chap1

92 8 7
                                    

Kring!!! Kringgg!!!! Kringg!!!

Jam weker itu berbunyi dikamar gadis cantik itu. Kamar yang bernuansakan club kesayangan pemiliknya, Lakers.

Gadis itu menggeliat, tangannya merayap-rayap mencari benda mati yang menganggu tidurnya itu. Setelah menemuinya, gadis itu melihatnya dan mematikannya. Beberapa detik kemudian ia terbangun, mengucek-ngucek matanya dan menguap selebar mungkin.

Setelah kesadarannya sempurna gadis itu bangkit dan berjalan menuju kamar mandi untuk mandi dan mengambil wudhu.

" Ana!! Bangun ini udah siang dan kamu masih di tem-- " wanita paruh baya itu berhenti berbicara saat anak bungsunya membukakan pintu dan sudah memakai mukena.

" Apa mah Ana mau sholat " ucap gadis itu menatap datar ibunya. Ratu-ibu gadis itu menghela nafas dan tersenyum.

" Yaudah sana sholat, kalo udah sholat jangan tidur lagi langsung ganti baju terus sekolah " ucap Ratu dan meninggalkan gadis kecilnya. Gadis itu menutup pintunya dan kembali berdiri diatas sejadah dan membaca niat sholat subuhnya.

Adiana Gabriela Nathansyah

cewe cantik, baik, dan sopan tapi tomboy itu adalah anak bungsu dari keluarga Ardiansyah salah satu keluarga yang terkenal dinegara ini. Adiana atau yang sering di panggil Nathan ini adalah satu-satunya anak perempuan yang ada di keluarga ini. Lain hal dengan kedua kakaknya yang berjenis kelamin laki-laki. Nathan juga anak yang memiliki prestasi yang cukup memuaskan dalam bidang olahraga apa lagi dalam bidang basket dan karate bahkan satu ruanganpun bisa dipenuhi dengan piala yang dihasilkan dari jeripayahnya. Tapi itu hanya dianggap sampah baginya karena usahanya tak membawakan hasil yang sangat ia inginkan. Yaitu kasih sayang ibu. Ratu Ardiansyah atau yang dipanggil mamah oleh Nathan tak pernah memandangnya setelah ia menikah lagi dengan kakak kelasnya saat menduduki bangku SMA dulu. Nathan tak pernah melarang mamahnya anak menikah lagi atau tidak saat ayahnya meninggal dulu dan sekarang mamahnya memutuskan untuk menikah lagi. Awalnya Nathan biasa saja dengan ini tapi lama kelamaan ia muak akan sikap mamahnya. Mamahnya selalu menjaga image nya didepan suami barunya sampai semua kebiasaan Nathan selalu dikekangnya dengan alasan ' malu dengan papahmu ' dan Nathan selalu menjawab didalam hatinya ' Dia bukan papahku ' ahhh mungkin semua orang akan bahagia tapi ini bencana bagi Nathan sampai sekarang.

Nathan sudah siap dengan seragam sekolahnya, ransel nike nya dan sepatu adidasnya. Setelah kembali mengecek barang-barangnya Nathan segera keluar kamar dan turun untuk sarapan.

" Pagi " ucapnya saat melihat mamah dan papah barunya sedang menikmati sarapan bersama.

" Pagi sayang " ucap mamah dan papahnya bersamaan. Nathan kemudian duduk di sebelah mamahya dan mengambil selembar roti.

" Bang Vero sama bang Vino mana mah? " tanya Nathan di sela makannya. Ratu yang mendengar itu menoleh dan sedikit melotot agar Nathan diam, Nathan yang tak ingin bertengkar kemudian bangkit dan mengalami kedua orang tuannya.

" Ana berangkat Assalamualaikum " ucap Nathan dan keluar dari rumah terkutuk itu. Nathan berjalan menuju garasa dan memakai helmnya. Kemudian Nathan menaiki motor trailnya dan menjalankannya dengan kecepatan maksimum.

.

Sesampainya disekolah Nathan sengaja berhenti didepan pos satpam.

" Assalamualaikum beh " ucapnya menyalami satpam sekolah, pak Hamid tapi sering dipanggil babeh bagi anak anak yang cukup dekat dengannya termasuk Nathan.

" Waalaikumsalam, eh si eneng tumben amat dateng jam segini neng? " ucap babeh dengan logat betawinya. Nathan tersenyum dan membuka helmnya.

" Iya beh, biasa lah si mamih ngomel mulu " jawab Nathan dengan candanya. Merekapun tertawa dan tentu saja mengundang banyak mata melihatnya.

Almost Never EnoughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang