Pergi bareng, makan bareng, dijemput boncengan, diperhatiin, curhat bareng, ketawa bareng, tapi sayang...
Friendzone....(Anonim)
*****Kalau ditanya apa yang aku suka dari Ransi mungkin aku akan susah untuk menjawabnya. Dia tidak setampan Angga, tapi dia punya karisma. Mungkin juga karena dia berbeda dengan cowok-cowok lain yang suka tebar pesona, menggoda cewek sana sini.
Selama aku mengenal Ransi aku belum pernah melihat matanya jelalatan saat melihat ada cewek seksi yang lewat didekatnya. Mungin aku yang tidak pernah memergokinya karena dia yang terlalu pandai menutupi ekspresi wajahnya.
Hanya saja Ransi memang orang yang sulit ditebak. Dia itu benar-benar out of the box. Berbeda dengan Angga dan Wisnu. Tapi aku heran kenapa Maya tidak peka dengan sikap Wisnu padanya dan malah memilih berpacaran dengan Riki. Walaupun sekarang sudah putus.
Aku teringat kejadian beberapa tahun lalu, saat pertama kali aku tau kalau Wisnu menyukai Maya. Dulu sekali aku lupa kapan, kami pernah memutuskan untuk jalan bareng bersama dengan Riki – pacar Maya. Yah itu jauh sebelum Maya menyukai Angga kurasa.
Wisnu dulu adalah salah satu anggota genk motor, yah khas anak STM lah berlanjut hingga dia kuliah. Apalagi Wisnu memang hobi mengotak-atik mesin. Aku tidak pernah masalah berteman dengan Wisnu, padahal dulu banyak orang yang menghindari cowok-cowok geng motor. Aku tau Wisnu, sebejat-bejatnya dia, dia tidak akan pernah menyakiti kami.
Wisnu satu-satunya perokok di antara kami. Tapi dia tidak pernah merokok di depan Maya, kalau di depan aku sih masih sering.
Waktu itu aku, Wisnu dan Ransi sedang menunggu Maya dan Riki. Aku memang selalu pergi bersama Ransi jika kami akan berkumpul bersama, dia akan menjemputku di rumah. Karena memang rumahnya melewati rumahku. Aku sih senang-senang saja bisa dibocengnya.
"Asepnyaaa Nu." Protesku saat Wisnu menghembuskan rokoknya. Wisnu hanya nyengir dan menghembuskan asap beracun itu ke arah lain.
"Ran, liat tuh temen kamu, ngerokok di sini. Perokok pasif itu lebih parah loh dari perokok aktif." Omelku.
"Bawa tisu?" Tanya Ransi.
"Bawa."
"Ya udah tutup pake tisu." Ya Ransi memang semenyebalkan itu. Jangan harap dia akan melarang-larang Wisnu merokok. Aku berharap sekali Maya segera datang, karena hanya Maya yang bisa mengentikan Wisnu.
"Dirrrr.." Aku menoleh saat mendengar suara Maya yang memanggil namaku.
"Lama banget sih." Rutukku.
"Macet." Aku melihat Riki yang berdiri di belakang Maya. Entahlah dari awal aku berkenalan dengan Riki aku tidak pernah suka dengannya. Kesannya terlalu tertutup dan tidak mau bergabung dengan kami. Mungkin kedatangannya kali ini juga dipaksakan.
"Ya udah masuk yuk." Hari ini rencana kami memang ingin karoke bersama. Yah kegiatan kami kalau berkumpul bersama tidak jauh dari makan, nonton dan karoke.
"Wisnu rokoknya buang!" Kata Maya saat melihat Wisnu yang menghisap rokok. Wisnu nyengir lalu langsung membuang puntung rokok itu ke kotak sampah.
"Iya memang mau dibuang, nggak boleh masuk May, kalo nggak dibuang." Jawabnya.
"Bakarin duit terus tiap hari, kayak orang kaya aja." Rutuk Maya. Wisnu cuma nyengir bego. Kapan sih dia nggak bego kalau sudah ketemu Maya?
Hari itu kami sibuk menyanyi, aku, Ransi dan Wisnu mengambil mic bergantian, sedangkan Riki dan Maya hanya diam di sudut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lempar Kode, Sembunyi Hati (Sebagian Part dihapus)
Fiction généraleMenurut lo friendzone itu apa? Tempat main kayak timezone, tapi bedanya ini main perasaan. Semacam tidak memiliki namun takut kehilangan, semacam tak punya status namun merasakan kecemburuan.