Aneh bukan hanya karena dia seumuran denganku. Tapi juga karena aku merasa bahwa umur kami masih terlalu kecil untuk menjadi seorang dokter. Aku hanya bisa memandangi seluruh tubuhnya dari atas sampai ke bawah. Aku tak mengira dia anak secerdas itu. Tanpa terasa ternyata secara tiba-tiba Rachel memanggilku dengan suara yang cukup kuat.
" Vester! Apa kau lihat-lihat?. " kata Rachel sambil memandangiku dengan tajam.
" tidak apa-apa. " kataku membalas dengan ragu.
" okelah...mari kita mulai terapinya. " kata Rachel mempersilahkanku duduk dibangku yang ukurannya cukup besar.
Aku hanya menuruti perkataannya saja. Lalu dia memasangkan sebuah penutup kepala kepadaku. Sungguh...kursi itu sangat nyaman. Mulai dari punggungku sampai kaki, aku merasakan pijatan oleh kursi tersebut. Perlahan aku mulai tertidur dan memejamkan mataku.
Lagi-lagi...Lagi-lagi, mimpi yang sama. Aku berlari sekuat tenaga karena dikejar sesuatu. Berlari, berlari, berlari...Aku berlari ke hutan. Tapi, di hutan itu...tinggallah...................Pierrot.. " Aku kecewa ".
Akhhh!!! Spontan aku terbangun dari tidurku yang sudah nyaman itu. Mimpi itu terulang lagi. Aku sekarang ingat dengan mimpiku. Aku juga aku sedang dimana saat ini.
" hebat!! Aku masih ingat segalanya! ." Kataku memuji ingatanku sendiri.
" jangan senang Vester...itu hanya sementara. Juga, kau harus menggunakan bahan kimia yang banyak ke dalam pikiranmu agar bisa mengingat mimpimu. Sementara, sel dalam otakmu hanya bisa menerima cairan ini selama 15 menit saja. " perjelas Rachel kepadaku.
" baiklah...tidak apa-apa. " kataku kesal.
" Vester...apakah kau kenal bentuk, rupa wajah pierrot yang ada dalam mimpimu?. " tanya Rachel padaku.
" emmm...tidak kenal. " jawabku polos.
Mungkin Rachel sudah menyerah bertanya padaku. Tapi aku yakin dia tau sedikit tentang latar belakang kehidupanku yang dulu. Aku merasa ada yang Rachel sembunyikan dariku.
" Rachel...berapa usiaku sekarang?. " tanyaku seperti orang lugu.
" 15 tahun. " jawabnya.
" apakah kita seumuran? Kita ada di tahun berapa saat ini?. " tanyaku lebih banyak.
" kau sudah sering menanyakan ini padaku. Buat apa kau bertanya? Nanti, kau juga akan lupa segalanya. Tapi, baiklah...kita seumuran, kau tinggal di tahun 2040 sekarang. Apakah sudah jelas?. " jawab Rachel.
" ok...thanks ya. " jawabku.
" baiklah Tuan Vester...sekarang sudah pukul 07.00 PM. Ayahmu akan segera pulang. Bisa bahaya kalau ayahmu tahu tentang ini. " kata Rachel sambil melirik jam di ruangan tersebut.
Kami pun segera pulang menggunakan mobil milik Rachel. Mobil itu melaju lebih cepat dari kecepatan saat kami berangkat tadi. Tak perlu menunggu lama, kami sudah tiba di depan rumah yang kutempati saat ini bersama dengan ayahku. Setelah aku turun dari mobil tersebut, aku mengucapkan terimakasih kepada Rachel. Aku membuka rumahku dengan kunci sidik jari yang aku miliki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Stars
Mystery / Thriller#covered by @EzraSrg. Entah siapa diriku ini. Bahkan diriku sendiri tidak mengenalinya. Siapapun yang mencoba mengenal diriku, akan masuk ke dalam penderitaan yang menyeramkan. Meskipun begitu, dia tetap ingin mendekatiku. Tanpa memikirkan hal apa...