chap3

42 4 0
                                    

Bel pulang sudah berbunyi dan Nathan masih berada disekolah bergelut dengan bola basket yang ia simpan di lokernya. Bukannya Nathan ingin dimarahi oleh ibunya tapi malah sebaliknya Ratu bahkan tak peduli jika Nathan pulang jam 3 pagi.

" Udah sore nih kok masih disekolah sih? " tanya seseorang yang buat Nathan kembali membawa bolanya yang akan dilemparkan ke ring.

Radit, orang yang mengejutkan Nathan barusan. Halah dasar orang ganteng?! Ganggu aja lu batin Nathan, kemudian membawa bola serta ranselnya dan meninggalkan Radit disana.

.

Sesampainya dirumah, Nathan segera memarkirkan motornya disamping motor kakaknya. Entah kenapa feeling nya kali ini tidak enak. Semoga gak ada apa-apa bismillah batin Nathan menguatkan hatinya. Setelah membuka helmnya Nathan masuk ke rumahnya tanpa mengucapkan salam. Bukannya tidak mau tapi rumah keliatan sepi dan waktu didengar-dengar diruang tamu sepertinya ada tamu. Tapi Nathan terus saja berjalan menuju kamarnya dan enggan melihat keruang tamu.

" Ana kamu udah pulang? " suara itu berasal dari ruang tamu, siapa lagi kalo bukan mamah tercintanya. Ratu kemudian menghapiri anak bungsunya.

Nathan menyalami ibunya dengan senyum palsunya. Ratu membisikan sesuatu dan merekapun berjalan menuju ruang tamu.

" Oh ini yah yang namanya Adiana, cantik banget " ucap wanita sebaya dengan mamahnya, Nathan kemudian tersenyum dan menyalaminya, tak lupa dengan pria yang sama dengan papahnya sepertinya itu suaminya. Nathan kemudian duduk disebelah Ratu.

" Ana kenalin ini temen mamah, ini tante Erin sama om Hendi " ucap Ratu, Nathan hanya tersenyum dan kembali menatap roknya dengan kosong.

" Kalo gitu Ana ke kamar dulu ya mah, tan, om " ucap Nathan bangkit
" Permisi " ucap Nathan dan meninggalkan ruang tamu menuju kamarnya.

" De kamu baru pulang? " tanya seseorang yang membuat Nathan menghentikan langkahnya. Kemudian Nathan membalikan badannya dan melihat Vino berdiri dihadapannya. Nathan pun menyalami Vino dan mengangguk.

" Kamu udah makan? " tanya Vino, memang Vino lah yang lebih perhatian kepada Nathan dibanding ibunya. Entah kenapa rasanya Nathan hanya hidup bertiga dengan kedua kakaknya saat ini padahal ibunya selalu ada tapi perhatiannya hanya untuk suaminya dan kedua anak laki-lakinya. Salah satunya adalah yang ada dihadapan Nathan saat ini.

" Udah bang tadi disekolah beli mie sama ciki " ucap Nathan dengan sendirinya.

" Yeh, itumah bukan makan tapi jajan " ucap Vino membuat Nathan terkekeh geli. Tapi seketika pandangan Nathan hitam seperti ada yang menutup matanya. Nathan yang tau siapa yang melakukannya kemudian menginjak kaki sipelaku dan berhasil. Vero lah yang melakukannya.

" Makanya jangan main-main sama cewe yang satu ini " ucap Vino menggandeng Nathan. Nathan tersenyum dan melipat tangannya kemudian melihat Vero meremeh. Ini sudah menjadi kebiasaan mereka dirumah, bukan hanya Vero yang selalu kena getahnya bila mengerjai Nathan tapi Vino juga sama seperti itu. Tak heran jika kamar salah satu diantara mereka selalu menjadi korbannya. Dan yang paling sering adalah kamar Nathan.

" Sekarang giliran kamar siapa sih yang ancur? " tanya Vino tiba-tiba, itu membuat Nathan terdiam sejenak untuk memikirkan alasan agar kamarnya tak menjadi sasaran.

" Aku duluan ya bang " ucap Nathan dan berlalu. Vero yang melihat itu kemudian mencegat Nathan.

" Jangan kabur lo " ucap Vero dan menggendong Nathan ala karung beras, Nathan yang sudah tau bagaimana nasibnya hanya pasrah dan menuruti kedua kakaknya menuju kamarnya.

Almost Never EnoughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang