BAB 23

45 4 3
                                    

Gio, varas, rama dan jeana merayakan ulangtahun gio di caffe diana, Disana maya juga sudah menunggu kedatangan mereka sejak tadi.

"Ah apa surprisenya berjalan lancar?" Tanya maya dengan senyum penuh arti.

"Lancar!!" Jawab varas semangat.

Rama dan jeana hanya diam malas melihat tingkah varas yang seperti cacing kepanasan sejak tadi.

"Jean, gue rasa kita lupa 1 orang lagi buat diundang" Ucap varas seperti mengingat sesuatu.

"Siapa lagi?" Tanya jeana.

"ANDRA!" Jawab varas setelah mengingat-ingat.

Jeana yang awalnya menanggapi dengan malas langsung tersenyum membenarkan.

"JANGAN!" Sahut rama dan gio bersamaan.

Maya dan diana menatap rama dan gio dengan wajah bingung.

"Siapa andra emangnya?" Tanya diana penasaran.

"Adik kita" Jawab jeana dan varas kompak.

Rama dan gio langsung melengos malas mendengar jawaban kompak mereka.

"Adik apanya" Sahut rama dengan nada menyindir.

"Hey sudah sudah. Ini makanannya udah dateng! Ayo silakan makan, untuk hari ini free buat ulangtahun gio" Ucap diana semangat.

Mereka semua melupakan keributan tentang andra dan langsung melahap makanan yang disaji didepan mereka.

Tapi sebuah suara ribut membuat mereka mengalihkan tatapan mereka ke sudut kiri ruangan caffe. Seorang lelaki dengan pakaian casual dan gadis dengan dress pinknya sedang terlihat bicara pada pelayan caffe. Sepertinya pelayan caffe menumpahkan coffe ke baju lelaki itu, si gadis berusaha menenangkan lelaki disampingnya dan meminta untuk tidak marah.

Diana sebagai pemilik caffe merasa bertanggung jawab dan langsung menghampiri mereka.

"Aku urus itu dulu ya, kalian lanjut makan aja" Ucap diana lalu pergi.

Rama mengikuti ibunya karena takut terjadi sesuatu. Tersisa gio, varas, jeana dan maya, mereka ingin melanjutkan makan tapi gio mengatakan sesuatu yang membuat mereka mengurungkan niat untuk makan lagi.

"Itu kayak devan sama shana ya" Ucap gio menebak.

Diana dan rama menghampiri meja gadis dan lelaki itu, rama langsung menyadari kalau itu adalah devan dan shana.

"Maaf ada yang bisa saya bantu?" Tanya diana dengan hati-hati.

Shana menundukkan wajahnya merasa sangat malu, dalam hati shana mengutuk dirinya sendiri karena memilih caffe ini sebagai tempat untuk kencan dengan devan.

Shana memang sering mendengar kalau ibu dari rama memiliki caffe yang cukup sukses, tapi shana benar-benar tidak tau kalau ini adalah caffenya.

"Pelayan anda benar-benar nggak becus, baju saya kotor kena tumpah coffe" Protes devan kesal.

Diana melirik pelayannya yang baru saja masuk hari ini, mungkin karena masih baru jadi pelayannya ini belum terbiasa dengan pekerjaannya.

"Saya minta maaf, sangat sangat minta maaf. Saya akan bawakan baju ganti untuk anda" Ucap diana menawarkan.

"Iya tentu" Jawab devan santai.

Shana melotot kaget mendengar jawaban devan. "Engga, engga usah tante. Kita udah mau pulang kok. Ayo dev pulang"

"Kenapa pulang? Baju aku kotor, wajar dong kalau mereka cari gantinya. Apa karena ini caffe ibunya rama kamu jadi engga enak hati?" Tanya devan mulai terpancing emosi.

HARD TIMESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang