Dua Puluh Tiga

127K 17.8K 5.1K
                                    



Kalau pacaran cuma bisa ngomong
"Selamat pagi dan selamat siang"
Dateng aja ke Bank, dapet tambahan kalimat
"Hati-hati dijalan" lagi!

-Alnira-

*****

Aku mengikuti langkah Ransi yang berjalan menuju parkiran Mall. Aku benar-benar seperti orang ling-lung sekarang, hanya mengikutinya yang menggenggam tanganku.

"Untung aku bawa helm dua," ujarnya, sambil berbalik dan menyerahkan helm itu padaku.

"Apa?" tanyaku.

"Ck. Kamu nggak sakit kan?" Ransi menyentuhkan telapak tangannya ke keningku.

"Nggak panas."

"Apaan sih!" protesku, sambil menyingkirkan tangannya dari keningku. Dia terkekeh lalu memakaikan helm itu di kepalaku.

"Aku minta kamu pake helm, kamunya malah bengong aja. Yuk, pulang." Ransi mengenakan helmnya lalu menyalakan motornya dan aku segera naik ke atas motorya.

Sampai kami keluar dari mal, aku masih tidak bersuara. Aku sendiri masih bingung, kenapa semudah itu aku melunak olehnya, padahal kan dia belum mengatakan itu secara jelas.

"Ran," panggilku.

"Hm."

"Soal ucapan kamu tadi, itu beneran?" Andai saat ini kami sedang berhadapan mungkin aku bisa membaca raut wajahnya.

"Kurang jelas ya? Harus gitu aku ngucapin kalimat alay kayak cowok yang naksir kamu itu?"

Aku terdiam, agak geli juga membayangkan Ransi mengucapkan kalimat seperti itu. Karena aku tahu sekali, itu bukan dirinya sekali.

"Kita makan dulu deh, tadi kan belum sempet makan," Ransi menghentikan motornya di depan sebuah restoran sederhana.

"Kamu laper kan?" tanyanya saat aku memberikan helm padanya.

"Iya."

"Siapa suruh ngambek, terus langsung lari gitu," ejeknya. Aku hanya bisa mencibir dan mengikutinya masuk ke dalam restoran.

"Ikan atau ayam?" tanyanya.

"Ayam bakar aja."

Ransi menyebutkan pesanan kami kepada pelayan lalu kami berdua kembali diam. Aku memilih duduk berhadapan dengannya.

"Ngapain sih ngelihatnya gitu banget!" aku menutupi wajahku dengan tangan saat mata Ransi menatapku begitu intens.

"Jiah, dia salting," ucapnya.

"Iyalah, kamu ngelihatin aku kayak mau makan aku aja."

"Aku memang mau makan kamu!" ucapnya.  Aku terdiam mendengarnya.

"Apaan sih Ran!"

"Udah tahu tadi aku lagi laper, kamu main lari aja," rutuknya.

"Siapa suruh kamu ngejar aku."

"Kalau nggak aku kejar, kamu pasti lagi nangis-nangis sekarang," ejeknya. Aku berdecih, "Pede banget."

"Lah, emang iya kan?"

"Lagian kamu tuh, jadiin aku kayak layangan. Tarik-ulur terus. Ini hati lho, Ran. Kalau kamu mau masuk ya masuk, kalau keluar ya keluar, jangan berdiri depan pintu. Yang lain nggak bisa masuk!" seruku.

"Hahaha, kamu pasti belajar dari meme di IG ya. Tapi memangnya kamu mau kalau ada yang masuk hati kamu selain aku?" tanyanya serius.

"Ya..., nggak tahu."

Lempar Kode, Sembunyi Hati (Sebagian Part dihapus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang