Dua Belas

35 7 0
                                    

"Lo rese kalau lagi bego!"


**

Jam istirahat berbunyi ,Vian yang dari tadi nguap mulu kini bisa menjatuhkan kepalanya diatas meja dengan ditahan oleh kedua tangannya yang dilipat.

Bukan, bukan karena ngantuk gara-gara dengerin penjelasan Bu Dea tentang pelajaran Sosiologinya, tapi karena semalaman dia benar-benar gak bisa tidur.

"Vi, bangun oy ini bukan waktunya tidur."

"Apaan sih lo, ngantuk nih."
Bukannya bangun Vian malah makin menelusupkan kepalanya.

"Yaudah, gue kekantin Bi Ndun dulu. Jangan ngajak gue bolos nanti kalau perut lo minta jatah."

Dika tau saja kelemahannya Vian, kalau udah menyangkut kantin bi Ndun. Meskipun kantinnya berada dilantai 2, tapi demi dapetin kue putu, Vian rela bulak-balik naik turun tangga.

Sebelum Dika benar-benar menghilang dari kelas, Vian langsung bangun dan menyusul Dika yang sekarang tersenyum penuh kemenangan.

"Lumah pasti sekalian nemuin bini lo kan?" Vian menjitak kepala Dika kemudian mendahuluinya.

"Dih dasar kamu yah Vian tidak berperikemanusiaan." Cibir Dika, namun Vian tak mempedulikan omongannya yang alay dan jijik.

Setelah melewati anak tangga terakhir tak sengaja Johan menabrak tubuh Vian, yang kebetulan saat itu Johan sedang bercanda dengan teman temannya sehingga tidak terlalu memperhatikan jalan.

Vian hanya diam dia tidak memaki atau menyuruh Johan untuk meminta maaf padanya. Sedangkan Johan ia tersenyum kecut saat mengetahui seseorang yang ditabraknya tak sengaja adalah Vian.

"Jo, kita duluan yah." Kata salah satu temannya kemudian Johan mengangkat jempolnya tanda mengiyakan.

"Ngapain lo disinih? Mau ke kantin atau mau nemuin," Johan menggantungkan perkataanya.

Awalnya Vian menghiraukaan Johan, namun mendengar nada bicaranya emosinya jadi tersulut.

"Kalau iya kenapa? Lagian lo bukan siapa-siapanya kan? Lo gak lebih dari cowo yang gak dianggap kehadiranya sama dia!" Kini Vian yang tersenyum meremehkan.

Johan berusaha menahan emosinya, ia hanya bisa mengepalkan tangannya hingga buku jarinya terlihat jelas.

"Cih, tapi gue gak sepengecut lo!"

"pengecut? Lo lagi ngomongin gue atau ngomongin diri lo sendiri? "

Johan kini tak bisa menahan emosinya ia menarik kerah seragam Vian, namun Vian malah semakin mengejeknya dengan menampakan wajah meremehkan.

Dika yang awalnya tidak berniat ikut campur terpaksa harus memisahkan mereka.

"Kalian kaya anak kecil, gak malu apa diliatin banyak orang? jo, udah!"

Untungnya Johan bisa menetralkan emosinya meskipun tak benar benar netral. Ia melepaskan kerah seragam putih abu milik Vian.

Sebelum Johan meninggalkan Vian dan Dika, Johan membisikan kata kata yang membuat Vian tertampar.

"Gak usah nyakitin dia lagi!"

Vian diam, dia bergelut dengan pikirannya sendiri.

"Vi, jadi? keburu habis."

"Gak, gue gak jadi. Lo aja."

Dika hanya bisa bernapas kasar, dan membiarkan Vian pergi entah kemana. Yang jelas jika sedang ada masalah ia tak akan masuk ke kelas.

**
"Jo, ngapain sih tarik tarik gue kaya ginih." Lia benar benar kesal pasalnya dia sekarang seperti orang yang bersalah yang diseret-seret harus masuk kepenjara.

"Diliatin banyak orang, lepasin ih." Lia berusaha melepaskan tangan kanannya, namun sayang semakin Lia berusaha memberontak genggamannya semakin kuat.

Johan tak menggubrisnya dan tak mempedulikan para penghuni sekolah yang memperhatikannya.

Dan disinilah akhir dari genggaman yang menyakitkan itu. Diperpustakaan tempat yang jarang orang kunjungi jika tidak ada keperluan.

"Duduk! " Perintah Johan tanpa mempedulikan Lia yang kini meringis kesakitan akibat tangannya terlalu lama di genggam.

"Apaan sih Jo, tadi lo sered sered gue, sekarang dengan seenak jidatnya lo nyuruh gue duduk." Ekpresi Lia sekarang campur aduk antara kesal, marah, dan gemes sama sikap Johan yang gak ada lembut lembutnya.

Johan tak menjawab, dia malah mendekati Lia yang tengah memanyunkan bibirnya. Awalnya Lia tak masalah, namun semakin lama Lia sadar jarak antara Johan dan Lia semakin dekat, diapun mundur tanpa sadar namun sialnya Johan terus mendekatinya dan sialnya lagi punggungnya menabrak lemari yang penuh dengan buku-buku, itu artinya Lia tidak bisa menghindar.

"Jo, em lo mau apa? " Tanya Lia gugup tanpa melihat wajah Johan.

Dan untuk kesekian kalinya Johan tak menggubrisnya.

"Li?" Johan memanggil Lia lirih,.

"A, apa? " Lia menyembunyikan wajahnya dengan menunduk tanpa berani menatap Johan.

"Tatap gue."

"Apa susahnya sih Lo nurutin perintah gue!"

Suara Johan meninggi yang membut Lia tersentak, dengan gugup Lia memberanikan diri untuk menatap Johan. Lia yang tingginya hanya sebahunya dia mendongak agar pandangannya sejajar dengan Johan.

Lia pikir saat dia menatap Johan, wajah Johan akan mengerikan, namun yang dia lihat saat ini adalah wajah Johan yang sayu, dia menatap Lia lembut, dan sialnya Johan tersenyum yang membuat jantung Lia semakin berdentum tak karuan.

"Loh ko nunduk lagi?"

Tak ada jawaban, dan itu membuat Johan semakin gemas.

"Li, salah gak kalau gue suka sama lo? Salah gak kalau gue sayang sama lo? Salah gak kalau gue Jatuh cinta sama lo? "

Nada bicara Johan seperti serius.

Persetan lo Jo, bikin jantung gue makin berantakan. Batin Lia.

Lia tak peduli, dia tak ingin menatap wajah Johan lagi. Dia benar benar berantakan. Berani beraninya dia menanyakan pertanyaan paling konyol.

Johan terkekeh melihat Lia yang semakin menundukan wajahnya.

"Lo rese kalau lagi bego. "

Lia refleks mendongak, dan mendapati Johan yang tengah tertawa kecil. Ingin sekali rasanya Lia menjambak jambak hidungnya. Pasalnya dia berhasil dikerjain lagi.

Johan lupa bahwa dari tadi dia dan Lia berada diantara jarak yang sangat dekat, kemudia dia memberi jarak pada Lia dan duduk dikursi.

"Udah gak degdegan lagi?"

Johan lo mau ditenggor pake sepatu gue gak?

"Apaan sih lo? Ya, ya masih lah kalau gak degdegan itu artinya gue mati. Udah lah gue mau kekelas, lo cowo ter eeks yang pernah gue temuin!"

Lia berjalan melewati Johan yang tengah duduk namun tangannya lagi-lagi dicekal. Otomatis Liapun berhenti dan menghadap Johan.

"Apa lagi sih?"

"Jangan jatuh cinta ya, karena jatuh cinta bikin luka dan bikin lupa, intinya jatuh cinta bikin luka yang gak pernah lupa. "

Ggl baper wkswks










Love??BullshitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang