Kesepuluh

33 19 0
                                    

Baru saja aku menyadari bahwa aku mengidap penyakit amnesia. Aku keluar dari ruangan tempat aku diberi cairan. Aku melihat ayahku sedang berbincang menggunakan tampang serius bersama dengan seorang dokter yang mungkin juga seumur denganku. Aku menghampiri ayahku.
" ayah...aku sudah selesai. Apakah kita bisa pulang? Aku lelah. " kataku sambil memperhatikan dokter yang berbincang dengan ayahku itu.
" apa kau tidak lihat ayah sedang berbicara?! Dimana sopan santunmu?! Pergilah pulang sendiri. Ayah sibuk! " kata ayahku dengan nada kasar.
Aku tidak merasa sakit hati. Aku malah menyenangi hal tersebut. Aku pun dengan segera menjumpai Rachel kembali. Ya!! Aku mungkin sedang beruntung. Aku melihat Rachel masih membereskan peralatan medisnya. Aku memasuki ruangan tempat ia bekerja.
" kalau ingin menjumpai seseorang. Ketuk pintunya dahulu. Setidaknya permisi. " kata Rachel dengan tiba-tiba padaku.
" maaf. Ya aku tau salah. Boleh kah aku masuk keruanganmu dokter Rachel yang terhormat? " tanyaku dengan sopan padanya.
Rachel hanya menganggukkan kecil kepalanya yang mengartikan bahwa dia mempersilahkanku.
Aku duduk di salah satu kursi yang tersedia di ruangan itu. Rachel mulai memandangi wajahku.
" ada apa? Mengapa kau masih disini? Apakah ayahmu marah? " tanya Rachel.
" tidak...tidak akan menjadi masalah. Aku ingin menanyakan hal penting padamu. Boleh kan? " tanyaku meminta izin pada Rachel.
" boleh...silahkan, apa yg ingin kau tanyakan padaku? " tanya Rachel ingin tau pertanyaanku.
" sebenarnya kau mengetahui tentang masa laluku. Benar kah itu? " kataku penasaran.
" tidak! Aku tidak tau apa-apa! Kau yang tau dirimu. Mengapa kau menambah persoalan padaku?! Sudah pergilah! Maaf, aku tidak bisa menjawabnya. Silahkan keluar tuan Sylvester Bederinariownt. "
Aku kaget dengan perkataannya. Tampaknya ada yang aneh dari kata-kata yang dikatakannya kepadaku. Aku tidak ingin memaksa kehendaknya saat ini. Aku memutuskan untuk pulang ke rumah. Saat aku keluar dari gedung rumah sakit, aku melihat ayahku akan masuk ke dalam mobil. Aku pun dengan segera menuju mobil. Aku ikut bersamaan masuk ke dalam mobil ayahku itu. Dengan rasa aneh ayahku melihat aku sudah didalam mobilnya. Dia hanya diam. Tidak ada respon sama sekali dengan kehadiranku di mobilnya. Mobil itu melaju ke arah rumah yang kutempati itu.
          Bahkan, sampai sekarang pun ayah tidak melontarkan satu kata pun kepadaku. Aku tidak marah atau sakit hati. Itu hal yang tak perlu dibahas. Aku pun juga tak akan leduli dengannya jika dia tak berbicara denganku. Aku segera naik ke kamarku. Saat aku ingin menuju ke arah ranjang tempat aku istirahat, tiba-tiba kepalaku berdenyut. Rasanya sakit sekali. Aku berjalan perlahan mendekati ranjangku sambil memegangi kepalaku yang sakit itu. Karena merasa semakin tak sehat, aku pun tertidur dengan rasa sakit dikepalaku.

Wow...guys...udah 10 part nih! Thx yang udah setia ngevote dan comment. Tenang, jangan bosen baca ceritanya ya. Makin banyak partnya, akan semakin seru. Ikutin terus ya. Thx.

Lost StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang