Keempat

86 30 4
                                    

          Aku terus berlari. Berlari tanpa henti, tak terasa tubuhku sudah mulai lelah karena kehilangan sebagian energi dari tubuhku. Dia tetap mengejarku. Sampai akhirnya aku berhenti disebuah hutan. Dan yang mengejarku adalah...akkhhh aku tidak tau siapa dia.
          Perlahan kubuka kelopak mataku. Kuperhatikan seisi ruangan yang sedang kutempati itu. Ruangan berukuran 4×5 m itu. Terpampang jelas ada banyak sekumpulan foto-foto. Aku tidak tahu mengapa aku bisa berada disini. Tiba-tiba. Tokk tokk tokk. Vester! Buka pintunya. Mendengar perintah tersebut aku membuka pintu yang ada di kamar tersebut.
     " selamat pagi pahlawan ayah! ". Kata pria yang sudah berumur tersebut.
     " kamu siapa? Mengapa kamu menyebutku Vester? " kataku bertanya heran kepadanya.
     " baiklah Vester...ayah sudah terlambat bekerja. Ayah kira kita sudah sering berbicara bahwa aku adalah ayahmu. Sudahlah, ayah akan bekerja dulu ya. " kata pria tersebut sambil mengecup kecil keningku.
Setelah pria itu pergi, ada suara telefon yang berbunyi. Aku berusaha mencari asalnya dari mana. Yeah! Aku menemukannya!.
     " selamat pagi Sylevester! Aku Rachel. Kita sudah lama saling bertelefonan seperti ini! Kau sudah melupakanku. Seperti biasanya, lihat lemari yang ada di kamarmu, kau akan menemukan sebuah kotak yang berisi sebuah kamera. Lihat video terakhir yang ada di file kamera tersebut. " kata wanita itu menjelaskan padaku. Aku pun mengikuti perintahnya dan...menemukannya. Aku meng-klik file video terakhir yang ada dikamera itu.                       " Namaku  Sylvester Bederinariownt. Aku seorang amnesia. Aku hari ini bertelefon dengan Rachel, wanita yang aku tidak kenal siapa dia. Aku hari ini mengetahui sesuatu. Aku melihat ternyata seluruh tembok rumah yang kutempati ini penuh dengan tulisan-tulisan acak. Sesudah ini aku ingin tidur, dan aku akan melupakan segalanya. Oh tidak, ayahku sudah datang.
     Penyesalan besar mengetahu bahwa aku seorang amnesia.
     " Halo Vester...aku ingin memberitahumu. Hari ini aku akan menjemputmu dan mengajakmu keluar rumah. Bersiaplah sekitar 30 menit lagi aku akan menjemputmu. " kata Rachel kepadaku lalu menutup telfonnya.
Aku segera mandi. Mempersiapkan diriku, agar lebih terlihat rapi. Aku memperhatikan wajahku lewat cermin. Sempurna!. Saat aku menuruni tangga rumah itu, aku melihat tulisan acak yang kukatakan sudah tidak ada lagi. Tembok rumah itu sudah bersih dengan warna putih tanpa ada bekas coretan sedikitpun.
          Aku melihat sebuah mobil yang baru saja berhenti di depan rumah tersebut. Dugaanku yang mengemudi mobil itu adalah Rachel. Ya! Ternyata memang dia.
     " baik Vester...kau terlihat lebih tampan sekarang. Sudah siap untuk melakukan petualangan ingatanmu hari ini?. " kata Rachel
Sambil memandanginya dari atas sampai kebawah, aku bisa menebak bahwa dia seumuran denganku.
     " iya siap. " kataku singkat.
Aku hanya bisa memandangi wajahnya. Tak sadar, bahwa kami sudah sampai di sebuah gedung. Mungkin rumah sakit. Aku mengetahui rumah sakit karena, melihat tulisan Hospital. Rachel mengajakku turun dari kendaraan tersebut dan mengajakku masuk kedalam gedung itu. Sampailah kami didalam satu ruangan dengan penuh kertas yang berantakkan di atas meja.
     " maaf Rachel...kamu sebenarnya siapa? Mengapa kamu mengajakku ke dalam gedung menyebalkan ini?. " tanyaku padanya merasa tidak nyaman.
     " aku Rachel yang tidak diketahui nama panjangnya. Aku seorang doktet. Lebih tepatnya ahli psikolog di rumah sakit ini. " kata Rachel memperjelas.
Aku hanya semakin merasa aneh. Wanita yang seumuran denganku, sudah menjadi seorang dokter di rumah sakit sebesar ini? Aneh...
    

Lost StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang