1. First time

1K 52 0
                                    

Ckrek ckrek

Ken membidikkan kameranya ke seorang anak perempuan kecil yang berlari sambil membawa balon warna kuning. Ken tersenyum puas, hasil gambarnya bagus. Ia menyusuri taman kota yang sore ini tampak ramai, matahari juga sudah tidak terlalu terik.

Dilihatnya beberapa ibu-ibu yang sedang bercengkrama sambil mendorong kereta bayinya. Si bayi yang ada dalam kereta juga terlihat menikmati pemandangan dan sibuk menggigit mainan ditangannya.

Ken duduk di salah satu bangku taman di dekat pohon. Ia sedikit bersenandung sambil melihat foto-foto yang baru saja ia ambil. Puas beristirahat, Ken kemudian berniat untuk pulang, tapi langkahnya terhenti saat melihat perempuan cantik berambut panjang yang duduk di salah satu bangku taman yang tidak jauh dari tempat ia berdiri. perempuan itu menggunakan headphone dan fokus membaca buku di tangannya. 

"cantik" ucapnya lirih. Kemudian ia mempunyai ide untuk memotret perempuan itu, buru-buru ia mengarahkan kameranya pada perempuan yang duduk sendirian itu. 

ken mengurungkan niatnya untuk pulang, ia memilih duduk kembali dan memandang perempuan itu lebih lama. Ia terlalu cemen untuk mengajak perempuan itu kenalan. 

Si perempuan fokus pada buku yang ada ditangannya, ia membalik-balikkan lembaran-lembaran pada buku. Wajahnya terlihat serius saat membaca. Ken juga berulang kali mengabadikan dalam kameranya. Ia melirik jam di tangannya, jam 4 lebih 15 menit.

****

Ken terlihat fokus pada layar monitornya, saat ini ia sedang berada di tempat ia bekerja, kantor Event Organizer miliknya. Hari sudah siang dan jam sudah menunjukkan waktu makan siang, tapi ia masih belum beranjak dari tempatnya dan terus fokus pada video yang sedang ia edit.

"makan yuk Ken" Doni menghampiri meja Ken, Ken hanya melirik sekilas lalu kembali fokus pada layar monitor di depannya. 

"ga Don, lo duluan aja"

"gue ga mau lo nunda makan terus, kasian lambung lo" Doni menarik tangan Ken dengan paksa. 

Ken berontak, ia bersikeras memilih untuk menyelesaikan pekerjaannya daripada mengisi perutnya. 

"hah, yaudah terserah lo. Tar gue beliin makan" Doni akhirnya menyerah, Ken tersenyum mengejek merasa menang. 

"perut lo gpp?" Doni takut sakit lambung Ken kambuh lagi.

"iya gpp tenang, gue habis makan roti" 

"yaudah gue cabut" Doni meninggalkan ken yang kembali fokus pada kerjaannya. 

kring kring 

Ken mengambil ponselnya yang berbunyi karena ada panggilan masuk. 

mama's calling....

"halo mah" Ken terlihat bahagia saat menerima telpon dari ibunya, di Jakarta Ken tinggal sendiri karena orangtuanya tinggal di Bandung, Ken lebih memilih merintis usahanya di Jakarta bersama Doni, sahabatnya. 

"Iya mah, Ken ga lupa makan kok. Mama  ga main ke sini? Ga kangen apa sama anaknya?"

"Harusnya mama yang tanya gitu ke kamu Ken" terdengar nada kesal di seberang sana membuat Ken terkekeh.

"Hehehe, iya mah maafin Ken ya mah belum sempet jenguk mama. Ken lagi banyak kerjaan soalnya" 

"Iya mama ngerti kok, yaudah mama mau ke toko kue mama dulu ya" setelah mengakhiri panggilan dengan ibunya, Ken meletakkan ponsel di mejany dekat dengan bingkai foto dirinya dan ibunya. Ken tersenyum, ia merasa sangat merindukan ibunya. sudah hampir sebulan Ken tidak pergi ke Bandung. Ibunya di Bandung juga hanya tinggal dengan 2 orang pekerja di rumahnya, beliau tidak mau ikut anaknya ke Jakarta, lebih memilih menekuni toko kuenya yang terbilang sukses di Bandung. 

Jam sudah menunjukkan pukul setengah 9 malam, Ken baru saja mematikan komputernya dan bersiap untuk pulang. Doni dan beberapa karyawannya sudah pulang dari setengah jam yang lalu, tidak heran mereka ingin cepat-cepat pulang karena sekarang adalah malam minggu. Mereka pasti ingin menghabiskan waktu dengan pasangannya masing-masing, berbeda dengan Ken. Ken yang belum memiliki kekasih memang tidak peduli dengan malam minggu atau malam apapun, ia hanya terus mengahbiskan waktunya untuk bekerja dan hunting foto kemanapun saat ada waktu luang. 

Selesai menutup dan mengunci ruko yang dijadikan kantor miliknya, Ken mengendarai motor besarnya, ia melaju pelan sambil menikmati udara Jakarta sehabis diguyur hujan. Ken berhenti di salah satu warung sate ayam, perutnya sudah minta diisi. Selesai memesan, Ken duduk di meja paling pojok, warung terlihat sangat ramai malam ini beruntung ia mendapat meja. 

Ken baru saja selesai menikmati makanannya saat melihat ada perempuan yang berdiri di samping abang penjualnya, ia seperti sedang memesan. Ken menajamkan matanya agar bisa melihat dengan jelas perempuan itu, ken ingat dia adalah perempuan yang kemarin ia potret di taman. Ken segera mengambil ponselnya dan mengarahkan pada perempuan yang berdiri lumayan jauh dari tempat ia duduk. Lagi-lagi Ken mengambil gambar perempuan itu, Ken semakin terpesona saat melihat perempuan itu tersenyum ramah pada penjualnya setelah menerima pesanannya dan berpamitan. 

Ken beranjak dari duduknya, setelah membayar makanannya Ken diam berdiri di samping motornya sambil terus memandang perempuan cantik tadi yang sudah berjalan jauh. 

"rumahnya sekitar sini pasti" Ken kemudian melajukan motornya mengikuti perempuan tadi pelan-pelan, seperti penguntit memang. Motornya berhenti bersamaan dengan teriakan dari anak-anak kecil yang berlari menghampiri perempuan itu dan menariknya masuk ke dalam sebuah rumah yang terlihat sangat ramai, seperti ada sebuah perayaan ulangtahun. Anak-anak tadi memanggil perempuan cantik itu dengan sebutan "kak Jes" mungkin itu namanya, pikir Ken. Perempuan yang dipanggil kak Jes itu terlihat sangat senang dan tertawa mendapati gerombolan anak-anak itu menariknya. Ken terpaku di tempatnya, hari ini ia melihat senyum bahkan tawa yang menawan dari perempuan yang dikaguminya. Berbeda dengan yang ia lihat kemarin, Jes terlihat serius tanpa ada senyum saat membaca buku di taman, yang Ken sadari itu adalah sebuah novel.

Setelah anak-anak itu menarik Jes masuk ke dalam rumah dan pintu sudah dikunci, walaupun dari jendela Ken bisa melihat Jes tertawa bersama segerombolan anak-anak. Dilihatnya papan yang ada di halaman rumah itu "Panti Asuhan Mentari", Ken membacanya.

Mungkin perempuan yang dipanggil kak Jes itu tinggal di sini, atau mungkin ia salah satu pengurus di panti ini, pikiran Ken penuh tanda tanya tentang perempuan itu.

Ken masa bodoh tentang siapa Jes di panti ini, paling tidak ia sekarang tau dimana tempat sekiranya ia bisa melihat Jes dari jauh atau kalau ada keberanian ia akan mencoba berkenalan dengan Jes.

Kemudian Ken melajukan motornya kembali ke arah rumahnya. Sudah terlalu malam dan ia juga sudah merasa lelah karna hampir seharian bekerja, ia butuh istirahat dan mimpi indah, berharap mimpi bertemu kak Jes-nya. Ia terkikik saat pikirannya mengklaim Jes adalah miliknya.

Ken baru saja masuk ke dalam apartemennya, ia menekan saklar dekat pintu masuk dan seketika ruangan di dalam apartemennya terang. Ken berjalan masuk ke dalam ruang yang hanya ada meja dan lemari-lemari yang berisi koleksi kameranya, di dindingnya juga banyak tertempel figura yang berisi foto-foto hasil jepretan Ken. Ken meletakkan tas kerjanya di salah satu kursi dan mengambil kamera yang ada di dalam tas. Ia memandang foto-foto yang ada di dinding, terlihat sedang berfikir.

Dengan cekatan Ken mencetak foto-foto hasil jepretannya, ada beberapa foto yang ia cetak dan kemudian ia pasangkan pada figura di dinding. Tapi ada 1 foto yang tidak ia pasang bersama foto-foto lain di dinding, melainkan ia tempel pada sebuah album foto, ia mengambil spidol hitam dan menuliskan kata "JES" di sampul depan. Ken tersenyum, sepertinya ia akan banyak mengabadikan sosok Jes nantinya.  

Fix YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang