Kesembilan

41 18 0
                                    

          Udara sejuk itu masuk melalui rongga hidungku. Aku bisa merasakan sesuatu yang baru dalam hidupku. Entah sudah berapa lama aku diam dan duduk menghirup udara segar itu. Tiba-tiba kenyamananku diganggu oleh suara yang menyadarkanku.
     " Sylvester..." terdengar suara pria memanggilku.
     " ya ayah...maaf, aku terlalu nyaman dengan suasana ini. " jawabku sambil membuka kelopak mataku.
     " ada yang ingin ayah sampaikan padamu. " pandangan pria ini semakin serius menatapku.
     " ya ayah? Katakanlah. " jawabku semakin penasaran.
     " sesungguhnya...kamu harus tau bahwa kita tidak lengkap. Kamu kehilangan ibumu 2 tahun lalu. Kita memulai hidup yang membosankan ini semenjak ibumu tiada. " kata pria itu padaku.
     " oh...baiklah itu tidak menjadi masalah. Lagian, aku sudah merasa cukup nyaman menghirup udara segar ini. Apakah ditempat lain ada tempat yang seperti ini ayah? " tanyaku mencoba menghiraukan pernyataannya tadi.
     " sebenarnya hanya tempat ini yang tersisa. Tempat lainnya digunakan untuk memajukan industri dunia. " jelas ayahku padaku.
     " baiklah...artinya ayah tidak boleh menjualnya pada siapapun karena aku suka dengan tempat ini. " kataku pada pria itu.
Ayah memandangi arlojinya. Entah ada urusan apa yang mengganggu momen bersejarah kami ini.
     " Vester...ayo mari kita ke rumah sakit. Kau akan diberikan cairan ingatan. " ajak ayahku segera.
Aku tidak pernah mengerti apa katanya. Tapi, aku hanya mengikuti apa kata pria itu. Aku segera naik ke mobil ayah. Kendaraan itu melaju cepat menuju tujuan kami.
          Ayahku mengantarkanku ke ruangan yang bertuliskan " PSIKOLOGI " . Entahlah...aku hanya mengikuti aturan ayahku. Sesampainya diruangan itu, aku berjumpa dengan wanita yang mungkin sebaya denganku. Aku diperintahkan untuk duduk di kursi besar. Aku menyandarkan tubuhku. Wanita itu menyuruhku untuk lebih rileks. Tak berapa lama, ayahku meninggalkanku bersama wanita itu berdua di ruangan itu.
     " Vester...aku tau namamu Vester. Karena kau tak lihat siapa dirimu. Mungkin, kau nanti akan tau bahwa kau harus berjuang mengetahui segalanya. Pejamkan matamu. " dokter wanita yang memiliki nama Rachel itu menyuruhku. Sittt...rasa sakit sementara dari jarum suntik yang mengenai kelenjar di leherku. Aku mulai berpergian ke alam lain. Aku tak sadar.
          Dari semua yang bisa kulihat, aku hanya melihat warna hitam. Namun, hitam itu perlahan membentuk sebuah bayangan. Terbentuk sebuah pierot. Dia tersenyum padaku. Aku segera berlari menjauh dari pierot itu. Diapun juga mengejarku. Aku berlari hingga berhenti didepan seorang wanita. Rachel!!. Aku memeluknya. Dan ternyata dia menghilang.
     Akhhhh!!! Aku terbangun dari tidurku. Wanita itu langsung memberiku segelas air mineral. Segera kuteguk air itu. Aku tau bahwa aku sedang ada di rumah sakit bersama dengan ayahku. Melihat aku sudah sedikit tenang, Rachel mendekatiku. Dia menggenggam tanganku lalu membisikkan sesuatu.
     " Vester...dunia menunggumu. Mereka mencarimu. Segera bangun dari amnesiamu. Coba ingat segalanya. Kau harus berjuang. Ingat aku ada jika kau membutuhkanku. " Rachel membisikkan kata-kata yang tak kumengerti.

Lost StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang