.
"Kamu dari mana aja?" Tanya doni dengan suara tenangnya.
"Aku minta maaf, aku nggak ngasih kamu kabar semaleman. Aku nginep apartement lama aku yang sekarang ditempatin maya" Jawab hana masih menunduk lemah.
"Sebelum di apartement kamu pergi kemana dulu?" Tanya doni seolah tau hana menghilangkan bagian panti asuhan.
"Aku ... aku dari rumah ... aku dari rumah temen, aku ada acara arisan" Jawab hana berbohong.
"Sampe malem?"
"I .. iya"
"Kamu ngga bohong?"
Semakin lama hana semakin merasa ada tekanan disetiap pertanyaan doni. Seperti sebuah pertanyaan dari hakim ditengah pengadilan.
"Iy-iya" Jawab hana gugup.
"Aku kasih kamu kesempatan sekali lagi, sebelum dari apartement kamu pergi kemana?" Tanya doni seraya menutup laptop didepannya.
"Arisan" Hana memilih mempertahankan kebohongannya.
"AKU UDAH KASIH 2 KALI KESEMPATAN! TAPI KAMU MASIH MILIH BUAT BOHONG! HAH?" Doni berteriak kesal sambil menggebrak meja kerjanya hingga beberapa barang diatas meja ikut bergerak.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARD TIMES
Teen FictionAll the hard times for us. [Completed] [DALAM PROSES EDITING] ♡Cover by; @alyfika