~1~

3.2K 227 3
                                    


•Kendall's POV•

Aku heran,kenapa semua orang di dunia terkadang tidak memikirkan beban hidup mereka malah bersenang senang,atau mungkin mereka memang tidak mempunyai beban hidup?

Aku memang sedang berada pada tahap dimana aku berpikir tidak bisa menjalaninya. Kehidupan pahit,tidak punya teman,ayah yang pergi dari rumah,kepercayaan keluarga untukku sebagai pencari nafkah hanya karena aku salah satunya orang yang mampu melakukan nya.

Kejam.

Aku tidak membenci kehidupanku. Well, mungkin sedikit. Aku hanya membenci cara pandang orang terhadapku. Aku benci mereka.

-----------

Kulihat dari kejauhan ada sekelompok geng jalanan yang berkumpul di bawah jalan layang,dan salah satu dari mereka kukenali,seorang laki-laki keparat yang sangat angkuh,dia memakai topi berwarna hitam dan kemeja yang ketiga kancing atas dilepas,memperlihatkan banyak tatto di dadanya.

Kapan dia akan di drop out dari kampus?dia selalu terlepas dari hukuman karena pihak kampus yang disodor uang oleh orang tua nya yang kaya raya,oh dia sangat menyebalkan.

Aku terlalu banyak memikirkannya,membuang muka darinya dan kelompok nya,aku kembali berjalan menuju halte bus terdekat,ibu pasti menungguku di rumah,aku selalu mencemaskannya,apalagi ia sendirian di rumah,adik perempuan ku Lorrena tengah pergi untuk beberapa waktu ke summer camp,kegiatan sekolah maksudku.

Lagi-lagi setelah aku duduk di bus,bayangan ibu ku kembali terngiang di kepala ku,sial karena ayah ku meninggalkan kami saat itu,ia begitu menuruti ego nya untuk pergi dengan alasan mencari uang,tapi nyatanya kudengar dia yang menikah lagi dengan seorang perempuan kaya dan tak pernah terlihat lagi kabarnya.

Ibu ku yang mendengar itu sangat terpukul,sekarang ia sering sakit-sakitan karena depresi berat,terkadang ia harus dilarikan ke rumah sakit,kepala nya sering terasa nyeri dan aku menyuruhnya untuk tetap diam di rumah,dulu ia punya toko kue yang tidak terlalu besar di pinggiran kota Manhattan,tapi terpaksa toko itu harus tutup karena aku tidak tega melihat ibu ku yang terlihat begitu lemah semenjak ayah pergi.

"Kau sudah pulang," ibuku tersenyum ramah kepadaku,saat aku masuk rumah,ia melakukan kegiatan nya seperti biasa,duduk di depan TV dan merajut sesuatu dengan tangan-tangan nya yang handal.

"Ah,iya. Apa ibu baik-baik saja?"

"Ibu baik,bagaimana denganmu?"

"Well,coffe shop sangat ramai hari ini,banyak pelanggan yang datang dan aku sedikit kewalahan melayani pesanan mereka."

"Kau tau ken?kau tidak seharusnya bekerja sebagai pelayan di coffe shop itu,ibu tau kau sangat lelah. Biarkan ibu saja yang kembali membuka toko kue ibu."

"Tidak,tidak bu,aku tidak apa-apa,ibu harus tetap di rumah,aku tidak mau melihat ibu masuk rumah sakit lagi," aku menyadari kalau jawaban ku tadi membuat ibu khawatir padaku.

"Dan ibu tidak mau melihatmu letih seperti ini,kau ada ujian bulan depan,kau harus fokus untuk ujian itu."

"Aku hanya sedikit lelah bu,aku masih mempunyai waktu untuk belajar setelah pulang bekerja.Dan aku akan menyelesaikan kuliah ku lalu aku akan mencari pekerjaan yang lebih baik daripada ini."

"Ibu percaya padamu,kau anak yang cerdas,sekarang pergilah bersihkan dirimu,ibu sudah memasak makanan kesukaan mu."

Aku tersenyum lalu pergi ke kamarku setelah mencium pipi ibuku kilat.

******

Kelas pagi ini terasa begitu panjang. Mr.Adam memberikan penjelasan tanpa henti soal cacing planaria,aku tau aku tidak menyukai hal ini,dosen ku yang satu ini memang terkenal cerewet saat menjelaskan materi,dan bicara nya yang terlalu cepat membuat ku bosan mendengarnya.

"Hey," Alexis menepuk bahuku saat aku sedang melihat keluar jendela.

"Ada apa?"

"Kau ini kenapa?jangan melamun seperti itu."

"Aku hanya sedikit bosan."

"Kau pergi bekerja sore ini?"

"Ya," jawabku singkat masih melihat keluar jendela.

"Jam berapa kau pulang?"

"Sekitar jam tujuh."

"Aku akan menjemputmu,kau harus menemaniku pergi belanja."

"Aku tidak bisa." Aku menahan jeritan.

"Oh,ayolah..bukannya adik mu datang hari ini?Dia yang akan menjaga ibumu"

Oh,aku baru ingat hal itu. Batinku.

"Baiklah,kita pergi malam ini"

Dia tersenyum tapi setelah itu senyumnya hilang karena Mr.Adam menegur kami.

******

Aku pergi meninggal kan kelas menuju ke coffe shop tempat ku bekerja,aku berjalan terburu-buru karena aku tau aku terlambat 30 menit gara-gara Alexis mengajak ku makan siang dulu.

Aku kembali fokus ke jalanan sampai akhirnya lampu penyebrangan menjadi hijau pertanda para pejalan kaki untuk menyebrang,aku membawa beberapa buku pelajaran ku hari ini dan itu terjadi begitu cepat saat seorang pria menyenggol lenganku dengan keras membuat buku-buku ku jatuh,dengan segera aku mengambilnya,dan kulirik pria yang menabrak ku tadi,ia pergi begitu saja seperti tak mempunyai kesalahan apapun.

"Dia lagi," Gumamku..




For Your Eyes Only •H.S•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang