Apakah kau tau, rasanya mencintai namun bertahan untuk tidak memiliki?
Bertahan untuk tidak mengungkapkan?
Percayalah ini lebih dari sekedar....
Patah hati.....(Anonim)
******
Aku memacu motor matic-ku menuju kantor dimana selama tiga tahun terkahir ini aku bekerja. Aku bekerja di sebuah perusahaan asuransi yang menggaet Bank sebagai sarana pendistribusian produknya. Jadi walaupun aku bekerja pada perusahaan asuransi, sehari-harinya aku mengantor di Bank. Aku bekerja sebagai Finansial Advisor, atau biasa di singkat FA. Lebih mudahnya adalah sales asuransi.
Angga juga berprofesi sama sepertiku bedanya dia baru dua bulan menjalani profesi yang sama denganku. Di perusahaan dan Bank yang berbeda tentunya. Mungkin banyak orang yang memandang pekerjaan ini nggak banget, ya apa sih yang ada dipikiran orang saat mendengar kata sales? Pasti orang yang nawarin produk ke sana-kemari, door to door buat nawarin produk. Atau mencegat orang yang sedang jalan-jalan di mall untuk membagiakan brosur.
Tapi aku tidak terlalu dipusingkan dengan pemikiran orang, yang penting apa yang aku jalani sekarang adalah pekerjaan yang halal. Walaupun banyak orang yang bilang pekerjaan sebagai sales asuransi itu banyak yang menipu. Hell no!! Selama ini aku selalu jelasin produk sesuai dengan apa yang ada di klausal produk itu, tidak dilebihkan dan dikurangi.
Aku memarkirkan motorku di depan gedung kantor, lalu masuk ke daam gedung tiga lantai tersebut.
"Selamat pagi." Sapaku pada teman-teman kantor yang sudah tiba dan bersiap untuk melakukan briefing morning, kegiatan rutin yang selalu dilakukan kami setiap pagi.
Setelah melakukan briefing morning, aku duduk di kursi ku dan menyalakan komputer. Sebenarnya pekerjanaku ini tidak terlalu sibuk seperti CSO atau teller, karena aku hanya menangani nasabah-nasabah yang akan ikut asuransi ataupun komplain produk asurasnsi, jadi selain sales, aku juga merangkap sebagai customer service untuk produk asuransi.
Tidak banyak nasabah yang komplain dalam satu hari paling satu bulan hanya beberapa nasabah, tapi untuk setiap harinya, aku bersyukur selalu ada yang membeli produk yang aku jual, sehingga targetku selalu tercapai. Berbeda dengan Angga yang beberapa bulan ini mengeluh padaku tentang susahnya mencari nasabah.
"Gila susah banget jual asuransi ke orang-orang." Keluah Angga beberapa waktu lalu.
"Ya sabarlah, aku juga awal-awal juga gitu kok." Aku tidak bohong, tiga bulan aku bergabung di perusahaan ini, aku hanya mendapat 6 nasabah, artinya satu bulan hanya dua nasabah, sempat terbersit untuk menyerah, tapi aku berpikir panjang, aku harus membayar kuliahku, belum lagi untuk keperluanku sehari-hari, aku butuh pekerjaan ini. Tidak mungkin aku meminta dengan ibuku yang hidup dari uang pensiun ayahku.
"Tapi aku malu sama Okta Dir."
"Kenapa?" tanyaku.
"Ya, nggak enak aja. Mungkin dia tau gajiku, jadinya setiap kami pergi pasti dia yang ngeduluin aku buat bayar." Aku mengerti perasaan Angga, bagaimanapun dia laki-laki, dan laki-laki itu berego tinggi yang dalam benaknya pantang makan uang perempuan.
"Ya buat sekarang kan gini keadaannya, dia juga ngerti kok." Okta sendiri bekerja sebagai teller di sebuah bank swasta, yang jelas gajinya lebih besar daripada Angga yang baru lepas training ini.
"Kamu enak Dir, gulungannya udah banyak. Gaji udah gede." Aku tersenyum pada Angga.
"Alhamdulillah, tidak ada hasil yang mengkhianati usaha, Pak Angga. Sabar aja lah, santai, jalani. Rumusnya mudah kok. Inget aja duit."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lempar Kode, Sembunyi Hati (Sebagian Part dihapus)
General FictionMenurut lo friendzone itu apa? Tempat main kayak timezone, tapi bedanya ini main perasaan. Semacam tidak memiliki namun takut kehilangan, semacam tak punya status namun merasakan kecemburuan.