Gideon's POV
'Kok kayaknya si Mikha sempoyongan gitu ya? Apa ini gara-gara gue yang terlalu keras sama dia? Ya, meskipun itu anak ngeselin tapi, aslinya dia itu anak yang bertanggug jawab banget. Duh, gue jadi merasa bersalah banget udah keras sama dia.' Batinku sesaat setelah memandang gadis yang berada di lapangan tepat dibawah teriknya sinar matahari.
Sesaat setelah aku memalingkan pandanganku dari gadis yang baru tiga hari aku kenal, tiba-tiba tubuh gadis itu terjatuh dan aku langsung berlari masuk kedalam barisannya untuk menangkap tubuhnya dan sesegera mungkin aku menggendongya menuju ruang uks. Aku tak peduli berapa banyak pasang mata yang melihat sikapku kali ini yang terpenting bagiku adalah gadis ini sekarang. Entah apa yang kurasakan saat ini kepada gadis yang berada dalam gendonganku ini. Apakah karna rasa bersalahku kepadanya? Tapi kurasa bukan tentang hal itu. Aku merasakan ada yang lain dari gadis digendonganku saat ini, tapi aku tak tau apa yang kurasakan.
Sekarang aku dan gadis ini telah tiba di ruang uks, aku tak tau apakah ini kebetulan atau disengaja bahwa ruang uks di sekolahku ini sepi, tak ada yang menjaga. Padahal, biasanya ruang uks ada yang menjaga karna, aku sendiri yang menerapkan jadwal berjaga di ruang uks ini. Alhasil, aku harus mengurus gadis ini seorang diri. Aku mengambil minyak angin dari kotak obat dan mengoleskannya ke ujung kening gadis ini dan ke dekat indra penciumannya.
Sesaat aku terhenti sejenak dan memandangi wajah manis dari gadis dihadapanku ini dan entah apa yang merasukiku hingga aku bergumam pelan namun, masih bisa didengar dengan baik.
'Manis.' Gumamku dan seketika kedua sudut bibirku naik keatas. Gadis ini benar-benar membuat perasaanku aneh seketika. Dan seakan dia mendengar gumamanku yang tidak terlalu pelan, ia terbangun dan kaget melihatku ada disampingnya.
"Loh, lo kok----?" Tanya gadis itu kepadaku
"Lo tadi pingsan waktu upacara. Yaudah deh, ada yang bawain lo kesini tadi, terus gue juga baru dapat kabar dari orang yang bawa lo kesini, makanya gue langsung cek keadaan lo. Gue kan jadi gak enak karna selama tiga hari ini lo dihukum, gue yang selalu awasin lo. Jadi jangan ke geeran ya lo?" Alibiku untuk menutupi perasaan yang aku alami sekarang ini.
"Ck. Gue baik-baik aja kok. Lo gak usah kayak merasa bersalah kali. Santai kalo sama gua." Jawabnya ramah sambil menyinggungkan senyum manis dibibirnya yang berhasil membuat tubuhku seakan beku karna senyum manisnya.
Setelah kejadian yang membuatku merasa aneh dengan perasaanku sendiri terhadap bad girl baru disekolahku bernama Mikha itu, aku pun berniat untuk mengantarkannya pulang karna khawatir akan keadaannya.
"Yaudah. Lo kan udah sadar sekarang jadi, gue bakal nganter lo pulang sekarang."
"Hah? Seriusan lo? Gua boleh pulang? Lo gak lagi sakit kan?" Tanyanya sambil meletakkan punggung tangannya di keningku lalu, menempelkan ke ketiaknya seakan-akan membandingkan suhu keningku dengan ketiaknya.
"Heh! Sopan lo ya?! Udah bagus gue kasih ijin pulang sekaligus gue anter. Masih songong aja lo! Dasar cewek jadi-jadian!" Gerutuku kesal.
"Hahahahaha, baru tau lo gua cewek jadi-jadian?! Masnya kemana aja selama ini?" Balasnya seakan-akan mencibirku.
"Udah lo diem! Mending sekarang lo beresin barang-barang lo terus abis itu, lo gue anter pulang, oke?" Ajakku dengan nada bicara yang sudah diturunkan.
"Oke, siap kakak kelas yang paling tampan, baik hati, rajin menabung dan tidak sombong. Coba aja lo dari kemaren begini sama gua, pasti gua bakal bersikap baik juga sama lo." Ucapnya dengan sangat ramah.
'Hmm. Kok gue seneng ya liat dia bersikap baik gitu ke gue? Kok dia bisa berubah secepat itu ya ke gue? Padahalkan, dari kemaren dia kesel banget sama gue gara-gara gue hukum terus. Yakali gue suka sama dia. Ck. Paling gue begini juga gara-gara gue merasa bersalah sama dia. Tapi, hmm yaudahlah, ngapain juga gue mikirin yang begituan, gak penting, mending gue mikirin....'
KAMU SEDANG MEMBACA
Without You
Teen FictionKisah yang tak pernah terpikirkan oleh seorang gadis manis bernama Mikhaela Vellyod Leonardo yang sebelumnya tak percaya akan cinta, keluarga, dan kehidupan dimana ia harus merasakan pahitnya tinggal dan hidup bersama keluarganya yang membuatnya but...