7. Ciee....

258 35 0
                                    

"I didn't know that I was starving 'til tasted you. Don't need no butterflies when you give me the whole damn zoo" Ken masuk ke dalam ruang kerjanya sambil bernyanyi. Sesekali ia menyapa karyawannya yang sedang bersih-bersih.

"Widiiih, seger bener" Doni yang baru membuat kopi melihat Ken masuk ke dalam ruang kerja menyapanya dengan senyum lebar. Berbeda dengan kemarin, asem.

"Yoi donk" Ken meletakkan tasnya di atas meja kemudian menuju sudut ruangan untuk membuat greentea hangat.

"Cie yang habis kencan, semangat bener. Ga inget kemarin loyo lecek kayak kertas nota kena air" ejek Dinda yang baru saja datang.

Doni tertawa dan membenarkan ucapan Dinda.

"Brisik lo pada" Ken kemudian menyusul Doni yang duduk di sofa.

"Gimana kemarin?" tanya Doni, kemudian Dinda sudah menyusul keduanya duduk di sofa.

"Bener ternyata tu cowo Bara Prayoga"

Doni dan Dinda terlihat fokus pada Ken, mereka ingin mendengar cerita Ken tentang pertemuannya dengan Jes kemarin.

Ken meneguk tehnya sebentar sebelum melanjutkan ceritanya.

"Dia mantan tunangannya Jes, Jes ditinggal karena Bara lebih milih nikah sama sepupunya"

"Lah brengsek" ucap Dinda dengan nada kesal.

"Kenapa gitu?" tanya Doni.

"Jes cuma anak angkat, waktu orangtua angkatnya meninggal keluarga besarnya langsung ga peduli sama dia"

Doni dan Dinda terdiam, merasa kaget mendengar fakta yang baru saja ia dengar.

"Trus?" tanya Doni kemudian karena Ken hanya diam sambil menikmati tehnya.

"Ya trus.... Kita balik kerja lagi. Sini mana ada yang perlu dikerjain sini" Ken terlihat sangat bersemangat.

"Yadeh yang udah dapet suntikan semangat, g jadi saingan sama Bara" ejek Dinda kemudian.

"Tempe lo ngejekin gue mulu" Ken kemudian menyentil kening Dinda saat melangkah menuju meja kerjanya.

****

Ken dan Jes keluar dari ruang dokter, baru saja mereka mengecek kembali kesehatan Jes. Gips di kaki Jes juga sudah dilepas, sekarang Jes sudah bisa berjalan tanpa menggunakan kruk, walaupun ia masih harus pelan-pelan saat berjalan.

Ken sedikit meringis melihat Jes yang berjalan tanpa kruknya, takut kalau kakinya masih terasa nyeri. Tapi berbeda dengan Ken, Jes terlihat sangat tenang dan wajahnya sumringah karena ia tidak lagi harus menggunakan kruk sialan itu.

"Kamu beneran gpp Jes?" tanya Ken sambil terus memegangi lengan Jes saat berjalan.

"Gpp Ken, kamu tenang aja"

"Aku cuma takut kamu masih sakit. Kenapa ga pakai kruk aja sih"

"Kan dokter bilang buat nglatih kaki aku juga kan Ken"

"Yaiya sih, aku parno aja"

Jes geleng-geleng kepala melihat Ken yang protective padanya.

"Aku antar kamu pulang ya, kamu harus istirahat"

.

.

Ken merasa was was setiap Jes berjalan dari rak satu ke rak yang lain di toko buku.

Fix YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang