Kedelapan

46 19 0
                                    

          Aku terbangun dari tidurku. Tak sempat memikirkan apapun tentang hidupku. Ada yang mengetuk pintu ruangan yang aku tempati. Aku pun membuka pintunya. Aku melihat pria yang lebih tua dariku dengan pakaian formal.
     " pagi Vester! Ini ayahmu. Sudah beberapa kali kita berbicara tentang ini. Baiklah...hari ini ayah berjanji akan membawamu jalan-jalan. Mari...siap-siap. Ayah tunggu di bawah. " kata pria itu padaku.
Entah apa yang ada dipikiranku. Aku hanya seperti mainan remote control yang selalu mengikuti kata orang lain. Aku pun bersiap-siap seperti yang diperintahkan padaku.
          Aku menatap wajahku dicermin yang ada didepanku. Aku melihat bola mata orang yang ada di depan cermin itu. Aku ingin mencoba membaca pikiran orang yang ada didalam cermin itu. Tiba-tiba ada bunyi telefon. Saat aku ingin menyentuh gagang telefon itu, suara pria tadi menyuruhku untuk segera turun dari atas. Akhirnya, aku tak menerima telefon yang entah dari siapa itu. Aku pun turun. Pria itu memperhatikanku dari atas sampai bawah. Saat aku sampai didepannya. Pria itu memelukku. Yah...itu sudah wajar. Dia ayahku.
          Setelah dia memelukku. Kami pun keluar dari rumah tersebut. Kami menaiki mobil milik pria tersebut. Tak perlu lama kami menunggu agar sampai ketujuan. Berselang setelah berlalu 100 detik, kami sudah sampai di tujuan yang diarahkan ayahku. Entah tempat apa itu. Aku pun tak tahu. Aku hanya melihat berbentang laut luas bersama dengan kursi taman. Ayahku mengajakku keluar dari mobil dan mempersilahkanku duduk di kursi taman itu.
     " taman ini milik ayah, Vester..." kata pria itu kepadaku.
Aku hanya mengangguk saja. Pria itu memberikanku secangkir coklat hangat. Aku meneguk minuman tersebut. Aku merasakan udara yang segar juga dengan segelas coklat hangat yang disuguhkan pria itu padaku. Aku melihat mulai bermunculan burung-burung yang berterbangan hanya melintasi taman itu. Kunikmati sekali pemandangan tersebut. Aku mulai mengambil posisi yang paling nyaman. Lalu...kupejamkan mataku.

Lost StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang