08. Kembang-kembang di Taman Pangeran

2.4K 40 0
                                    

KEDUANYA memandang heran tanpa berani mendekati bungkusan itu dan saling pandang dengan muka pucat. Akhirnya mereka memberanikan hati dan mengambil bungkusan itu lalu membukanya untuk memeriksa, dan dengan kaget mereka mendapat kenyataan bahwa pakaian warna hijau yang dibicarakan tadi beserta sestel pakaian merah telah lenyap!

"Pakaian kongcu hilang!" teriak yang mencobanya tadi.

"Juga pakaian merah taijin lenyap!" seru kawannya.

"Siapa yang ambil?"

"Tak mungkin orang bisa ambil. Bukankah semenjak tadi kita berada di sini?"

"Kalau begitu .....?"

"Kalau begitu .... tentu ..... setan yang .... yang ..." Belum habis kata-kata diucapkan, mereka sudah lari keluar dari kamar dengan bulu tengkuk berdiri, untuk melaporkan hal yang aneh itu kepada majikan mereka.

Sementara itu, sambil tertawa-tawa gembira, Tiong San kembali mencari suhunya sambil membawa dua stel pakaian warna hijau dan merah. Tadi ia telah mempergunakan kepandaiannya dan dengan ujung cambuk ia dapat mengambil bungkusan itu melalui jendela tanpa terlihat oleh dua pelayan dan setelah mengambil pakaian hijau itu. Ia melihat satu stel pakaian merah. Ia teringat bahwa suhunya suka akan warna merah. Buktinya tiap kali melihat ikan merah, selalu diusahakannya agar tertangkap. Maka ia lalu mengembalikan bungkusan dengan cara yang sama, tanpa diketahui oleh dua pelayan itu.

"Suhu, suhu!" serunya dengan suara girang ketika melihat suhunya telah menyandarkan tubuh pada sebatang pohon sambil mendengkur. Biasanya ia tidak mau mengganggu suhunya. Akan tetapi kali ini ia terlampau girang hingga ia tidak dapat menahan kegembiraan hatinya dan memanggil-manggil suhunya yang sedang tidur.

Ketika Thian-te Lo-mo membuka matanya, Tiong San memperlihatkan dua stel pakaian itu sambil berkata,

"Suhu, lihat, bukankah indah sekali pakaian ini? Satu untuk teecu dan satu untuk suhu!"

"Apa? Kau mau suruh aku memakai pakaian seperti orang-orang gila?"

"Kalau suhu tidak mau memakai pakaian ini, teecu pun tidak mau memakainya."

"Kenapa begitu?"

"Karena seorang murid hanya mencontoh suhunya saja. Apa yang suhu lakukan, harus murid lakukan pula. Juga, sudah menjadi kebiasaan bahwa untuk makan hidangan lezat-lezat, orang harus mengenakan pakaian baru, baru kelezatan itu terasa benar!" Kata-kata yang terakhir ini hanyalah merupakan akal bujukan Tiong San saja agar suhunya suka memakai pakaian itu.

Thian-te Lo-mo tertawa gembira dan ia lalu mengambil pakaian warna merah berkembang itu. "Aku mau pakai yang ini biar kelihatan seperti ikan emas!"

Guru dan murid lalu mengenakan pakaian indah itu. Thian-te Lo-mo kelihatan lucu dan lebih gila dari pada biasanya ketika ia mengenakan pakaian warna merah berkembang itu! Ia senang sekali dan memandangi pakaian yang dipakainya seperti seorang anak kecil memakai pakaian baru. Adapun Tiong San setelah mengenakan pakaian indah itu, tiba-tiba teringatlah ia akan masa dulu dan timbul pula sifat pesolek yang terdapat dalam dada tiap orang muda. Pakaian itu memang pantas sekali dan kebetulan ukurannya cocok benar.

"Suhu, teecu hendak mencari sepatu dulu!"

"Boleh, boleh, pergilah! Akan tetapi jangan kau harap akan dapat memaksaku memakai sepatu. Kakiku akan menjadi sakit-sakit rasanya kalau terkurung dan disiksa dalam sepatu!"

Kembali terjadi keanehan di antara para pelancong di telaga Taming. Seorang pelancong sedang enak-enak duduk di atas bangku di pinggir danau dan menikmati pemandangan indah. Tiba-tiba merasa betapa kedua kakinya yang tergantung dari bangku dibetot orang sehingga ia hampir jatuh dan ketika ia melihat ke arah kedua kakinya, wajahnya menjadi pucat dan matanya terbelalak karena sepasang sepatunya yang tadi dipakainya kini telah lenyap tanpa diketahui siapa yang telah mencabut dari kakinya.

Pendekar Gila dari Shan Tung ( Shan Tung Koay Hiap) - Asmaraman S. Kho Ping HooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang