Kesebelas

30 18 0
                                    

          Hah...aku sudah lelah berlari menjauh dari sosok itu. Aku hanya bisa menjauh...tak bisa dihitung sudah berapa tetes air keringat yang jatuh dari keningku. Pierot itu selalu mengejarku didalam mimpiku. Aku terjatuh di suatu pohon. Dan.......
Akhhhh....aku terbangun dari tidurku. Aku hanya memikirkan satu hal. Siapa pierot itu? Mengapa dia selalu ada di setiap mimpiku? Pikiranku kacau sekali saat ini.
          Aku bangun dari tidurku. Aku tak mengira ternyata aku masih mengingat hal yang terjadi sebelum aku tidur. Aku ingat bahwa aku adalah Sylvester Bederinariownt. Aku keluar dari kamar tidurku. Hidupku penuh dengan banyak pertanyaan. Aku merasa bahwa aku adalah suatu kesalah pada duniaku. Aku tak bisa memahami kata-kata mereka. Padahal, dibalik kata-kata itu, tercipta dimana pembuktian rasa kasih sayang mereka kepadaku. Namun, aku tak pernah sadar dalam hal itu. Aku hanya bisa belajar untuk mengenal arti dari mimpi-mimpiku.
          Aku keluar dari kamar ridurku dan menuju ke lantai atas dari rumah tersebut. Aku kembali melihat sebuah ruangan yang dipenuhi dengan banyak kerangka besi juga kabel. Aku masuk kedalam ruangan tersebut. Aku mengambil sebagian dari kerangka itu lalu menaruhnya kedalam kamarku. Aku memperhatikan kerangka-kerangka itu. Lalu, secara spontan jari-jari tanganku mengambil kerangka itu lalu, menyusunnya.
          Aku sendiri pun tak sadar dengab kemampuan yang aku miliki ini. Aku bisa membuat rancangan robot dari sekumpulan besi dan kabel dengan hanya membutuhkan waktu selama 30 menit. Aku tertawa melihat hasilnya. Namun, dibalik itu aku mulai menyukai kegiatan membuat rancangan seperti tadi. Aku mengambil baterai lalu membuat robot itu menjadi sebuah mainan remote control. Saat aku sedang asik dengan kerjaanku. Ayah datang ke kamarku tanpa mengetuknya. Lalu, dia melihat robot-robot yang sudah kurancang itu. Dia mengambilnya lalu melemparnya ke arah tempat sampah. Aku melihat sepertinya ayah marah dengan apa yang kulakukan tersebut. Mata ayah melotot ke arahku lalu nafasnya mengendus lebih kuat. Aku takut...aku hanya bisa menundukkan kepalaku dan tak berani melihat ayahku.

Lost StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang