MAKIN lama makin pucatlah wajah Thio Swie mendengar ini dan akhirnya ia mengeluh dengan sedih lalu roboh pingsan. Khu Sin menjadi sibuk, akan tetapi Tiong San berkata,
"Tenanglah, ia tidak apa-apa. Lebih baik dia pingsan sehingga tidak mengalami pukulan batin yang lebih hebat." Mereka duduk diam menjaga sampai Thio Swie siuman kembali. Pemuda ini bangun duduk dan menangis sedih.
"Bagaimana ia menjadi sejahat itu? Bagaimana seorang gadis secantik dia sampai memiliki watak sedemikian keji. Ah .... sukar untuk dapat dipercaya."
"Memang manusia ini segila-gilanya mahluk. Ingatkah kau, Thio Swie?" kata Tiong San.
"Sekarang serahkanlah semua ini kepadaku. Aku yang tanggung bahwa mulai besok pagi, kalian tentu akan mendapat pangkat, dan dapat meninggalkan tempat ini untuk menduduki pangkat masing-masing. Adapun tentang Siu Eng .... ah, serahkan saja kepadaku. Khu Sin, besok setelah menerima pangkat, kau boleh membawa pulang calon isterimu itu, dan kau Thio Swie, kuharap kau dapat melupakan Siu Eng, memegang jabatanmu dengan jujur dan adil kemudian kau boleh mencari isteri yang lebih bijaksana dari pada Siu Eng!"
"Kau sendiri!" tanya Khu Sin.
"Aku ...? Ha ha ha! Aku .... sementara waktu akan tinggal di gedung ini, kalau sudah bosan, aku akan menyusul suhuku ..."
"Di mana suhumu!" tanya Khu Sin selanjutnya.
"Di dapur kaisar, menikmati hidangan-hidangan istana!"
"Tiong San, gilakah kau?" tanya Thio Swie dengan heran.
Tiong San tertawa ha ha, hi hi. "Nah, kau sudah sembuh, Thio Swie! Kau bilang aku gila? Memang, siapakah yang tidak gila? Ha ha, ingatkah kau syair dulu?"
Dunia penuh orang gila
Yang waras disebut gila
Yang gila ......."Meraja lela .....!" dengan suara berbareng Thio Swie dan Khu Sin melanjutkan syair itu. Kembali Tiong San tertawa ria.
Khu Sin lalu menceritakan pengalaman mereka semenjak berpisah dengan Tiong San dan pemuda itu mendengarkan dengan penuh perhatian. Akan tetapi ketika ditanya pengalamannya, Tiong San menjawab singkat.
"Apa yang kualami? Ah, tidak ada apa-apa. Aku hanya pergi belajar mengembala kerbau dengan cambukku ini dan selanjutnya merantau tiada arah tujuan."
"Mengembala kerbau? Apakah artinya bahwa untuk mengembala kerbau kau perlu mempelajari ilmu silat yang demikian tingginya?" tanya Khu Sin dan kedua orang muda itu mulai memandang kepada Tiong San dengan pandangan mata heran dan ragu-ragu apakah kawannya ini benar-benar tidak miring otaknya.
Sambil tertawa Tiong San berkata, "Betapa tidak? Mengembala kerbau lebih mudah dari pada mengembala manusia, dan karena kerbau-kerbau yang harus kuhadapi itu termasuk kerbau-kerbau gila seperti Siu Eng dan orang jahat-jahat lainnya, tentu aku akan diseruduk kerbau dan mampus!"
Omongan Tiong San yang tidak keruan juntrungnya ini benar-benar membikin kedua sahabatnya terheran-heran. Menurut keinginan hati kedua orang muda itu, mereka ingin mengadakan percakapan sampai semalam suntuk, akan tetapi Tiong San berkata,
"Jangan, lebih baik kita tidur saja. Thio Swie perlu beristitahat dan aku perlu tidur karena kamar telah disediakan oleh tuan rumah!"
Pelayan mengetuk pintu dan memberitahukan bahwa kamar untuk "Koay-hiap" telah disiapkan, yakni di dekat kamar tengah. Pelayan itu lalu mengundurkan diri.
"Malam ini kalian jangan keluar-keluar," kata Tiong San, "Biar mendengar suara apapun juga dari kamarku, jangan kalian keluar."
Kemudian mereka lalu masuk ke kamar masing-masing. Thio Swie yang merasa amat kecewa dan berduka, dapat menghibur hatinya karena ia merasa beruntung juga bahwa ia tidak sampai terjerumus makin dalam dan kini kedua orang sahabat karibnya telah berbaik kembali, bahkan Tiong San telah menjadi seorang pendekar! Maka perasaan yang bercampur aduk di dalam hatinya ini membuatnya lelah sekali dan sebentar saja ia tidur pulas. Sebaliknya, Khu Sin yang merasa girang sekali, pertama karena kedatangan Tiong San, kedua karena ia sudah berbaik kembali dengan Thio Swie, dan ketiganya karena ia hendak membawa pulang kekasihnya, malahan tak dapat tidur!
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar Gila dari Shan Tung ( Shan Tung Koay Hiap) - Asmaraman S. Kho Ping Hoo
General FictionTiong San teringat akan keadaan orang-orang yang menganggap diri sendiri "waras" dan nampak olehnya betapa banyak sekali kepalsuan dan keburukan terdapat pada orang-orang yang tidak gila ini. Seperti dia sendiri, ia bersenang selagi hatinya murung...