"Jadi devan punya saudara tiri?"
"Umurnya sama pula, menurut gue sih nggak bakalan akur"
"Gila bisa berebutan ibu sih menurut gue"
"Tapi .. 8 tahun hilang masa iya belum ketemu juga. Mereka kan duitnya banyak harusnya bisa dong nemuin anak hilang doang"
"Harusnya sih 1 atau 2 tahun cukup buat nyari anak hilang"
"Btw kayak apa yaa saudara tiri devan?"
"Tapi gue sedih sih kalau jadi putra kandungnya, yaa gimana ya. Masa 8 tahun nggak ketemu?"
"Tante hana kan sayang banget tuh sama devan, nah kalau putra kandungnya udah ketemu gimana menurut lo?"
"Mungkin aja sayangnya ke devan sedikit berubah. Mungkin ... ya ... "
Shana tak tahan lagi mendengar bisikan yang menurutnya bukan lagi sebuah bisikan, tapi teriakan.
Suara mereka saat berbisik bahkan terdengar seperti teriakan bisa devan dengar dengan sangat jelas.
Shana bangkit dari duduknya sambil membanting keras gelas ke atas meja, shana kelewat kesal dengan semua murid dikantin ini.
"Ayo" Ajak shana.
Devan yang sejak tadi terdiam mendengarkan ucapan murid sekolahnya kini mendongak menatap shana dengan tatapan tak mengerti.
"Mau sampai kapan disini? Omongan mereka semua sampah. Kenapa kita dengerin omongan sampah mereka?" Tanya shana kesal.
Devan akhirnya bangun dan hanya menurut saja saat shana menarik tangannya dengan cepat.
Varas menatap kepergian shana dan devan dengan wajah mengejek.
"Mereka keliatan serasi ya hahaha" Ucap varas sambil tertawa sendiri.
Varas menatap ketiga orang disekitarnya yang hanya menunduk menatap makanan mereka masing-masing. "Kalian bertiga kenapa sih?"
Tapi tidak ada satupun dari mereka bertiga yang menjawab pertanyaan varas, mereka bertiga membisu.
"Eh tapi ... kalian kaget nggak sih sama berita itu?"
"Gue sih ... gue kaget. Apalagi, hilang 8 tahun. Bayangin deh masa sih hilang sampai 8 tahun"
"Tapi ya ... menurut kalian kalau anak itu beneran ketemu, mau nggak dia kira-kira tinggal sama keluarga devan?"
"Tapi harusnya mau sih, secara bokap tirinya kan tajir abis"
"Tapi kenapa ya feeling gua, anak itu engga hilang. Mungkin aja anak itu emang disembunyiin karena alesan tertentu"
"Masuk akal nggak kalau anak itu anak nggak sah? Alias anak haram?"
"Makanya disembunyiin supaya engga ngerusak image bokapnya devan, secara yaa bokap devan kan bisnisnya luas banget sampe ke as---"
Gio tak tahan lagi mendengar ocehan varas, gio bangkit dari duduknya dan menarik paksa varas untuk pergi dari kantin bersamanya.
Rama dan jeana bahkan tak menyadari kepergian mereka berdua, kepala rama masih sangat sakit. Oh bukan. bukan kepalanya yang sakit, tapi hatinya yang sakit.
Sangat sakit.
Rama tidak bisa berfikir lebih lama, yang rama pertanyakan hanya 1. Bagaimana bisa anak yang dia buang dia katakan hilang?
Varas terus berontak saat gio menarik tangannya dengan sangat kasar, Varas berhasil melepaskan lengannya dari genggaman gio.
"Sakit tau!" Teriak varas kesal sambil menatap lengannya yang memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARD TIMES
Teen FictionAll the hard times for us. [Completed] [DALAM PROSES EDITING] ♡Cover by; @alyfika