Keesokan harinya pagi pagi Aliando melihat Arbani yang sedang galau di balkon hotel.
"Wey, kenapa lu bengong aja?" tanya Aliando bingung sambil duduk.
"Gue lagi bingung," jawab Arbani.
"Bingung kenapa?" tanya Aliando.
"Ya, kemarin pas gue lagi makan sama Zulfa tiba tiba si shalsa dateng," jawab Arbani.
"Shalsa? Shalsa pacar lu itu," tanya Aliando bingung.
"Mantan," jawab Arbani.
"Ya maksudnya itu, terus kenapa lu bingung?" tanya Aliando.
"Gini sekarang Zulfa itu marah sama gue, dan dia bilang gak bisa nerusin hubungan kita, kan gue bingung harus ngapain," jelas Arbani.
"Ya lu...," ucapan Aliando terpotong karena ada suara bel pintu berbunyi.
Ting...Tong...Ting...Tong
"Ya tunggu sebentar," ucap Arbani sambil berjalan membukakan pintu.
Pada saat Arbani membukakan pintu, Arbani terkejut.
"Ngapain lu ke sini?" tanya Arbani pada Shalsa dengan nada dingin. Shalsa hanya tersenyum melihat Arbani dan memegangi sesuatu yang ada di balik punggungnya.
"Oh, ya lu tau dari mana gue ada di sini?" tanya lagi Arbani dengan nada yang sama karena dia males ketemu dengan Shalsa.
"O..kebetulan juga gue nginep disini, terus gue ngeliat ada Prilly, terus gue panggil dia udah gitu gue ngobrol terus..." ucapan Shalsa terpotong karena disambar oleh Arbani.
"Jadi intinya lu tau dari Prilly," sambar Arbani. Shalsa pun hanya mengangguk sambil tersenyum.
"Oh, ya, aku bawain sarapan buat kamu," ucap Shalsa sambil menyerahkan sebuah kotak makan.
"Mendingan itu, lu makan sendiri, gue gak nafsu makan, dan mendingan lu sekarang pergi dari sini," usir Arbani yang tidak menerima kotak makan dari Shalsa dan menutup pintu.
"Aku gak bakalan pergi dari sini sampai kamu mau nerima makanan aku," ancam Shalsa sambil menggedor pintu kamarnya Arbani.
"Aduh nih cewek ya bener, bener, buat gue gak enak," ucap Arbani dalam hati karena dia tidak pernah tega kalau ada cewek yang menunggu di luar sendirian.
Arbani pun membukakan pintunya lagi.
"Gimana mau?" tanya Shalsa sambil menyerahkan kotak makannya.
"Ya udah sini, dan lu pergi dari sini," jawab Arbani sambil mengambil kotak makannya dan menutup pintu kamarnya.
"Tapi..." perkataan Shalsa terpotong karena pintunya sudah di tutup.
**********
"Tumben lu pagi pagi gini masak," ucap Nadya yang melihat Zulfa sedang sibuk memasak.
"Kan lu yang nyaranin gue dateng ke hotelnya Arbani terus gue kasih ini buat dia," jawab Zulfa sambil sibuk mengaduk aduk nasi gorengnya.
"Cuman buat Arbani doang nih, gue kagak," sindir Nadya sambil menyenggol Zulfa.
"Apaan sih lu, mupeng banget," ucap Zulfa yang membuat Nadya cemberut.
"Ya ya ini gue sisain juga buat gue sama lu sarapan, jadi pagi ini kita sarapan di kamarnya, gak usah makan di restoran hotel, ok," lanjut Zulfa.
"Ok, makasih ya," terimakasih Nadya sambil memeluk Zulfa.
"Apaan sih lu, berat tau, gue kagok nih," ucap Zulfa. Nadya pun melepaskan pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biarkan Aku Mencintaimu ✅
Fiksi PenggemarAku percaya ada pepatah yang mengatakan "Benci itu bisa jadi cinta" kenapa? karena aku merasakannya sendiri. Dulu aku benci banget sama dia, pada akhirnya waktu yang merubah benci jadi cinta. Benci dan Cinta itu hanya dibatasi dengan sehelai benang...