15. Kebencian Pada Wanita Cantik

2.3K 38 0
                                    

"TAK disangka bahwa kami akan mendapat bantuan yang amat berharga dari koai-hiap, sungguh-sungguh kami berterima kasih sekali. Koai-hiap masih begini muda tetapi telah memiliki kepandaian yang demikian lihai luar biasa, sungguh-sungguh membuat kami yang tua-tua merasa kagum!"

Oleh karena semenjak dulu mengikuti suhunya yang sama sekali tidak suka akan segala penghormatan, maka Tiong San lalu tertawa karena geli hatinya.

"Ha ha ha! Kalian benar-benar berotak miring! Untuk apa segala macam omong kosong ini? Lebih baik lekas tolong kawan-kawanmu yang terluka dan melanjutkan perjalanan."

Semua piauwsu tidak ada yang berani membantah, dan mereka lalu merawat kawan-kawan yang terluka dan segera bersiap untuk melanjutkan perjalanan.

Ternyata orang-orang yang dirampok itu adalah keluarga Ciu-wangwe (hartawan Ciu) yang tinggal di kota Cin-an. Hartawan itu turun dari jolinya dan menghampiri Tiong San. Ketika melihat sikap pemuda yang menampik segala ucapan terima kasih dan penghormatan, Ciu-wangwe lalu menjura dan berkata,

"Shan-tung Koai-hiap, telah lama aku mendengar nama besarmu dan juga nama besar suhumu, Thian-te Lo-mo. Karena kebetulan sekali kita bertemu di sini dan agaknya sejurusan perjalanan pula, maka aku mengharap sukalah kiranya kau melakukan perjalanan bersama kami. Pertama-tama untuk mempererat perkenalan kita. Kedua, kami mohon pertolonganmu agar supaya keselamatan kami terjamin."

Tiong San memandang kepada hartawan itu yang ternyata adalah seorang setengah tua yang berwajah menyenangkan dan dari sikap dan bicaranya, dapat diduga bahwa ia adalah seorang yang berwatak jujur dan terpelajar.

"Bolehkah aku tahu siapa saudara ini?" tanya Tiong San dan Ciu-wangwe tersenyum.

"Tadi aku tidak berani memperkenalkan nama oleh karena apakah artinya namaku bagi seorang gagah seperti kau? Aku adalah Ciu Twan atau untuk penduduk Cin-an cukup dikenal dengan sebutan Ciu-wangwe. Ya, memang aku seorang hartawan, tetapi ketika dirampok tadi, aku ingin sekali menjadi seorang miskin saja! Semenjak menjadi hartawan, aku selalu menghadapi kesulitan-kesulitan belaka!" Ciu-wangwe menarik napas panjang dan Tiong San merasa makin tertarik kepada orang ini.

"Kau lucu sekali, Ciu-wangwe," katanya sambil tertawa. "Akan tetapi aku suka bercakap-cakap dengan orang seperti kau!"

Mereka segera melanjutkan perjalanan dan Tiong San tidak menolak ketika ia diberi seekor kuda, sehingga ia dapat bercakap-cakap dengan hartawan Ciu itu. Nyonya Ciu masih duduk di sebuah joli yang digotong oleh enam orang, dan hartawan Ciu sendiri berganti tempat, tidak mau naik joli karena ia ingin bercakap-cakap dengan Tiong San. Para piauwsu merasa gembira sekali karena pendekar aneh dari Shan-tung itu suka melakukan perjalanan bersama mereka sehingga mereka tak usah mengkhawatirkan sesuatu lagi.

Di sepanjang jalan, Ciu-wangwe dengan amat jujur menuturkan riwayat hidupnya kepada Tiong San tanpa diminta. Ia menceritakan betapa dulu iapun seorang yang miskin, tetapi berkat kerajinannya dapat menjadi seorang kaya raya. Ia menceritakan pula tentang rumah tangganya, tentang seorang anaknya yang telah menjadi remaja puteri, betapa anaknya itu amat cantik dan pandai ilmu kesusasteraan.

"Anakku itu adatnya agak kukoai (aneh). Telah berkali-kali datang lamaran orang, tetapi ia berkeras menampik semua pinangan itu biarpun yang mengajukan pinangan adalah pemuda-pemuda kaya raya, bahkan pinangan seorang pemuda bangsawan ia tolak pula! Ahh, aku dan ibunya sudah merasa pusing sekali, tetapi semenjak kecil ia dimanja, maka aku dan isteriku tak dapat berdaya apa-apa! Kalau saja ...." ia memandang tajam kepada Tiong San, kemudian menyambung kata-katanya sambil tersenyum. "Kalau saja aku bisa mendapat seorang menantu seperti kau .... ah, seumur hidupku aku akan merasa senang dan aman!"

Tiong San tertawa terbahak-bahak sehingga membuat Ciu-wangwe memandang heran dan ragukan kesehatan otak pemuda itu, karena memang suara ketawa Tiong San amat nyaring dan keras, sehingga para piauwsu pun menengok dan memandang dengan heran!

Pendekar Gila dari Shan Tung ( Shan Tung Koay Hiap) - Asmaraman S. Kho Ping HooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang