Lima Belas

111K 15.9K 2.3K
                                    

Pilih mana?
Ada rasa tapi nggak ada status
Atau
Ada status tapi nggak ada rasa?

******

Aku berbaring ke kanan dan ke kiri, mencari posisi yang nyaman untuk tidur. Tapi mataku tidak juga mau terpejam. Aku mengangkat tangan kananku dan memandanginya, apa maksud Ransi melakukan ini padaku. Kenapa sikapnya jadi aneh seperti itu?

Aku bukannya tidak menyadari kalau dalam setiap perkataannya tadi menyimpan makna yang berbeda. Banyak sekali malah kode-kode yang dilontarkannya padaku. Maksudnya apa? Dia ingin menikah dua tahun lagi? Lalu menanyakan umurku, lalu menghubungkan dengan umurnya! Kenapa dia tidak jujur saja, memintaku untuk menunggunya selama dua tahun ini? kenapa harus berputar-putar?

Kenapa banyak sekali teka-teki yang belum bisa aku pecahkan dari dirinya?

Kenapa di saat aku memutuskan untuk move on, dia kembali hadir dan seolah menghalanginya?

Kenapa dia membuat semua menjadi lebih sulit?

Sebenarnya, bisa saja tadi aku menyambar ucapannya, menanyakan maksud dan tujuannya berkata seperti itu. Tapi aku terlalu takut untuk kecewa lagi, bukankah satu tahun lalu dia mengatakan kalau dia tidak memiliki rasa apapun padaku.

Aku hanya takut kecewa untuk kedua kalinya. Aku takut diterbangkan lalu dijatuhkan lagi seperti dulu. Butuh waktu lama untukku menata hati kembali. Apalagi dia hanya mengeluarkan kalimat-kalimat yang menjurus tanpa kepastian, aku tidak mau dia menganggapku terlalu percaya diri.

Sakitnya masih terasa, saat dia mengatakan dia tidak memiliki rasa apapun padaku, setelah semua yang kami lewati selama ini.

Tapi bukannya kode tadi sudah begitu jelas?

"Ah terserahlah!"

******

Sejak pagi tadi, tidak terhitung berapa kali aku menghela nafas. Berbagai macam pemikiran bercokol di otakku, padahal aku sudah berusaha untuk menghilangkannya. Betapa besarnya pengaruh Ransi padaku, hanya dengan kata-katanya bisa membuatku tidak tenang seperti ini.

"Mbak Dir, gimana mau ikut jaga stand di Harapan Bangsa?" tanya Gina.

"Iya Gin ikut." Kataku.

"Oke, nanti aku data ya Mbak." Aku tersenyum sambil mengucapkan terima kasih.

Aku membalikkan plang namaku menjadi istirahat lalu bergegas naik ke lantai tiga untuk makan siang. Selain menghela nafas, sejak pagi aku juga seperti kehilangan nafsu makanku. Dan itu karena Ransi! Hebat sekali!

Mbak Yusni : Dir, kalau istirahat telepon mbak ya.

Pesan itu dikirimkan Mbak Yusni beberapa menit lalu. Dan aku langsung menyentuh icon telepon untuk menghubungi Mbak Yusni.

"Ya Mbak, kenapa?" tanyaku to the point.

"Sabtu ini sibuk nggak?"

"Kenapa Mbak?"

"Zaki mau ngajak nonton, rame-rame katanya."

"Oh, nggak bisa Mbak, aku kan kuliah." Sabtu ini aku memang harus kuliah, aku tidak mau lagi bermain-main mengingat Wisnu sebentar lagi akan wisuda, artinya tinggal aku yang masih berkutat menyelesaikan S1-ku.

"Yaaa, padahal Zaki berharap banget kamu bisa ikut Dir."

"Alah, modusan Mbak aja kalau itu."

"Serius Dir. Kamu sih nggak tau perasaan dia, kenapa nggak mau nyoba pacaran sama Zaki sih Dir?" tanya Mbak Yusni.

Lempar Kode, Sembunyi Hati (Sebagian Part dihapus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang