BAB 29

44 4 0
                                    

Rama dan jeana berjalan pulang dengan wajah mengantuk mereka karena jam sudah menunjukan pukul 21.00 WIB.

Saat sampai didepan rumah mereka masing-masing, jeana dan rama sama-sama menatap mobil sedan merah yang terparkir didepan rumah rama. Saat itu juga Hana keluar dari mobilnya dan menghampiri rama dengan langkah terburu-buru, rama memundurkan langkahnya karena terkejut melihat hana.

Jeana ingin mendekat ke arah rama karena rama bukan hanya kaget, rama juga terlihat ketakutan, tapi seseorang menahan tangan jeana. Wahyu.

"Ayo masuk. Mereka punya sesuatu yang harus dibicarain bertiga" Bisik wahyu sambil menarik jeana pelan masuk ke dalam rumah.

Jeana hanya mengikuti tarikan tangan papahnya tanpa melepaskan pandangannya dari rama dan hana yang masih saling menatap didepan rumah rama.

"Kamu dari mana aja sayang? Papah khawatir kamu belum pulang jam segini" Ucap wahyu khawatir sambil merapihkan anak-anak rambut jeana kebelakang telinga jeana.

"Itu--- rama" Jeana tak menjawab pertanyaan wahyu, pandangan jeana masih lurus ke arah jendela rumahnya yang memperlihatkan rama dan hana masih berdiri didepan rumah rama.

"Hana, mamah kandungnya rama sudah nunggu dari tadi. Mungkin ada sesuatu yang mereka harus bicarakan"

Jeana menyadari kalau papahnya pun sudah mengetahui tentang rama dan ibu kandungnya, jadi tak ada alasan lagi bagi jeana untuk berpura-pura tidak tau.

Lagi pula ... semua orang akan segera mengetahui ini semua, setelah hana mengumumkan kepada media tentang rama.

Jeana menduga bahwa hana akan meminta rama tinggal dengannya, setelah rama setuju, hana akan mengumpulkan media lagi dan mengatakan seolah-olah putranya sudah ditemukan lalu dengan bangga mengatakan bahwa putranya yang sudah lama hilang adalah seorang atlet berprestasi.

Membayangkan semua itu membuat jeana semakin jijik, tanpa sadar jeana tertawa hambar.

Wahyu memperhatikan almameter yang jeana pakai, bukan almameter jeana yang membuat wahyu tertarik, tapi name tag pada almameter itu.

"Ini punya rama?" Tanya wahyu sambil merapihkan almameter yang jeana pakai dengan senyum menggodanya.

"I-iya, punya jean ketinggalan diloker tadi"

"Kalian memangnya habis dari mana?" Tanya wahyu penasaran.

"Da-dari pan-ti"

"Panti asuhan?"

"Iya, panti asuhan tempat tinggal rama dulu" Jawab jeana menjelaskan. "Hmm ya. Mamah belum pulang?" Lanjut jeana mengalihkan topik.

"Belum"

**

Hana mencoba menggenggam tangan rama, tapi rama langsung melepaskannya.

"Mau apa anda kesini?" Tanya rama terburu-buru sambil sesekali melirik ke arah rumahnya, berharap diana tidak keluar dan melihat mereka berdua.

Hana menyadari rama terus melirik ke arah rumah dengan wajah khawatirnya.

"Ibu kamu sudah tau, mamah disini" Ucap hana memberitahu rama supaya rama bisa bicara tenang dengannya tanpa mengkhawatirkan diana.

"Apa?" Tanya rama tak percaya.

"Iya diana sudah tau, tadi mamah sempat izin buat masuk dan bicara tapi dia menolak"

"Anda ini keterlaluan ya. Baru tadi pagi anda berbohong kesemua orang tentang saya, sekarang anda kesini dan beraninya nemuin ibu saya? Apa anda sama sekali nggak ngerasa bersalah? Bayangin gimana perasaan ibu saya setelah ngerawat saya 8 tahun lalu tiba-tiba anda bilang ke semua orang kalau saya hilang"

HARD TIMESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang