10. Cry

274 31 0
                                    

Tok tok

"Iya bentar" Dinda berjalan ke arah pintu rumahnya dengan tangan mengikat rambutnya. Ia terkejut saat mendapati Ken berdiri di depan pintunya dengan tampang acak-acakkan, dan yang membuat Dinda tak kalah terkejutnya Jes berada di pelukkan Ken dengan wajah ketakutan dan air mata yang belum kering.

"Astaga, kalian kenapa?" tanya Dinda panik kemudian mempersilahkan keduanya masuk ke dalam rumah.

Jes dan Ken duduk di sofa ruang tamu. Jes masih terisak di dalam pelukan Ken saat Ken menceritakan tentang Bara yang akan memperkosa Jes. Ken kembali ke apartemen Jes karena menerima telepon dari Jes, sebelum Bara menarik dan menjatuhkan tas milik Jes, Jes berhasil menekan nomer telepon Ken. Ken yang hanya mendengar suara teriakan Jes yang tidak jelas langsung kembali ke apartemen Jes. Saat Ken tiba di apartemen Jes, ia langsung mendapati Jes yang sudah berada di bawah Bara, Jes terus memberontak dan menangis tanpa henti. Ken marah dan langsung menghajar Bara habis-habissan, saat itu Ken sudah tidak peduli seberapa kuasanya Bara, ia tak peduli apa yang akan terjadi nantinya karena menghajar seorang Bara Prayoga. Dipikirannya ia sangat marah dan ingin membunuh Bara karena sudah menyakiti Jes.

Ken membawa Jes ke rumah Dinda karena tidak mungkin ia mengajak Jes pulang ke apartemennya, dan hanya Dinda yang bisa membantunya menampung Jes untuk sementara sampai situasi dirasa aman untuk Jes kembali ke apartemennya. Karena tidak menutup kemungkinan Bara akan kembali menemui Jes, dan itu benar-benar bukan keinginan Ken dan juga Jes.

Jes masih terlihat ketakutan setelah membersihkan diri berganti dengan piyama milik Dinda. Ken merasa sangat berat meninggalkan Jes, ia masih ingin menemani Jes sampai Jes benar-benar tenang. Ken berdiri di dekat pintu kamar Dinda dan melihat Jes yang sedang meminum coklat hangat yang dibuatkan oleh Dinda. Ken mendekat dan duduk di tepi ranjang, tangannya terulur untuk mengusap lembut rambut Jes.

Ken terus mengucapkan kalimat-kalimat untuk menenangkan Jes, Jes berusaha tersenyum namun gagal. Ia masih merasa ketakutan, Ken melihat dari matanya.

****

Jes menggeliat di atas ranjang, matanya mengerjap saat ada cahaya masuk. Telinganya mendengar ada suara perempuan bernyanyi dari luar kamar. Jes mengedarkan pandangannya dan ia ingat bahwa ia tidak ada di kamar miliknya.

"Morning Jessica" Dinda baru saja membuka pintu kamar saat Jes sudah duduk di tepi ranjang. Jes membalas sapaan Dinda.

"Tidur nyenyak Jes?" tanyanya yang dibalas anggukan oleh Jes. Sepertinya Jes masih merasakan kantuk. Dinda berjalan menuju lemari pakaiannya di sudut kamar. Ia membuka lemarinya dan mencari pakaian yang cocok untuk Jes. Dinda yang notabene cewek tomboy kebanyakan lemarinya berisi kaos dan celana, pilihannya jatuh pada celana pendek rumah dan juga kaos warna putih bergambar kepala mickey mouse kecil-kecil.

"Mandi gih, kita sarapan bareng sama Ken juga" Dinda memberikan pakaian miliknya kepada Jes.

Kemudian Dinda meninggalkan Jes yang sudah berjalan menuju kamar mandi milik Dinda. Setelah menutup pintu, Jes berkaca pada kaca yang ada di wastafel, semalem ia melihat dirinya yang kacau dengan penampilan acak-acakkan serta baju yang robek di beberapa sisi, dan pagi ini ia terlihat lebih baik, yang tidak baik hanyalah bengkak di matanya dan juga sudut bibirnya yang sedikit membiru akibat tamparan keras yang diberikan Bara berkali-kali.

Jes ingin menangis lagi mengingat kejadian semalam. Ia takut.

.

.

Dinda menepuk tangan Ken yang akan mengambil daging ayam asam manis yang dibuat oleh pembantunya.

"Tar dulu" kesal Dinda, Ken mengurungkan niatnya dan menampakkan wajah memelas.

Dinda masih menata piring-piring yang berisi lauk di atas meja makan dengan dibantu oleh pembantunya, Ken yang duduk di kursi meja makan hanya melihat dengan tangan menopang dagunya,  ia sudah kelaparan.  

"Selamat pagi" sapa Jes yang kini sudah berdiri di dekat meja makan.

Ken dan Dinda membalas sapaan Jes kemudian mempersilahkan Jes untuk duduk di depan Ken. Dinda yang sudah selesai menata makanan kemudian duduk di dekat Jes. Ken mengambilkan nasi dan beberapa lauk untuk Jes. Jes merasa tidak enak karena dilayani.

"Cukup Ken" ucap Jes merasa tidak enak.

Ken tersenyum, dan senyumnya hilang ada rasa marah saat melihat sudut bibir Jes membiru. Jes menyadari ketika Ken menatapnya, tapi ia terus menikmati sarapannya. Toh yang penting sekarang Jes sudah aman di rumah Dinda. Dinda yang menyadari suasana canggung, berusaha menceriakan suasana dengan meminta pendapat Jes mngenai makanan yang dimasaknya, Jes memujinya. 

****

Jes mengisi kopernya dengan pakaian miliknya yang ia ambil di lemari pakaiannya dengan dibantu Dinda juga Ken. Selesai sarapan, ketiganya pergi ke apartemen Jes untuk mengambil beberapa pakaian serta kebutuhan lainnya. Untuk sementara Jes akan tinggal bersama Dinda, terlalu berbahaya jika Jes dibiarkan sendirian di apartemen, Bara bisa datang kapan saja mengganggu Jes lagi. 

Ken baru saja meletakkan koper besar milik Jes di dekat sofa ruang tamu saat mendengar bel pintu berbunyi.

Cklek

"Mana cewe gatel itu?!" Ken terkejut mendengar perempuan di depannya berteriak dengan ekspresi marah.

Perempuan itu masuk setelah mendorong Ken yang menutupi jalannya. Ken tampak tidak suka.

"Jessica! Dimana lo?!"

Jes dan Dinda keluar dari kamar karena terkejut mendengar suara teriakan memanggil Jes.

"Chelsea" ucap Jes lirih. Perempuan yang merasa namanya dipanggil langsung berbalik dan melihat orang yang dari tadi dicarinya berdiri dengan wajah yang terkejut.

"Kaget ya?" ejek Chelsea "gue juga kaget ternyata lo sama Bara main di belakang gue"
Chelsea melipat tangannya dan menatap tajam jes. Jes menelan ludah, seperti perkiraannya, Chelsea akan mengetahui dan salah paham. 

"Chels...."

Chelsea mengangkat tangannya menyuruh Jes diam. Dinda memeluk lengan Jes, mengusapnya, bermaksud menenangkan. Melihat wajah Chelsea yang tersenyum sinis membuat Jes dan Dinda terlihat takut. 

Jes melirik pada Ken yang ingin menghampirinya, Jes memberi kode untuk jangan mendekat. Tampak Ken protes melalui ekspresi wajahnya. 

"Ga perlu ngomong apa-apa lo sama gue, lo mau Bara kan? Lo mau dia balik sama elo?!" suara Chelsea meninggi, Jes menggelengkan kepalanya. Ia memang tidak pernah mengharapkan Ken balik.

"MUNAFIK LO!" Chelsea lalu menarik tangan Jes dengan kuat agar terlepas dari rangkulan Dinda. Tangan kirinya mencengkram keras wajah Jes. 

Ken dan Dinda berusaha melerai, tapi kemudian mundur ketika Chelsea menodongkan pisau ke arah mereka. 

"jangan coba-coba lo belain jalang ini" Jes terlihat makin ketakutan saat Chelsea mendekatkan pisau ke arah wajahnya. Dengan tangan kiri Chelsea yang masih mencengkram kuat wajahnya, Jes tidak bisa menghindar. 

Chelsea terus saja memainkan pisau di dekat wajah Jes, membuat Jes ketakutan. Matanya sudah mengeluarkan air mata. Ken dan Dinda berfikir untuk menjauhkan Chelsea dari Jes.

Saat Chelsea menurunkan pisaunya dari wajah Jes, Ken dengan cepat menendang tangan Chelsea dan mendorong tubuhnya. Chelsea mengaduh saat jatuh di lantai.

"Kamu gpp?" Ken mengamati wajah Jes, mencari apakah luka di wajah cantik Jes. Jes hanya terus menggeleng.

"Aaach...." terdengar rintihan dari Chelsea.

Jes melihat ada darah mengalir di kaki Chelsea. Tangannya gemetar saat menunjuk ke arah Chelsea, Ken dan Dinda terkejut melihatnya.

Fix YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang