3. Musibah atau berkah?

360 35 0
                                    

Ken berlari setelah keluar dari lift apartemennya, ia terlambat untuk bertemu klien pagi ini. Rencananya ada jadwal meeting dengan klien di cafe milik Bagas, ia sudah terlambat setengah jam dari waktu janjian.

Ken menghubungi Doni untuk menggantikannya menemui klien.

"Gue tar nyusul, sori banget Don. Iya makasih ya"

Setelah memasukkan ponsel ke saku celanya Ken kemudian melajukan motornya, menggunakan mobil bukan pilihan yang tepat disaat seperti ini.

Ken mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi dengan lihai ia menyalip kendaraan-kendaraan lainnya. Sampai di tikungan ia dikejutkan dengan adanya seorang perempuan yang menyebrang. Ken berusaha menghentikan motornya tapi terlambat, motornya menabrak orang itu.

Ken panik.

.

.

"Iya Don, ini gue lagi di rumah sakit"

"...."

"Cidera kaki sih harus di gips gitu sama ada lecet-lecet" Ken mengusap wajahnya sambil melirik si korban yang masih tidur di ranjang pasien.

Di seberang sana Doni hanya menghela nafas dan menceritakan perihal meetingnya yang sudah ia handle.

"Yauda tar gue hubungin lagi"

Ken menutup teleponnya.

Kemudian berbalik dan duduk di kursi dekat ranjang pasien.

Ken menatap sendu Jes yang masih tidur, ia merasa sangat bersalah.

Berkali-kali Ken menghela nafas sambil mengucapkan kata maaf yang terdengar seperti bisikan.

"Goblok banget sih, ga berani kenalan malah berani bikin celaka" Ken berulang kali merutuki kebodohannya pagi ini dengan tangan yang terus ia ketuk-ketukkan di keningnya.

Mendengar erangan dan desissan seseorang membuat Ken berhenti melakukan hal konyolnya dan menatap Jes yang sudah membuka matanya. Ken menelan ludah gugup saat mata Jes menatapnya.

Jes mengerutkan kening dan matanya mengedarkan pandangannya ke penjuru kamar rawatnya.

"Eng, maaf" Ken membuka suara melihat Jes yang terlihat bingung.

"Maaf, tadi.... Aku... Itu.... Kamu" tangannya tidak berhenti bergerak karena gelisah.

Jes semakin bingung. Ken berkeringat, terlihat gugup dan takut. Ia menunjuk ke arah kening Jes yang diplester serta kaki kiri Jes yang  tertutup selimut.

Pelan-pelan Jes membuka selimutnya dan melihat kakinya digips, ia hanya mendesah.

Sepertinya Jes mengerti dan tau siapa laki-laki berkeringat dan pucat yang duduk di samping ranjangnya.

"Maaf.... Tadi aku...."

Jes menganggukkan kepalanya dan tersenyum pada Ken.

"Iya gpp"

Ini pertama kalinya Ken berbicara dengan Jes secara langsung, dan Jes meresponnya. Mungkin ini yang dinamakan musibah membawa berkah, Ken merasa jahat bahwa ia bersyukur karena ia menabrak Jes pagi tadi. Berkat kecelakaan tadi Ken mungkin bisa mempunyai alasan untuk bertemu bahkan berdekatan dengan Jes, tidak seperti kemarin-kemarin yang hanya berani melihatnya dari jauh.

Tapi ya ga pake bikin celaka juga kali Ken, ucapnya dalam hati.

"Ah iya" Ken mengulurkan tangannya "Ken"

Jes menyambut uluran tangan Ken "Jessica, panggil Jes aja"

Ken mengangguk, matanya terus menatap senyum Jes yang manis, Jes semakin terlihat cantik walaupun dengan kening yang terplester dan bibir yang terlihat pucat.

Fix YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang