07. Kebiadaban Pangeran Ong

2.5K 42 0
                                    

PARA perwiranya bukanlah ahli-ahli silat biasa. Akan tetapi telah menduduki tingkat ketiga dari semua perwira-perwira yang kosen dari kerajaan! Di antara para perwiranya ini ialah Te-sam Tai-ciangkun Ban Kong dan masih banyak lagi perwira-perwira lain. Terutama sekali, ia amat terkenal dan ditakuti oleh karena selain dikawal oleh banyak perwira lihai, Ong Tai Kun sendiri juga seorang ahli silat yang tidak rendah ilmu kepandaiannya.

Ia pernah belajar silat sampai enam tahun lamanya di puncak bukit Kun-lun, sehingga ia boleh disebut sebagai anak murid Kun-lun-pai yang lihai dan ilmu pedangnya yang asli dari Kun-lun-pai merupakan kepandaiannya yang istimewa. Tentu saja para tokoh Kun-lun-pai yang tadinya tidak tahu bahwa pemuda bernama Ong Tai Kun itu adalah seorang pangeran, merasa menyesal sekali ketika mendengar akan sepak terjang pangeran itu yang jahat.

Akan tetapi apakah yang dapat mereka perbuat?

Kedudukan Ong Tai Kun amat tinggi dan mengganggu dia berarti akan berhadapan dengan para perwira kerajaan, bahkan mungkin sekali akan berhadapan dengan tentara negeri. Dan para tokoh Kun-lun-pai tidak begitu bodoh untuk membentur karang yang demikian kuatnya.

Selain ditakuti orang, juga diam-diam Ong Tai Kun amat dibenci oleh karena di samping kejahatan lain dan pemerasan untuk memperkaya diri sendiri, pangeran ini terkenal sebagai seorang hidung belang atau mata keranjang. Banyak sudah gadis-gadis manis di kota dan di dusun-dusun sekitar kota raja menjadi korban kecabulannya.

Ia telah memelihara banyak selir, dan berkali-kali mengganti selir lama dengan yang baru. Yang paling menjemukan, setelah ia merasa bosan kepada seorang selir, maka wanita yang malang nasibnya itu lalu dijual dengan paksa kepada seorang pengurus rumah pelacuran dan selanjutnya nasib wanita itu terjerumus ke dalam jurang kehinaan yang akan membawa mereka kepada kesengsaraan sampai hayat meninggalkan badan!

Tidak heran apabila semua orang yang mempunyai gadis cantik merasa amat takut kepada pangeran keparat ini, dan di mana saja pangeran itu berada, para orang tua lalu cepat-cepat menyembunyikan anak perempuannya agar jangan sampai mata pangeran itu melihatnya. Karena sekali saja mata pangeran itu memandang dan hatinya tertarik, dengan jalan apapun juga, pasti ia akan dapat merampas gadis itu, baik dengan jalan halus menggunakan uang atau dengan jalan kasar menggunakan pengaruh dan tenaga para pengawalnya.

Akan tetapi pangeran Ong tidak kurang akal, karena ia maklum bahwa sukar baginya untuk dapat melihat sendiri gadis-gadis cantik yang bersembunyi di dalam kamar rumahnya, maka ia mempunyai banyak mata-mata yang memang sengaja mencari kesempatan untuk mempergunakan kelemahan hati pangeran Ong terhadap paras cantik untuk mengeduk keuntungan sebesar-besarnya.

Mereka inilah yang selalu mempersiapkan persediaan calon-calon korban baru untuk pangeran itu. Dan diam-diam mereka mencari-cari dan menyelidiki di mana adanya seorang perawan yang cukup cantik dan yang kiranya dapat dijadikan calon korban pangeran itu!

Di antara para penyelidik ini terdapat seorang yang bernama Ma Cin yang menjadi sombong karena merasa menjadi orang kepercayaan pangeran Ong, sehingga di dalam kampungnya ia disegani oleh para tetangga karena mereka kenal bahwa orang ini adalah orang kepercayaan Ongya!

Pada suatu hari Ma Cin membawa seorang puteranya yang telah berusia sebelas tahun ke rumah perguruan Liong Ki Lok. Dengan lagak yang sombong, ia memberitahukan kepada penjaga pintu bahwa ia hendak bertemu dengan Liong-kauwsu. Liong Ki Lok menerima kedatangan tamu ini dengan ramah-tamah sebagaimana telah menjadi adatnya.

"Liong-kauwsu," kata Ma Cin setelah tuan rumah mempersilakan ia duduk dan menanyakan maksud kedatangannya. "Kedatanganku ke sini ialah hendak minta kau mengajar silat kepada puteraku ini. Berapa saja bayarannya takkan kutolak."

Liong Ki Lok tidak memperdulikan sikap yang sombong ini, akan tetapi dengan mata tajam memandang anak laki-laki itu. Anak itu bertubuh tinggi besar, bermulut lebar dan sepasang mata yang sipit memperlihatkan sinar yang tak menyenangkan hatinya. Dalam hal memilih murid, Liong Ki Lok memang amat teliti dan tak sembarangan anak dapat diterima menjadi muridnya tanpa diuji dulu. Maka ia lalu berkata,

Pendekar Gila dari Shan Tung ( Shan Tung Koay Hiap) - Asmaraman S. Kho Ping HooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang