8. Permintaan Bara

273 30 0
                                    

Mengingat Bara yang tadi malam datang ke apartemen Jes membuat mendung yang kemarin hilang sekarang muncul lagi. Ken lebih banyak diam dan melamun, Doni dan Dinda yang melihat hanya menghela nafas berat. Tanpa Ken cerita mereka sudah tau apa penyebab Ken lesu lagi.

Ken mengayun-ayunkan kakinya sambil melamun, saat ini ketiganya sedang berada di sebuah taman untuk melakukan pemotretan pre wedding salah satu kliennya.

Lamunannya buyar ketika pundaknya ditepuk oleh Dinda. Ken menoleh dan Dinda mengisyaratkan untuk memulai pekerjaannya.

Sepanjang bekerja Ken memang profesional, tapi hatinya memang tidak bisa dibohongi. Ken terlihat tidak begitu bersemangat walaupun ia tidak mengeluh atau melakukan kesalahan, pikirannya memang melayang pada kejadian tadi malam. Ken memang tidak diusir oleh Jes, sebaliknya Jes ingin ditemani oleh Ken karena tidak ingin ditinggal berdua dengan Bara. Sesudah Bara pergipun Ken masih tetap tinggal, tapi cerita Jes mengenai kesakitannya yang membuat Ken pesimis untuk mendapatkan Jes. Pesimis bahwa akan mudah, pesimis bahwa Jes bisa memberikan hatinya untuk seorang Ken. Bukan karena ia terlalu mencintai Bara, bukan karena Bara masih berarti untuk Jes, dan bukan karena Bara ingin kembali pada Jes. Jes trauma, Jes takut untuk memulai membuka hati untuk siapapun.

Tidak sekali dua kali Jes ditinggalkan oleh orang-orang yang ia sayang dan percaya, kecewanya terlalu besar. Kualitas sakitnya yang masih begitu mendalam meninggalkan ketakutan tersendiri untuknya. Jes lebih bahagia seperti ini, tidak jatuh cinta dan hanya memikirkan karirnya.

Jodoh? Jes tahu Tuhan selalu memberikan jodoh pada umatnya. Hanya untuk saat ini Jes tidak memikirkan itu sama sekali. Bara datang hanya membuat ia membuka luka lama yang susah payah ia sembuhkan sendiri, meskipun Jes sudah memaafkan dan membuka pintu untuk berteman kembali dengannya tapi ia selalu berdoa itu hanya semantara. Karena tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan masalah baru, apalagi dengan mantan keluarga besarnya.

"Aku lebih nyaman sendiri, aku takut jatuh cinta, aku takut untuk percaya. Aku ga bisa gantungin kebahagiaan aku sama orang lain"

Ucapan Jes semalam saat mereka duduk di balkon apartemen dengan menikmati green tea hangat selepas Bara pergi. Ken merasakan luka yang Jes ceritakan padanya, dia tau bagaimana rasanya. Ken memang tidak pernah merasakan bagaimana gagal menikah, tapi melihat Jes yang bercerita dengan kesusahannya menahan airmata terlihat luka juga disana, ia merasakan. Wajar jika Jes trauma.

Jes tidak melulu menyalahkan Bara, ia sakit karena terlalu berharap. Jes tidak menyalahkan sepupunya, karena tersangka pertama ada Bara, dan itu hak dia untuk memilih. Jes pesimis, dia bukan terbaik dan merasa tidak layak untuk dicintai oleh siapapun. Pemikiran bodoh itu kuat-kuat dibantah oleh Ken. Bagi Ken, Jes sempurna.

"Bakal ada orang yang tulus sayang dan cinta sama kamu"

"Semoga, dan semoga aku juga bisa menghilangkan traumaku"

Saat itu Ken sadar, jalan yang akan ditempuh untuk mendapatkan Jes lebih sulit daripada bersaing dengan Bara. Ia harus meluluhkan hati Jes, meyakinkan hati orang yang berkali-kali sakit dan tidak mempercayai bahwa cinta bisa memberinya bahagia.

.

.


"Jes kenapa lagi?" tanya Doni sambil menyodorkan mangkok bubur kacang hijau kepada Ken.

"Gpp" jawab Ken lirih sambil menerima pemberian Doni.

"Kayak cewe lo, bilang gpp tapi ada apa-apa"

Fix YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang