Sepuluh

104 12 0
                                    

"Kamu tak usah khawatir,aku selalu ada disinih. Aku selalu ada dibelakangmu."

____________________________________

"Vian. Hei, miss you." Ucap perempuan itu sambil tersenyum sumringah ke arah Vian.

"Hei, Naura." Vian terlihat sangat senang saat melihat Naura. Sejujurnya Vian jugq medindukannya, dan sekarang Naura ada disini dihadapannya. Saking bahagianya, Vian bahkan lupa kalau mereka udah putus.

"Sedang apa kamu disini hm?"

Tanya Vian sambil kembali duduk, begitupun Naura, ia duduk ditempatnya Lia.

Bahkan mereka tak mempedulikan dua orang yang sedari tadi melihatnya heran. Tidak, mungkin hanya Rei, Dika?dia sudah tau bahwa Naura itu yah kalian tau.

Vian dulu menceritakannya saat tak sengaja melihat poto Naura dan Vian yang tengah tersenyum kearah kamera. Poto itu tak sengaja jatuh dari buku sejarah Vian saat mereka tengah mengerjakan tugas bersama.

"Oh iya, aku sekarang,"

Namun ucapan Naura terpotong saat Lia menghampiri mereka dan mengambil tas yang berada diatas meja. Lia kemudian hanya berjalan menuju pintu keluar tanpa berkata apapun yang membuat Dika, Vian, juga Naura menatapnya bingung.

Rei tau bahwa Lia pergi gitu aja karena dia melihat Vian dan Naura. Kemudian Reipun mengikuti Lia.

"Li, tunggu. Lo mau kemana?"

Liapun kemudian tak melanjutkan jalan lagi mata Lia perih namun dia menahannya sekuat mungkin, agar air bening itu tidak jatuh.

"Ok, gue tau. Tapi please lo gak bisa ginih." Ucap Rei prustasi yang kemudian iapun memegang kedua pundak Lia.

"Please Li, dia bukan Fajar, dia Vian." Sambung Rei.

"Gue tau." jawab Lia sedikit lirih sambil menahan tangisnya yang kemudian kembali berjalan menajuhi kafe tersebut.

Namun Rei tak mengejarnya, ia tau saat seperti ini sahabatnya itu harus dibiarkan sendiri. Memahami dirinya sendiri. Rei hanya membuang napas kasar kemudian kembali kedalam kafe. Bukan Rei tak peduli, namun Rei paham dengan Lia.

"Suatu hari lo bakal ngerti Li." Batin Lia.

Saat Rei kembali dia berpamitan untuk pulang, dan menjelaskan bahwa Lia tadi sakit perut jadi dia harus pulang.

Saat Rei membuka pintu mobilnya tiba-tiba Dika menahannya.

"Aku anter yah."

"Tapi mobil kamu?" tanya Rei.

"Gak papa, nanti si curut yang bawa."

Reipun tersenyum senang,vakhirnya merekapun pergi berdua namun bukannya pulang Dika membawa mobilnya Rei kearah yang beda.

"Loh, kan rumah aku kesana."
Ucap Rei sambil memasang wajah cemas.

"Udah, kamu diam aja." balas Dika sambil tersenyum meyakinkan pada Rei.

Dilain sisi saat Lia terus berjalan menajuhi kafe itu iapun berhenti untuk beristirahat sebentar disisian jalan. Suasananya sangat sepi hanya terdengar riuh suara angin yang menemaninya.

Tak terasa pertahananya runtuh,air matanya kini mengalir.I a menangis dalam diam. Namun, disela-sela tangisnya ada seseorang yang memperhatikannya.

Johan yang awalnya berniat pulang, ia urungkan kala melihat Lia disebrang jalan. Karena ia khawatir iapun berlari menyebrangi jalan ia ingin memastikan bahwa Lia tidak benar benar menangis.

Namun sayang dugaannya salah, seseorang yang dicintainya benar benar menangis.

Hikss,

Bahkan tangisan yang tadi tidak terdengar kini terdengar isakannya. Hal itu membuat hati Johan teriris.

FLASHBACK OFF

Tuk tuk tuk

"Lia, bangun! ini sudah siang nanti kamu terlambat. Udah jam setengah tujuh Lia."

"Mm, ia mah 5 menit lagi. Toh ini baru jam setengah tujuh. Apa? jam setengah tujuh?Kenapa gak dibangunin dari pagi mah!"

Kini Lia benar benar prustasi, gawat ini benar-benar gawat Lia bisa telat kalau dia tidak bergegas. Untungnya dia lagi gak shalat.

"Anak itu." gumam ibunya dibalik pintu kamarnya Lia.

Kemudian ibunya Lia kembali keruang makan untuk menyiapkan sarapan.

"Arrggh, gue bisa telat inih.."

Bahkan Lia tak sempat menyisir rambutnya dengan rapih ia langsung mengucirnya sembarangan.

"Mah, pah Lia langsung berangkat dulu yah. Bisa telat soalnya. Assalamualaikum."

Iapun langsung lari setelah menyalami kedua orang tuanya.

"Waalaikumsalam." jawab ayah dan ibunya Lia.

"jangan lupa sarapan di sekolah."

Teriak ibunya yang diacungi jempol oleh Lia.

"Haha, kacaw banget anakmu."

Ucap ayahnya Lia sambil terkekeh.

"Anakmu juga." balas ibunya Lia sambil terkekeh yang kemudian menaruh roti selai dipiring suaminya.

"Eeh pak, jang ditutup dulu." cegah Lia.

"Hampir saja." batin Lia.

Hari senin jadwal nya memang lebih awal karena seluruh siswa harus mengikuti upacara bendera. Itu sebabnya Lia harus buru-buru datang kesekolah bahkan dijalan ia membawa motornya kaya orang kesetanan.

"Psst liat Lia gak?" tanya Rei pada salah satu teman dibarisan belakangnya.

"Dibelakang tuh." jawabnya dengan suara yang pelan.

"Syukurlah." Batin Rei.

Rei sangat lega, ia pikir Lia gak bakalan sekolah gara gara gak mau ketemu Vian.

Setelah upacara selesai seluruh siswa berhamburan memasuki kelas masing-masing. Karena pelajaran selanjutnya akan dimulai.

"Telat yah neng." Ucap Jo seperti biasa sambil duduk diatas mejanya Lia.

"Minggir lo."

"Jutek amat sih neng."

"Selamat pagi.",Sapa bu Dewi guru biologi.

Johanpun langsung ngacir dan duduk di kursinya.

Bu Dewi tidak sendirian dia bersama siswi yang berperawakan tinggi untuk ukuran wanita, ia tengah tersenyum keseluruh murid yang ada dikelas. Dia terlihat sangat cantik dengan lesung pipi dibagian pipi kirinya.

"Wiwit." goda salah satu siswa.

"Geulis pisan euy, ailoveyu lah neng." sambung siswa yang lain.

"Camentring (cantik) euy.."

Seluruh murid dikelas ini mulai gaduh yang pasti berbisik bisik mengenai perempuan itu.

"Rei dia kan.." Ucap Lia dengan mimik wajah kaget sambil melihat Rei sekilas kemudian perempuan itu.

"Ok! semuanya diam. Dia anak baru,,dia pindahan dari Jakarta dan dia sekarang menjadi teman kalian.,Silahkan perkenalkan nama kamu."

Kemudian perempuan itupun mulai memperkenalkan diri.

"Lia dia." Ucapan Rei tergantung yang kemudian dilanjutkan oleh Lia

"Satu kelas dengan kita."

Love??BullshitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang