Pasal XII

65.3K 4.6K 48
                                    

 Recitals:

Para Pihak akan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab, serta akan melakukan perbuatan yang dianggap dan dipandang perlu, demi terlaksananya kesepakatan ini.

---


Mungkin sudah lebih dari 5 menit Em duduk disini, ketika kemudian, dia mendengar suara dari kamar Bang Jere. Erangan lirih, tapi, karena memang sangat sepi, dan pintu kamar yang tadi sudah dibuka lebar oleh Em, membuat Em bisa mendengar suara itu. Tak lama, kembali terdengar erangan sedikit lebih kencang, lalu hening.

Em menimbang-nimbang, apakah dia harus berdiri, lalu melihat keadaan Bang Jere di kamar itu?

Belum sempat memutuskan, Em sudah mendengar langkah kaki, dan tak lama, Bang Jere yang berdiri di pintu kamarnya, berpegangan ke pintu, mencoba mencari keseimbangan.

Bang Jere menyipitkan matanya, bahkan meletakkan tangannya menutupi wajahnya. Em menoleh sebentar ke jendela yang tirainya sudah digeser, dan berpikir akan menutup jendela itu lagi.

"Ngapain lo disini?" adalah kalimat yang keluar dari mulut Bang Jere. Suaranya serak, lebih serak dari biasanya, matanya menyipit dan berkedip beberapa kali, tampaknya masih sulit melihat jelas, dan tangannya, yang tidak melindungi wajahnya dari cahaya, memegang daun pintu.

Em baru hendak menjawab, tapi Bang Jere sudah berjalan, setengah terhuyung-huyung, ke arah kamar mandi. Em bingung harus ikut memapahnya atau tidak. Cara berjalannya, membuat Em khawatir dia bisa jatuh sewaktu-waktu.

Dia benar-benar mabuk berat.

Bang Jere berhasil mencapai pintu kamar mandi, dan Em akhirnya bernapas lega. Dari tadi dia menahan napas melihat Bang Jere berjalan semponyongan. Tapi dia tidak berani memapah Bang Jere, karena bahkan berdiri saja dia tidak mampu. Tapi begitu Bang Jere menekan saklar lampu, dan membuka pintu, Em buru-buru berdiri dan menutup tirai jendela yang tadi dibukanya lebar-lebar. Pintu ke arah balkon masih menutup dan terkunci dari dalam.

Terdengar suara keran air, dan kemudian erangan lain. Keran air dimatikan, dan erangan lain. Lalu, sepertinya Bang Jere muntah.

Em, yang masih berdiri di dekat jendela, mau tidak mau berjalan ke arah kamar mandi.. Dia harus membantu Bang Jere untuk muntah, itu pesan Mbak Inka. Jadi Em memantapkan kakinya melangkah ke arah suara dari kamar mandi, dan kemudian melihat Bang Jere yang setengah berjongkok di depan kloset, memuntahkan isi perutnya, sambil menekan tombol flush beberapa kali.

Em melihat sebuah gelas dekat wastafel, lalu mengisinya. Dia ikut berjongkok di sebelah Bang Jere, mengurut pelan belakang tengkuk Bang Jere, membantunya mengeluarkan semuanya. Tidak lama, Bang Jere menekan flush sekali lagi, lalu menggeleng. Mungkin itu tanda dia sudah selesai. Em melepaskan tangannya dari tengkuk Bang Jere, lalu menyodorkan gelas untuk Bang Jere kumur-kumur. Bang Jere malah membuka mulutnya, sehingga Em mendekatkannya ke bibir Bang Jere, membantunya minum.

Membersihkan mulutnya dengan 2 kali kumur-kumur, dan membuangnya ke kloset, Bang Jere akhirnya duduk di lantai. Untung lantainya memang kering.

"Lagi?" tanya Em, sementara Bang Jere mangangguk. Matanya masih setengah menutup, dia bahkan menggeser tubuhnya dan sedikit menyender ke dinding di belakangnya. Em berdiri dan mengisi gelas sekali lagi, lalu kembali berjongkok di sebelah Bang Jere.

"Kumur-kumur lagi dulu Bang," kata Em, dan Jere mengulurkan tangannya. Tapi Em takut nanti gelasnya malah jatuh, jadi dia kembali mendekatkan gelas ke bibir Bang Jere.

Jere meneguk setengahnya, kumur-kumur beberapa kali, lalu menggeser tubuhnya sedikit, untuk memuntahkannya ke kloset.

"Minum," kata Jere, sementara Em mengangguk, lalu berjalan ke luar kamar mandi, tapi tidak melihat dispenser sama sekali. Em melayangkan pandangannya ke arah dapur, dan kemudian membuka kulkas berwarna silver metalik berukuran sedang disana.

Dark Times (Adult Content) [Available On Google Books] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang