05. Guru Silat Mencari Mantu

2.7K 48 0
                                    

DALAM latihan-latihan kegesitan, tidak jarang Tiong San harus menjadi bulan-bulanan cambuk suhunya, karena dengan cambuk ditangan, Thian-te Lo-mo menyerang muridnya itu yang harus mengandalkan kegesitan tubuh dan ginkang untuk mengelak. Mula-mula seluruh tubuhnya matang biru kena cambukan, akan tetapi lambat laun ia memiliki kegesitan cukup hebat sehingga dalam serentetan serangan yang tidak kurang dari lima puluh jurus, ia hanya dua atau tiga kali saja terkena pecutan cambuk suhunya.

Agaknya Thian-te Lo-mo telah merasa puas melihat kemajuan muridnya, karena kini timbul pula penyakitnya suka merantau. Ia mengajak Tiong San meninggalkan gunung Thai-san dan mulai mengadakan perantauan ke seluruh daerah Shan-tung. Tentu saja hal ini amat menggirangkan hati pemuda itu karena berarti bahwa ia mulai hidup lagi di dunia ramai.

Propinsi Shan-tung mempunyai daerah yang luas sekali. Di bagian barat berdiri tegak gunung Thai-san yang tingginya hampir lima ribu kaki itu dan di bagian timur merupakan semenanjung besar antara laut Po dan sungai Kuning. Sebagian besar tanahnya merupakan pertanian yang amat luas karena Shan-tung terletak di bagian hilir sungai Huang-ho atau sungai Kuning yang amat terkenal sehingga sepanjang lembah Huang-ho ini merupakan tanah yang amat subur.

Selain kota-kota besar seperti Cin-an, Cing-tau, dan lain-lain, juga Shan-tung merupakan pusat kebudayaan. Oleh karena di situ terletak pula kota Ci-fu yang menjadi tempat kelahiran Kong Hu Cu (confusius), pujangga termasyhur di seluruh dunia yang melahirkan kebudayaan Tionghoa yang tak dapat lenyap hingga masa kini.

Di kota Ci-fu ini terdapat sebuah kelenteng Kong Hu Cu yang amat besar dan para pengunjung propinsi Shan-tung selalu tak ketinggalan untuk menyaksikan kelenteng ini, disamping menikmati keindahan alam yang banyak terdapat di daerah itu, seperti Cing-tau yang kaya akan tamasya alam indah dan iklimnya amat baik, atau mengunjungi danau Taming yang terkenal di Cin-an yang menjadi ibukota propinsi Shan-tung.

Tempat pertapaan Thian-te Lo-mo adalah di lereng gunung Thai-san sebelah barat yang masih liar dan penuh dengan hutan belukar yang jarang atau hampir belum pernah diinjak manusia lain kecuali Thian-te Lo-mo dan muridnya.

Karena selain penuh dengan binatang-binatang liar yang berbahaya, juga tidak mudah untuk mendaki bukit itu dari bagian barat karena amat sukar jalannya dan melalui banyak jurang-jurang dalam dan rawa-rawa yang berbahaya. Akan tetapi, lereng sebelah timur, merupakan pusat kebudayaan karena di lereng ini penuh dengan kelenteng-kelenteng, menara-menara tua dan bahkan terdapat anak tangga menaik yang luar biasa panjangnya.

Setelah turun gunung bersama suhunya, selain menikmati pemandangan indah yang membuat hatinya amat gembira, juga Tiong San mulai mengalami peristiwa-peristiwa di mana ilmu kepandaiannya mendapat ujian berat. Pakaiannya yang dulu berwarna hijau dan merupakan pakaian seorang terpelajar, kini hanya tinggal merupakan celana pendek tambal-tambalan sampai di bawah lutut dan sebuah baju penuh tambalan pula.

Akan tetapi, betapapun juga Tiong San tetap menjaga kebersihan sehingga baju dan celananya yang sudah penuh tambalan itu tetap nampak bersih karena seringkali dicuci. Bahkan kini ia nampak lebih tegap dan tampan dari pada dulu, sungguhpun rambutnya agak awut-awutan dan hanya diikat dengan sehelai kulit pohon yang telah dilemaskan saja.

Satu-satunya barang yang menempel pada pakaiannya hanyalah sebatang cambuk warna hitam yang panjang dan digulung lalu digantungkan pada pinggangnya. Cambuk ini bukanlah cambuk biasa, karena terbuat dari kulit sebatang pohon yang terdapat di tengah-tengah hutan menurut petunjuk suhunya.

Kulit ini setelah diambil dari batang pohon, lalu direndam dalam air sampai sebulan lebih. Kemudian dipukul-pukul dengan batu sehingga hilang patinya dan tinggal seratnya saja. Dari serat-serat yang halus, kuat dan lemas inilah maka lalu dibuat sebatang cambuk yang lemas dan kuat serta panjang pula.

Pendekar Gila dari Shan Tung ( Shan Tung Koay Hiap) - Asmaraman S. Kho Ping HooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang