"Dibiarkan bukan berarti tak peduli."
**
Suasana kelas saat ini begitu ramai. Pak Agus, guru fisika kami kebetulan tidak masuk. Ini bagaikan alarem kemerdekaan bagi kita semua.Entah kenapa Pak Agus tidak masuk, padahal dia termasuk guru yang paling rajin.Bahkan setiap kali pertemuaan dia hampir tidak pernah absen,sekalinya absen ngasih tugas. Tapi kali ini gak ada tugas sama sekali. Kita juga gak ambil pusing yang jelas kita sangat menikmati jam kosong ini.
Semua murid yang ada dikelas ini menikmati kegiatannya masing masing. Ada yang lagi main game, nyanyi-nyanyi juga ada, dengerin musik, Yang ngegosip lah, sampe yang tidur juga ada.
Kapan lagi coba menikmati jam pelajaran kosong. Sedangkan aku asyik ngobrol bareng Rei, Risti, juga Sarah. Yang jelasnya Risti dan Sarah tepat duduk didepan aku dan Rei.
Ditengah tengah perbincangan kami, tiba tiba Sendi sang ratu gosip dikelas kami berteriak. Mungkin tak lengkap rasanya tanpa naik keatas kursi, sehingga Sendi berteriak diatas meja.
"Hei guys, kalian tau gak? Habis kegiatan belajar mengajar bakalan ada tanding basket loh. Bagi kaum-kaum cewe kalian wajib nonton! Soalnya yang beb gue mau main, hehe."
"Huhhh."
Semua orang yang ada dikelas benar-benar terganggu dengan suaranya, pantas saja kalu kita protes.
"Buset, suara lu kaya toa rebek.Nusuk banget ketelinga, pelanin dikit napa? gue lagi tidur nih."
Protes Jo yang disambut gelak tawa oleh seisi kesal terkecuali Sendi.
Sesaat setelah sendi loncat dari atas kursi, Nano berteriak sambi mengoyang-goyangkan mejanya sendiri.
"Gempa oy, gempa."
Kelakuan Nano kembali mendapat respon tawa dari seisi kelas.
"Sialan lo! bilang aja lu pengen punya badan kaya gue, gede-gede juga seksi. Gak kaya lo apaan punya badan kaya tiang listrik!"
Untuk kesekian kalinya seisi kelaa kembali tertawa.
"Nu, lo yang sabar ya Nu. Haha." Ucap Randi.
**
Bel menandakan pulang berbunyi begitu nyaring ditelinga kami. Bel menandakan pulang itu bagaikan suara yang paling indah nan merdu yang pernah kami dengar khususon bagi para murid.Saat aku mulai mendekati gerbang sekolah, tiba tiba aku mengurungkan niat untuk pulang dan kembali berbalik menuju lapang basket.
Entahlah ada apa dengan diri ini, biasanya soal tanding basket atau cabang olahraga lainnya aku kurang tertarik. Tetapi kali ini, entah katena bisikan Sendi tadi tiba tiba jadi nonton.
"Lia," Panggil seseorang dari jajaran penonton yang sudah mulai memenuhi arena indoor lapangan basket.
Akupun langsung menoleh kearah dimana suara itu berada.
"Lia sinih, sinih."
Panggil seseorang itu untuk yang kedua kalinya dengan melambai lambaikan tangannya.
Aku mulai berjalan kearah dimana dia duduk.
"Wah, lo nonton juga Li?"
"Heueum."Jawabku sambil duduk disebelah Sarah yang kebetulan masih kosong.
Sesaat kemudian 2 tim basket memasuki lapangan, sepertinya dari tim kelas XII dan kelas XI .1 tim memakai kostim berwarna hitam merah dan 1 tim lagi memakai kostim berwarna putih hijau. Suara riuh penontonpun mulai memenuhi arena lapangan basket.
Ketika itu pula kebanyakan penonton perempuan meneriaki nama Vian dan Johan. Begitupun Sarah sepertinya dia juga tak mau kalah dengan yang lainnya, iapun meneriaki nama Vian dan Johan bergantian secara terus menerus dengan semangat 45 nya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love??Bullshit
Teen FictionSaat Rasa berubah menjadi cinta saat itu juga hatiku direnggut olehnya.Hatiku hilang,dia tersesat,saat aku mencarinya pada yang lain tetap saja hatiku tak kutemukan.Aku lelah,aku ingin berhenti,cukup!aku tak ingin mencari hatiku yang direnggutnya. R...